31. selesai

5.7K 347 49
                                    

Jalannya memang tak mulus, tapi pada akhirnya mereka tetap sampai pada tujuannya bersama.

.

.

.

Setelah pulang dari rumah sakit, Giana dan Jevan masih menetap di apartemen sembari menunggu barang-barang yang ada di rumah terisi penuh. Kebetulan ini adalah hari libur, mereka akhirnya memilih menyibukkan diri membuka kado-kado pemberian dari keluarga, sahabat, teman, dan rekan kerja. Beberapa kado berisi baju untuk Jelona, dan keperluan lainnya. Namun, beberapa lainnya hanya berisi voucher liburan keluarga.

"Dari semua kado yang dibuka, aku belum ketemu kado punya Hema." tanya Giana disela-sela merapikan barang-barang Jelona.

Jevan menoleh, lalu ikut membantu Giana. "Katanya dia mau kasih langsung, hari ini mau kesini."

"Udah selesai cuti liburannya?"

"Udah." balas Jevan, selesai membantu Giana langsung berbaring di tempat tidur bersama Jelona.

"Jangan dibangunin anaknya! Rewel kalau udah bangun." ucap Giana mewanti-wanti Jevan. "Awas aja!" sambungnya kemudian, penuh ancaman.

Jevan mengacuhkan penuturan Giana, jari-jarinya dengan jail menusuk-nusuk pelan pipi Jelona, membuat Jelona beberapa kali terusik akibat ulah Jevan, yang walaupun begitu, kelopak mata mungil itu masih terpejam dalam damai.

"Ayo bangun, main sama papa." bisik Jevan pelan. "Tapi, jangan nangis ya, nanti papa dimarahi mama." sambung Jevan masih berbisik.

Selesai merapikan barang-barang hadiah untuk Jelona, Giana langsung berangsur ke dapur. Niat awalnya membuat makanan, sampai tiba-tiba bel apartemen berbunyi buru-buru Giana mengecek siapa yang datang.

"Selamat siang, ibu boss." sapa Hema begitu pintu sudah terbuka sepenuhnya.

Giana menyambut kedatangan Hema dengan segaris senyum. "Siang, Hem." balas Giana lalu menepi untuk memberikan Hema akses memasuki apartemennya. "Masuk!" sambung Giana.

"JEVAN ADHIAKSA!" teriak Hema menggelegar di apartemen. "Mana ponakan gue, mau lihat dong." sambung Hema bertanya pada Giana.

"Didalam, masuk aja. Anaknya lagi tidur."

Sudah berhasil mengantungi izin Giana akhirnya Hema masuk ke kamar yang Giana maksud, sedangkan Giana memilih mengambil ponselnya untuk memesan makanan secara online. Mendadak Giana malas untuk berkutat di dapur.

Javan menoleh begitu melihat kedatangan Hema, yang langsung mengambil posisi duduk disamping Jelona yang tertidur dengan damai.

"Cantik banget ponakan gue." puji Hema, menahan diri untuk tidak menyentuh pipi ranum itu karena Hema baru saja dari luar. Segaris senyum terukir begitu melihat Jelona mengusak wajahnya menggunakan tangan mungilnya. "Yaampun gemes banget, pengen unyel-unyel tapi om baru dari luar, sayang." sambung Hema gemas.

Jevan tersenyum. "Gimana cuti liburnya?" tanya Jevan, tanpa mengalihkan pandangannya ke Hema. Maniknya masih setia menatap wajah sang anak.

"Seru, walaupun cuman seminggu setidaknya gue bisa bebas dari kerjaan yang bikin gue pusing." jawab Hema tenang.

"Udah ada kejelasan dong sama Milly."

Hema langsung menoleh kearah Jevan, raut wajahnya terlihat terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya dari Jevan.

Jevan membalas tatapan Hema. "Gue sebenarnya dari dulu sadar, kalau ada yang nggak beres dengan hubungan lo sama Milly, terlebih setelah gue sama Milly selesai. So, gimana?" jelas Jevan sembari mengambil posisi duduk dari yang awalnya berbaring.

MARRIEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang