Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Naura benar-benar dibuat tidak bisa fokus dalam mengerjakan apapun. Bahkan saat ia dan Lisa harus serius membahas mengenai hal-hal yang kurang dalam bangunan Rosabelle yang baru.
"Nau, please, fokus. Lo dari tadi ditanya jawabnya kayak asal-asalan mulu." Tentu saja Lisa menegur, pasalnya ini masalah penting dan ia perlu Naura untuk bersikap tenang.
Lisa salah, ia akui itu.
Gadis berambut sebahu itu tentu saja berhasil membuat Naura menjadi tidak karuan selama setengah hari.
Kini, usai berkeliling dan menjenguk bangunan baru yang akan menjadi tempat Rosabelle dalam beberapa minggu kedepan, akhirnya Naura dan Lisa berbincang santai saat jam sudah menunjukkan waktu makan siang.
Keduanya sepakat untuk berhenti disebuah restoran yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan Rosabelle yang baru.
"Lo tau dari Jevannya langsung, atau dari Daniyal?" Tanpa basa-basi Naura langsung membuka topik tersebut.
"Awalnya gue dengar dari Jevan sama Daniyal yang bahas, mereka nggak sadar gue nguping."
"Emang saat itu lo lagi dimana?"
Lisa tampak malu saat ingin menjawab. "Rumah Daniyal."
"Ngapain lo di rumahnya Daniyal?"
Ekspresi panik yang berusaha ditutupi oleh Lisa nyatanya mampu dilihat jelas oleh Naura, gadis itu pun lantas terkekeh pelan.
"Gak papa juga sih kalo lo ada apa-apa sama Daniyal, gue kan cuma-"
"Oke stop bahas Daniyal, kita harusnya bahas lo sama Jevan." Lisa dengan cepat memutus ucapan Naura sepihak.
Naura kini hening beberapa detik, punggungnya ia sandarkan pada kursi dengan tatapan yang lurus kearah Lisa.
Naura tanpa banyak kata, rautnya sudah menjelaskan ia butuh ceritanya saat ini juga.
"Did you remember, Nau, yang dulu sering lo bilang lo punya unknown prince?"
Naura mulai menegakkan punggungnya dan mengangguk setelah diam selama beberapa detik.
"Semua hal baik yang lo bilang dilakukan sama orang baik saat lo abis dijailin sama gengnya Jevan?"
"Gue ingat, semuanya Lis. Sampai kapanpun gue gak akan pernah lupa."
"Sorry... Sebenarnya gue dari dulu udah tau siapa orangnya tapi dia larang keras gue buat ngasih tau."
Naura kini melengkungkan senyumnya perlahan, memorinya segar kembali. Perlahan, ia menarik ingatan itu hingga dapat jelas tergambar dalam benaknya.
Kala itu, ketika ia masih duduk dikelas 12 awal kenaikan kelas, Naura tengah senang dan berniat merayakan peringkat satunya bersama Lisa di kantin.
Keduanya sudah duduk di meja paling ujung dengan tujuan agar tidak menarik perhatian orang lain.