🍒🍒🍒
Hari yang ditunggu kini telah tiba. Di pagi jum'at yang cerah, keluarga Aksara dan Nadhibaksa diselimuti rasa bahagia.
Senyum tampak sempurna menghiasi wajah Edgar, Hernan, Elisa dan juga Sherina.
Sementara kedua mempelai, Jevan dan Naura juga tidak kalah gugup. Keduanya masih sulit percaya jika harus kembali bertemu sebagai sepasang suami istri, mengingat kejadian masa lalu keduanya yang cukup menyakitkan untuk salah satunya.
"Lo yakin Nau, mau nikah sama Jevan?" Sekali lagi Lisa mencoba mencari keyakinan pada diri Naura.
Naura tadinya ingin diam, ia terlalu kaku bahkan untuk sekedar menjawab pertanyaan Lisa.
"Nau,"
"Apa sih Lis, gue lagi gugup juga, ditanya terus." Naura akhirnya buka suara.
"Ya gue tanya, kali aja kan lo pengen kabur. Mumpung belum akad nih."
"Kabur sekarang tuh udah keburu telat, lo nggak lihat tuh," Naura menunjuk ke arah kerumunan banyak orang. "Orang segini banyak mau gue tinggalin, gue pasti digorok sama Ibu Elisa."
Lisa kemudian menatap Naura dari atas hingga bawah. "Kabur sekarang emang ngerepotin sih, soalnya baju lo ribet."
Perasaan Naura saat ini memang sedang campur aduk. ia nekad menerima pernikahan dengan orang yang ia benci dengan niat bulat ingin membalas dendam.
"Gimana pun caranya, Jevan harus merasakan sakitnya jadi gue dulu. Enggak dengan cara yang sama, tapi pakai cara gue sendiri, yang pasti sakitnya bakal imbang, nggak kurang, kalaupun lebih anggap bonus."
Lisa merinding, bulu kuduk diseluruh badannya berdiri setelah mendengar ucapan penuh penekana dari sahabatnya ini. "Nau, lo tau kan, balas dendam bukan perbuatan yang baik?"
"Gue tau, walaupun orang tua gue nggak pernah ngajarin balas dendam, tapi gue belajar caranya nyakitin dari Jevan."
"Lo bakal jatuh, Nau, kalau terus mikirin hal-hal negatif kayak gini." Lisa masih berusaha membuat Naura terbuka pikirannya.
"Seandainya gue jatuh, Lis, gue nggak nyesal karena jatuh bareng Jevan."
Lisa masih ingin mendebat, tapi Disty datang dan memberitahu kalau Naura sudah bisa keluar.
Di sisi lain, saat Naura dan Lisa sempat berbincang di ruang tunggu, Jevan harus bertarung dengan perasaan gugupnya akan melafalkan kalimat akad.
Duduk berhadapan dengan Edgar membuat Jevano semakin tidak bisa mengendalikan emosinya.
"Bisa kita mulai?" tanya Edgar ke saksi dan calon menantunya.
Semua mengangguk, dan detik berikutnya, Edgar pun mulai mengucap kalimat ijab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with Enemy
Chick-LitKembali dipertemukan dalam hubungan yang luar biasa rumit, selama apa Jevan dan Naura bertahan terhadap pernikahan dadakan mereka?