Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sepulang dari acara amal yang diadakan oleh orangtuanya, Naura memilih untuk pulang bersama Lisa. Didetik-detik terakhir, gadis itu sempat mengirimkan pesan singkat pada sahabatnya itu untuk minta jemput.
"Jadi maksud lo, pengorbanan lo buat Rosabelle itu harus mau nikah sama orang pilihan dari orang tua lo, gitu?" Dalam perjalanan, Lisa menuntut penjelasan.
Naura mengangguk, tatapannya masih tajam, marahnya membara hingga sesekali helaan napas kasar terdengar jelas keluar dari hidungnya.
"Lo dikasih tau nggak siapa cowoknya? Kali aja ganteng."
"Please lah, Lis. Ganteng-ganteng gitu, lo juga pasti nolak kalo dijodohin tiba-tiba."
"Ya penjajakan dulu lah, masa iya hari ini dikasih tau lo harus nikah, besok lo ijab qabul."
"Lo tau orang tua gue, Lis. Mereka selalu gerak cepat. Gue nggak tau persis kapan mereka pergi ke Itali, tapi yang jelas, gue punya firasat kalau itu sebentar lagi."
"Dan itu artinya lo bakal nikah sebentar lagi?"
"Dinikahkan, gue dipaksa."
Lisa terdiam sesaat, dari ekspresi wajahnya ia seolah berpikir. "Tapi Nau, ini tidak bisa disebut murni pemaksaan."
Naura menoleh dan menatap Lisa malas. "Maksud lo?"
"Lah iya dong, lo dikasih apa yang lo mau. Perjanjian pernikahan itu diawal kan, nggak ada yang ditutup-tutupi, semua sesuai dengan apa yang kalian sepakati."
"Tapi nyokap gue nggak kasih tau kalau rentang waktunya itu cuma 1 sampai 2 tahun setelah Rosabelle berdiri. Gue pikir gue bakal nikah di usia 28 atau 29, itu usia ideal bagi gue. Bukan diusia sekarang."
"Tapi tahun ini kita sudah 25, waktu yang cukup matang untuk menikah."
"Lo aja yang nikah gimana? Kali aja pilihan nyokap gue ganteng." Naura yang jengah langsung menembak Lisa dengan pernyataannya.
"Dih ogah. Gue nggak mau jadi tumbal Rosabelle."
Jika Naura mencoba menenangkan diri dengan tidak pulang ke rumah melainkan pergi bersama Lisa. Beda halnya dengan Jevano. Cowok itu tetap ikut ke rumah orang tuanya untuk pulang, meski sejak selesainya acara amal ia memilih lebih banyak diam.
"You okay, Jev?" tanya Sherina pada Jevano yang diam.
Tadinya masih ingin memilih diam, namun rasa penasaran Jevan yang tinggi berhasil membuatnya berbicara. "Naura... Dia bakal nikah beneran, Ma?"
