Menjauh menjadi satu-satunya jalan untuk menenangkan diri.
.
.
.
Sesuai kesepakatan, akhirnya Giana datang mengunjungi rumah Tio setelah menyelesaikan pembicaraannya bersama Panji. Membawa langkah Giana lebih masuk lagi sembari menelusuri pandangannya untuk mencari keberadaan Tio.
"Bu Lastri, bapak mana?" tanya Giana kepada salah satu asisten rumah tangga Tio.
Yang ditanya menoleh, lalu menuntun Kamila untuk duduk di sofa. "Kata bapak kalau ibu datang suruh ke kamar aja, soalnya bu Jihan juga ada disana." jawab Lastri.
Giana menghampiri Kamila terlebih dahulu, lalu mencium pipi ponakannya hingga lipstik yang Giana pakai menempel di pipi Kamila, kemudian berlalu menuju kamar Tio.
Mengetuk terlebih dahulu, Giana membuka pintu kamar Tio, menyembulkan kepalanya dengan senyuman yang mentereng.
Tio dan Jihan langsung menoleh.
"Aku masuk ya?" ucap Giana, masih menunggu balasan Tio dan Jihan.
"Yaudah sini masuk, Kaka juga mau tiduran Kamila dulu." titah Jihan bangkit untuk meninggalkan Tio dan Giana.
Giana berjalan masuk. "Lah kok? Aku datang malah pergi."
"Ngobrol berdua aja dulu, face to face, heart to heart." balas Jihan menggoda.
Akhirnya tersisa Tio dan Giana yang berada di kamar. Dimana Tio duduk di sofa samping jendela dan Giana yang duduk di sisi ranjang.
"Kok jadi canggung gini ya?" kekeh Giana, melirik Tio yang masih terlihat santai.
Tio menatap Giana, menghela nafas pelan lalu bangkit untuk berjalan menghampiri Giana.
"Jangan gitu ih!" keluh Giana saat Tio tiba-tiba memeluknya sembari mengelus surai lembut Giana. "Adek gapapa beneran!" sambung Giana.
Tio masih mempertahankan pelukannya. "Mas marah, tapi mas juga nggak bisa bertindak banyak. Itu urusan rumah tangga kamu, iya benar! Mas nggak akan mengelak, tapi bukan berarti mas harus diam aja 'kan waktu tau suami kamu nyakitin kamu?" ucap Tio, lalu melepaskan pelukannya.
"Dia nggak nyakitin aku, hubungan Jevan dan Milly-"
"Mas tau Giana, mas tau semuanya!" potong Tio, membuat Giana menghela nafas pelan.
Giana menggenggam tangan Tio. "Mas, selama ini mas udah cukup jadi garda terdepan untuk aku. Tapi untuk kali ini, biarin aku selesaikan masalahnya sendiri ya. Mas cukup percaya aja, kalau semuanya akan baik-baik aja. Jangan sampai mama dan papa tau, aku akan menyelesaikan masalah ini secepat mungkin." jelas Giana, tidak ingin membuat Tio semakin khawatir dengan dirinya.
"Kenapa nggak menolak sejak awal?"
"Aku nggak bisa hancurin kebahagiaan mama sama papa."
Tio menolak alasan konyol Giana. "Ini akan menghancurkan mereka kalau mereka tau, mereka udah salah menentukan pilihan untuk kamu."
Giana menundukkan kepalanya, menatap genggaman tangan mereka dengan seulas senyum tipis. Memang, ini akan menyakiti kelurganya jika tau kebenaran yang sebenarnya. Tapi Giana sendiri pun sudah terjebak dengan permainannya. Giana pikir mereka benar-benar akan mengakhiri pernikahan mereka setelah enam bulan pernikahan, tapi nyatanya? Entah bagaimana perasaan yang sejak awal Giana tolak kehadirannya, justru itulah alasan kuat yang membuat Giana memilih untuk tetap mempertahankan pernikahan mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/202405494-288-k707964.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRIED
Fanfiction[COMPLETED] Tinggal di Indonesia dimana orang-orang menganut sekte perempuan tidak boleh lama-lama menunda pernikahan, membuat Giana harus dengan senang hati menerima perjodohan dari orangtuanya dengan Jevan, cowok yang notabenenya sudah memiliki ke...