Episode 5

11.7K 469 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Dalam tiga hari ini kepala Asher dipenuhi dengan Hayla yang dinyatakan hamil, meski belum mengecek ke dokter tapi dengan bukti dari test pack sukses membuatnya kelimpungan. Tiga hari ini pun Asher hanya diam di rumah, memakan semua camilan yang ada di kulkas dan mengabaikan panggilan dari teman-teman.

"Coba beliin Papa es campur, panas banget di luar," titah Papa kepada Asher yang nampak murung sedang duduk di ruang tengah, layar televisi menyala, namun sama sekali tidak dilihat oleh remaja satu itu.

"Heh anak pungut!" Semacam mantra Asher langsung menoleh ke arah Papa dengan bermuka masam.

"Apa?"

"Beliin Papa ban."

"Buat apa?"

"Buat dimakan!" Papa ngegas.

"Heung ngogey." Dengan lemas Asher berdiri, seperti orang yang hidup sebatang kara, tanpa tenaga alias letoy. Bawah matanya nampak sekali hitam, sampai sempat diledek kunti berbatang oleh Papa setelah pria tua itu baru sampai di rumah.

Keningnya mengkerut melihat anak tunggalnya yang terlihat sangat berbeda dibanding biasanya. Tangannya menarik Asher agar cowok itu kembali duduk.

"Kamu sakit?" Asher mengangguk.

"Sakit apa?"

"Ambeyen."

"Jorok banget sih kamu Ser, udah sana beliin Papa es campur, uangnya pake yang kamu dulu." Mengangguk malas Asher bergegas menuruti perintah Papa, setidak semangat-semangatnya Asher, dirinya tidak dapat menolak suruhan Papa. Sekali pun itu memberatkannya.

Sementara Papa hanya menggeleng tak habis pikir, anak yang biasanya rese, suka ngebacol, nyebelin dan berisik tiba-tiba tanpa angin tanpa gledek jadi pendiam bak patung Malin Kundang.

Asher itu tipikal orang yang periang, bisa dihitung pakai jari saat lelaki muda itu meneteskan air mata. Bahkan ketika kedua orang tuanya memilih untuk berpisah, Asher sama sekali tidak menunjukkan raut kesedihan, meski dalam hati kecewa namun sebisa mungkin Asher menampakkan wajah seriang mungkin.

Kala sang Ibu berpindah rumah ke luar negeri pun, Asher masih berusaha menguatkan diri. Ketahuilah, jauh dari seorang Ibu adalah sesuatu yang menyakitkan untuk dirasai.

Dan sekarang Asher nampak muram, sebuah pemandangan yang langka untuk dilihat.

Asher keluar rumah, kakinya melangkah dengan pelan ke arah mobil yang terparkir rapih. Rasa-rasanya untuk membuka pintu mobil saja sangat susah untuk dilakukan, padahal Asher banyak makan, masa tenaganya sangat cepat terkuras habis.

"Nomor yang anda tuju sedang galau, cobalah beberapa hari lagi," katanya lemas ketika mengangkat sambungan telpon entah dari siapa, Asher malas untuk mengeceknya.

ASHER: LOVE MISTAKESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang