Flashback (7)

1.3K 106 3
                                    

7 Tahun Kemudian...

.

.

"Sebentar lagi hari pelantikanmu, apa kau sudah siap, Naruto?"

Naruto menghentikan aktifitasnya menyeruput kuah ramen dari mangkuk terakhirnya, raut wajah Naruto seketika berubah serius. Pelantikan, Naruto tau itu, pelantikannya menjadi Nanadaime Hokage.

Menjadi Hokage, impian Naruto sejak kecil dan kini ia akan dilantik menjadi Hokage setelah berkeluarga. Naruto tentunya senang karena impiannya akhirnya akan tercapai, namun ada sesuatu yang mengganjal dihatinya.

Menjadi Hokage artinya tidak memiliki waktu diluar kantor Hokage, pastinya pekerjaan yang menumpuk menunggunya untuk segera dikerjakan. Bukan hanya itu, Naruto tak akan bebas kemana pun yang ia inginkan, terlebih keluar desa.

Memikirkan itu, Naruto melupakan Sasuke dan desa Hare. Naruto belum pernah mengunjungi desa Hare dan ia tentunya ingin ke tempat itu tapi ia sama sekali belum mendapat misi apapun sejak hari pernikahannya dengan Hinata.

Naruto ingin melihat langsung bagaimana dan seperti apa anaknya- anak dari Sasuke, walau Sasuke selalu mengirimkannya surat tentang anak mereka- aka Menma. Tapi Naruto tak puas dengan itu.

Sebenarnya Naruto juga merindukan Sasuke, mereka hanya bertemu saat setelah Sasuke melahirkan dan saat itupun Sasuke langsung menikahi Sakura agar menutupi rahasia mereka rapat-rapat.

Dan kini telah hampir 7 tahun setelah perpisahan mereka dan bahkan Naruto sangat ingin melihat Menma, Sasuke bercerita banyak tentang Menma. Bagaimana kekuatan Menma yang tak terkendali dan Sasuke yang kewalahan mengurusnya.

Sebenarnya Naruto merasa kasian pada Sarada, gadis itu sendiri tak pernah bertemu dengan Sasuke. Tapi anaknya bisa selalu bersama dengan Sasuke, ini semua tidak adil.

Sementara saat ini Naruto akan dilantik menjadi Hokage, Naruto tak akan memiliki kesempatan untuk melihat Menma jika ia tinggal diam. Bingung apa yang harus dia lakukan, hingga burung gagak milik Sasuke hinggap dipundaknya.

"Eh? Itu..."

"Sebentar," Naruto meraih secarik kertas dari kaki burung gagak milik Sasuke.

"Sebuah pesan dari Sasuke?" tanya Kakashi penasaran.

Naruto mengangguk, pria itu hanya menyimpan secarik kertas itu ke dalam sakunya lalu kemudian membayar ramennya sendiri.

Setelah membayar, Naruto menyingkir dari sana, membuat Kakashi bingung dengan sikap Naruto. Bukankah seharusnya mereka membaca kertas itu bersama, lalu mengapa Naruto beranjak seolah tak ingin Kakashi juga membaca suratnya.

'Naruto, Menma terkena virus. Disini banyak yang terkena virus yang sama, hampir seluruh penduduk desa.'

Hanya pesan singkat seperti itu, tak biasanya Sasuke mengirim pesan yang bahkan hanya satu kalimat jika membicarakan tentang Menma. Tapi kabar dari Sasuke membuatnya panik, ia tak bisa berdiam diri jika seperti ini.

"Sensei!"

"Eh?"

"Berikan aku misi ke desa Hare."

Kakashi mengerutkan keningnya. "Hah? Kau sebentar lagi akan dilantik, ada apa tiba-tiba?"

"Ini penting, sensei!"

Kakashi terkejut, tapi beberapa saat pria itu pun mengeluarkan pena dan selembar kertas, dimana pria itu menulis sesuatu pada surat itu sebelum memberikannya pada Naruto.

Naruto langsung meraihnya dan berlari pergi, menuju keluar desa, tanpa persiapan apapun Naruto pergi begitu saja karena pikirannya berkecamuk setelah mengetahui kabar tentang Menma.

.

.

.

.

"Sasuke!"

"Na..ruto..."

Mata Naruto membulat, kondisi Sasuke saat ini sedang tak baik-baik saja. Naruto berlari ke tempat Sasuke terbaring, sebelumnya Sasuke tak mengatakan jika pria itu juga terkena virus.

Naruto memperhatikan tubuh Sasuke dari atas sampai kebawah, ia ingin menyentuh Sasuke tapi Sasuke menggelengkan kepalanya dan tatapan mengarah ke belakangnya yang tertutupi tirai.

Mengerti dengan yang Sasuke maksud, Naruto langsung menggeser tirai tersebut dan melihat seorang anak yang kondisinya jauh lebih parah dari Sasuke.

"Menma? Bagaimana ini terjadi padamu?!"

Mata Menma sedikit terbuka "Tou-san..?"

"Sasuke?!"

"Aa..ku- uhuk!"

"Jangan banyak bergerak! Aku akan menemui Chika!"

Naruto berlari mencari Chika, memasuki ruangan wanita itu, tapi Naruto tak menemukan siapa pun. Terus berlari dengan kalap, Naruto tak bisa menemukan siapapun.

"Chika!"

"Berisik sekali, Naruto~"

"Satori! Apa kau melihat Chika?!"

"Tenang, Naruto, wanita itu sudah dalam perjalanan kemari membawa ramuan untuk virus."

"Hah.. hah... untunglah."

Yama menepuk bahu Naruto. "Sasuke dan Menma-kun pasti akan selamat, tenang saja."

Naruto mendengus, bagaimana ia bisa tenang melihat kondisi Sasuke dan Menma. Yama dan Satori begitu santai, seolah tak ada apa-apa yang terjadi di desa mereka.

"Naruto-san!"

"Chika!"

Chika mengangguk. "Ayo bergegas!"

Naruto dan Chika berlari ke ruangan yang penuh dengan pasien, Chika mulai memberi ramuan pada setiap pasiennya. Sementara Naruto langsung menghampiri Menma, karena suaranya yang merintih kesakitan tiba-tiba berhenti.

"Menma? Menma sadarlah!"

"Menma?" suara Sasuke terdengar melemah.

"Tetap di tempatmu, Sasuke!"

Sasuke tersentak mendengar bentakan Naruto, saat ini Naruto begitu kalap karena Menma tak sadarkan diri. Sementara Chika yang melihatnya langsung mendekati Menma dan memberinya ramuan.

"Menma..."

Chika menyentuh nadi Menma. "Detak jantungnya melemah."

"Ba.. bagaimana ini?" tanya Naruto mengerang frustasi.

"Aku sudah memberinya ramuan, jadi mungkin dia akan pulih dalam beberapa jam. Tapi... melihat kondisinya-"

"Menma pasti akan selamat, aku bahkan baru bertemu dengannya!"

"Ya, ya.."

"Sekarang tolong periksa Sasuke."

Chika mengangguk. "Siap, tuan."

"Menma..."

Naruto menggenggam tangan Menma dan tanpa disadarinya, Menma merasakan sentuhan hangat dari tangannya yang membuatnya berusaha bertahan untuk melawan virus yang mencoba merenggut nyawanya.



.



.



.



TBC

Rahasia ~ Ninja Misterius{✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang