***
Serpihan-serpihan kertas sobek berserakan di mana-mana, kamar yang semula rapih tanpa disadari kembali acak-acakan akibat ulah Asher yang merasa stress didiami sang istri beberapa hari ini. Sudah tiga hari juga Asher tidak mandi, penyebabnya kemarahan Hayla semakin memuncak mengakibatkan rasa bersalah Asher kian besar.
Dia juga sekarang jarang keluar kamar selain jamnya kerja, dia merasa takut jika bertemu Hayla. Auranya melebihi dinginnya mandi es, Asher seperti tidak bisa bergerak kala berpapasan dengan Hayla.
Ketika sarapan pun Asher menunggu Hayla selesai terlebih dahulu, kalau Hayla sudah selesai mengerjakan hal lain barulah Asher berani memakan sarapannya sendirian. Jujur, Hayla lebih menyeramkan jika seperti ini dibanding marah-marah dengan suara keras.
Hari ini hari minggu, yang berarti harinya tidak ada kegiatan apa-apa selain tidur. Namun, mustahil bisa tenang jika keadannya saja bagai perang dunia ke-III sedang berlangsung. Biasanya ia mengajak Hayla nonton atau makan di luar seperti minggu kemarin yang 'gagal', tapi sekarang untuk membuka pintu kamar saja rasanya segan.
Baru saja berpikir demikian, benda penghalang ruangan berbahan kayu itu terbuka lebar, dengan penampakan muka dingin yang menjadi aksen menyeramkan akhir-akhir ini.
Asher gugup, bahkan ia gelagapan sampai membereskan ulahnya dengan tangan gemetaran. Kembali duduk dengan sedikit mundur, barulah Asher berani bertanya.
"A-ada apa, Ay," tanyanya menunduk dengan mencuri pandang kepada Hayla.
Wanita itu diam sejenak membuat Asher heran, tapi tidak ada keberanian untuknya menatap penuh kepada Hayla.
"Ada ..." Seolah ada yang mengganjal pada lidahnya hingga susah untuk Hayla katakan.
"Ada ... apa? Ada penjahat?" katanya setengah berteriak, jelas sekali ia khawatir jika Hayla terjadi apa-apa.
Hayla menggeleng pelan. "Ada ... ada mama lo di depan, cepet temuin." Selesai memberitahu Asher, wanita itu segera keluar dari kamar.
Mendapat kabar seperti itu dari Hayla tentu saja Asher langsung menyusul wanitanya ke ruang tamu. Tergesa-gesa ia berjalan sampai nyaris tersandung kakinya sendiri, ia tak peduli kalau penampilannya macam gembel di depan mamanya, yang ia pentingkan saat ini adalah rasa pelukan yang sudah ia rindukan sekian lama.
Tanpa sapaan, Asher langsung memeluk sang Ibu yang nampak kaget akibat ulah tiba-tiba Asher padanya, tangan yang semula akan mengangkat cangkir teh jadi terkurung karena pelukan Asher yang terjadi secara cepat.
"Mama, Asher kangen," cicit Asher dalam pelukannya.
Dari jarak yang tidak jauh, Hayla menonton adegan mengharukan tersebut dengan diam. Hatinya tersentuh melihat itu semua, sudah berapa lama Asher tidak bertemu Ibunya sampai lelaki itu menangis kecil akibat rindu. Hayla tak bisa bayangkan seberat apa hidup Asher tidak didampingi oleh sang Ibu yang sebagai support dari segala hal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASHER: LOVE MISTAKES
General FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA-!!! ... Sequel Grow Up || bisa dibaca terpisah Awalnya acara perpisahan SMA kala itu berjalan lancar sesuai harapan yang Hayla bayangkan, akan tetapi ketika waktunya pulang Hayla dikejutkan oleh Asher yang tiba-tiba menarikn...