Chapter 12

1.2K 86 0
                                    

"Hah..."

Menma meregangkan tangannya setelah keluar dari rumah sakit, pria itu benar-benar lelah dengan pekerjaannya dan membutuhkan waktu yang banyak untuk bersantai.

Tapi sayangnya Sakura selalu menahannya untuk bekerja dan bekerja, tentu saja hal itu membuat Menma gusar. Ia jadi sulit untuk sekedar bermain game, atau jalan-jalan mengelilingi desa.

Tapi untungnya hari ini Menma pulang pukul 5 petang, hampir jam 6 untuk melihat sunset ditepi pantai. Pantai, itu tujuan Menma saat ini sebelum kembali kerumahnya.

"Kawaki?"

Kawaki menoleh saat mendengar suara Menma yang menyebut namanya, pria itu pun menatap Menma dari ujung kaki hingga ujung kepala. Tatapan Menma seolah sayu, mungkin karena kelelahan dengan pekerjaannya.

"Kau mengeluhkan pekerjaanmu?" tanya Kawaki menatap malas.

Menma ingin mengangguk, tapi kepalanya malah menggeleng mengingat siapa yang membuat Menma menjadi asisten kepala rumah sakit. Gelengan kepala Menma sendiri, membuat Kawaki tertawa sinis.

"Salah?"

"Kau terlalu keras kepala."

"Begitu tanggapan mu setelah perjuangan menyembuhkan mu?"

"Aku tidak pernah meminta kau yang melakukannya, Sakura-san bahkan cukup untukku."

"Sakura-san, kah.."

"Ah-" Kawaki teringat dengan orang tua Menma. "Aku.. tidak bermaksud."

Menma terkekeh pelan. "Tidak masalah, aku sudah terbiasa dengan ini."

Selama berbincang, Menma dan Kawaki tak menyadari jika kaki mereka terus melangkah membawa mereka ke pantai, pinggir laut yang memisahkan antara desa Konohagakure dan desa kirigakure.

Kawaki memejamkan matanya, merasakan hembusan angin laut dengan salju yang masih turun dari langit. Kawaki bergidik merinding, baru merasakan hawa dingin yang menusuk, pria itu lupa mengenakan jaket yang diberikan Menma padanya.

Tep

Kawaki tersentak. "Kau..!"

"Jangan dilepas, kau kedinginan."

"Bagaimana denganmu?! Kau melepas jaket mu dan memberikannya padaku, kau juga kedinginan."

Menma menggeleng. "Bukan masalah besar bagiku."

"Egois."

"Begitu?"

"Tch."

Menma memejamkan matanya dan tiba-tiba saja pria itu merasakan kedua tangannya digenggam dan dirapatkan, saat Menma membuka matanya, deru napas hangat terasa di telapak tangannya.

"Apakah hangat?"

"Sekali.. haha..."

"Apa yang lucu?" tanya Kawaki menatap tajam.

"Aku bisa menghangatkan tubuhku sendiri, aku ini seorang ninja medis, Kawaki. Tapi, sungguh lucu mendapat perlakuan seperti ini darimu."

Kawaki menghentakkan tangan Menma dengan kasar, ia melupakan jika ninja medis bisa menghangatkan diri sendiri ataupun pasiennya. Kawaki sendiri merasa aneh, ia tak seharusnya bertingkah seperti ini.

Tapi Kawaki bingung, dirinya tergerak begitu saja seolah hatinya memerintahkan agar melakukan hal seperti tadi. Kawaki menyesal, ia hanya mendapat malu dengan kelakuannya sendiri.

"Kenapa berhenti? Aku senang." Menma mendudukkan dirinya di atas bangku yang menghadap kelautan luas. "Duduk disini."

Kawaki menatap lama tempat duduk kosong di sanping Menma yang kini di tepuk-tepuk oleh pria itu, lama berpikir, dengan perlahan akhirnya Kawaki mendudukkan dirinya.

"Hah..."

"Kau menyukai seorang gadis, Kawaki?"

Kawaki menggeleng. "Aku belum pernah menaruh perasaan pada siapa pun sebelumnya.

"Kalau begitu.. bagaimana denganku?"

"Aku masih normal."

"Tapi kau belum pernah jatuh cinta pada gadis manapun. Kawaki, tatap aku."

Bola mata Kawaki berputar gelisah dan tangannya tanpa sadar menggaruk tengkuknya yang tak gatal, benar jika Kawaki tak pernah jatuh cinta pada gadis manapun. Tapi bukan berarti Kawaki tidak normal.

"Kawaki, tatap aku."

"Apa?!"

"Galak sekali..."

Kawaki terdiam, mata Kawaki dan Menma bertemu pandang. Cukup lama, hingga jantung keduanya berdetak dengan cepat. Saat Menma mendekatkan wajahnya pada Kawaki, pria itu langsung menyadarinya dan membulatkan matanya.

Kawaki tak bergerak sedikitpun, Kawaki sadar betul dengan apa yang akan Menma lakukan. Tapi Kawaki terus diam, hingga ia merasakan deru napas Menma yang tak beraturan, membuat dirinya memejamkan mata tanpa sadar.

Cup

Mata Menma terpejam merasakan bibirnya menyentuh bibir Kawaki, merasa tak ada penolakan, dengan perlahan Menma menggerakkan bibirnya. Kawaki sedikit tersentak, tapi saat Menma ingin menyusuri ke dalam bibirnya dengan lidah, pria itu tanpa ragu membuka mulut.

Ciuman panas ditengah salju pun terjadi begitu lama, Menma kehilangan kendali dan entah apa yang merasuki Kawaki hingga membuat pria itu menikmati ciumannya. Saliva keduanya pun terus menetes dan mereka akhirnya menghentikan ciuman saat Kawaki memukul punggung Menma dengan keras.

"Aku kehabisan napas, teme!"

"Ups.. maaf, bibirmu sungguh manis."

Kawaki memalingkan wajahnya yang memerah akibat kejadian barusan, sungguh memalukan karena Kawaki terus menolak fakta bahwa ia mulai tak normal karena kehadiran Menma yang terus menggoyahkan dirinya.

"Jangan malu begitu, Kawaki."

"Diamlah..!"

"Apa kau ingin melanjutkannya?"

Kawaki menoleh dengan menatap tajam. "Aku bahkan belum terlalu banyak meraup udara! Teme!"

"Begitu?"

"Tch."

"Jangan marah-marah begitu, kau juga menyukainya."

"Sialan kau."

"Karena belum pernah menyukai seorang gadis, kau hanya perlu menyukai ku, yang seorang pria. Aku juga belum pernah menyukai gadis manapun, bahkan pria sekalipun. Ini pertama kalinya saat bertemu denganmu."

"Pertama kali?" tanya Kawaki tak percaya.

"Aku sendiri ragu jika mencintai sesama jenis, tapi mengingat orang tuaku..."

Kawaki mulai paham mengapa Menma jadi seperti itu, Kawaki menatap kearah langit yang menurunkan salju ke atasnya. Pria itu kembali memikirkan hubungan rumit orang tua angkatnya dan guru yang begitu Boruto kagumi.

"Bagaimana orang tuamu bisa saling mencintai? Mengingat pasangan mereka..."

Menma memejamkan matanya. "Mereka bersama begitu saja."

"Hee?"

"Aku mengatakan yang sebenarnya. Mereka hanya tinggal bersama, tidur bersama. Lalu tiba-tiba aku lahir, mereka tidak mengungkapkan perasaan atau mengklaim hubungan. Tapi mereka hanya bertindak seperti sepasang kekasih, bagaimana ya mengatakannya..?"

"Aku ingin memastikannya sekali lagi."

"Boleh saja."

"Jangan tersenyum, kau menyeramkan."

"Biasanya kau tidak protes..? Tiba-tiba sekali?"

"Tch.. aku pergi saja."

"Eh? Tunggu-! Aku hanya bercanda, Kawaki! Tunggu aku!"


.


.


.



TBC

Rahasia ~ Ninja Misterius{✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang