9. dejavu

4K 441 55
                                    

Delusi ; kondisi dimana seseorang sulit membedakan antara hal nyata dan tidak.

.

.

.

Giana duduk diatas kasur sembari menyenderkan punggungnya ke kepala kasur. Semalaman Giana tidur dalam keadaan gelisah karena kelupaan membawa nyiaonyiao— boneka beruang kesayangannya yang selama ini selalu menemani Giana tidur, yang semalam Giana kelupaan membawa nyiaonyiao untuk ikut tinggal bersamanya di apartemen Jevan. Hingga berakhir membuat tidur Giana tidak nyenyak dan menyebabkan sakit kepala.

"Bego memang Giana." cicit Giana, kemudian melirik ponselnya yang berada di meja nakas, tepat disamping Jevan yang masih tertidur pulas.

Niatnya Giana hanya ingin mengambil ponselnya, sampai tiba-tiba pintu kamar terbuka dan memunculkan wajah Milly yang menatap Giana berang.

"Kak Giana bisa minggir nggak dari tubuh pacar aku?!" ketus Milly, masih setia berdiri didepan pintu dengan menatap lurus pada Giana.

Giana menatap wajah Jevan yang tidak terganggu sama sekali, dengan masih pada posisi tubuh Giana yang seolah menindih Jevan. Giana menghela nafas pelan, kemudian menegakkan tubuhnya sembari mengambil ponsel yang sejak tadi sudah Giana sentuh.

"Kamu tau sopan santun dalam bertamu nggak sih?" sindir Giana, membalas tatapan Milly tak kalah sinis. "Kuliah kamu lulus 'kan? Apa masih perlu aku ajarin sopan santun?" sambungnya, membuat Milly semakin kesal.

"Sebagai tamu seharusnya kamu sadar diri untuk nggak masuk ke ruangan privasi pemilik rumah, mana tanpa izin pula. Lain kali ketuk kamarnya dulu."

"Ini kamar pacar aku." sergah Milly cepat, membuat Giana tertawa remeh mendengar penuturan Milly.

"Yang kamu bilang pacar kamu tuh suami aku, Milly. Apa yang kamu banggakan dari status nggak jelas kamu itu? Udah deh, mendingan kamu pulang sekarang. Ganggu pengantin baru aja kamu tuh." jelas Giana, yang secara halus mengusir Milly dari apartemen Jevan.

Perlahan Jevan terbangun, matanya memicing menatap Giana yang kemudian kembali terpejam. Semalam dirinya juga sulit tidur karena sibuk berperang dengan isi kepala dan ditambah gangguan dari pergerakan Giana yang terlihat gelisah. Lalu sekarang, kupingnya menangkap obrolan yang mengganggu tidur nyenyaknya.

"Berisik, jelek. Matiin telfon lo." ucap Jevan dengan suara khas orang bangun tidur, lalu menarik tangan Giana untuk kembali tidur disampingnya.

Milly mengepalkan tangannya dengan kuat saat melihat apa yang Jevan lakukan pada Giana, sedangkan Giana tertegun sebentar dengan perlakuan tiba-tiba Jevan, sebelum akhirnya kembali menatap Milly.

"See? Tolong tutup pintunya ya. Suami aku masih butuh istirahat." ucap Giana dengan senyuman yang sangat menyebalkan dimata Milly.

Gadis itu menutup pintu dengan keras hingga menciptakan suara yang berhasil menyadarkan Jevan dari tidurnya. "Gila! Siapa sih itu?" omel Jevan, saat ini kesadarannya sudah kembali penuh sebab suara pintu yang ditutup kasar. "Angin?" tanya Jevan kembali, menoleh pada Giana.

Giana menghela nafas kasar. "Setan tiba-tiba muncul." jawab Giana sekenanya.

Jevan bangkit, kemudian berjalan menuju pintu. "Ngaco! Mana ada setan di apartemen gue." elak Jevan, menarik knop pintu.

"Lo liat aja di ruang tamu, palingan masih ada setannya disana." Giana memerintah, membuat Jevan benar-benar mengecek ruang tamu.

Dan begitu sampai, Jevan bisa melihat Milly duduk disana dengan kedua tangan dilipat diatas perut. Pandangannya lurus ke arah jendela dengan kilatan yang sudah bisa Jevan tebak, kekasihnya sedang marah.

MARRIEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang