"Sial..."
Kawaki terus mengumpat dalam perjalanannya yang mengejar Menma dan Kae yang telah pergi, Kawaki diberitahu jika mungkin saja kapal dari pulau negri Bambu telah menjemput Menma dan Kae.
Tapi Kawaki berharap kapal itu belum tiba di pelabuhan, Kawaki berharap ia bisa mendapati Menma yang juga menunggunya untuk datang. Harapan besar itu, membuat Kawaki tak mau menghentika langkahnya.
Sementara itu, di atas sebuah kapal, Menma tampak menikmati hembusan angin laut yang menerpa wajahnya karena kapalnya melaju tanpa adanya hambatan sedikitpun.
"Lautnya tampak indah ya?"
"Yeah..."
"Aku tak percaya kita benar-benar melakukan hal yang seperti ini."
Menma memejamkan matanya. "Maaf ya karena telah merepotkan mu."
"Ini hanya hal biasa yang ku lalukan, Menma-kun."
"Lalu soal pernikahan..."
"Pernikahan itu akan langsung dijalankan setelah kita sampai," Kae memalingkan wajahnya. "Tidak ada alasan untuk menolak, lagipula aku sudah dewasa."
"Kau bercanda? Kau bahkan masih seperti anak-anak."
Kae mendelik. "Kau sedang menghinaku, ya?!"
"Apa menurutmu begitu?"
"Ya!"
"Hei, kalian berhentilah bertengkar."
"Aku tidak mengajaknya bertengkar, tuan putri saja yang sedang sensitif."
"Kau kan memang menyebalkan."
"Kalian!"
Kae duduk di samping Menma dengan bersikap angkuh, gadis itu kemudian memejamkan matanya dan merasakan hembusan angin seperti yang Menma rasakan, ini terasa menenangkan hingga membuat pikiran seolah kehilangan bebannya.
Tuk
"Awh..! Astaga..."
Kae mengeluh saat kepalanya terantuk ke besi bangku tempatnya duduk karena ia tak sengaja tertidur, Menma yang melihatnya pun menarik kepala Kae untuk bersandar di bahunya.
"Apa tidak masalah seperti ini?" tanya Kae ragu.
Menma menggeleng. "Jangan hiraukan aku, kau itu kan seorang tuan putri."
Kae mendelik dengan wajah memerah, lagi-lagi Menma seperti itu. Menma tak pernah berpikir tentang perilakunya, semua ia anggap sebagai hal biasa dan wajar saja untuk dilakukan. Memperlakukan semua orang sama, bahkan dengan perhatian-perhatian kecilnya.
"Apa pulaunya masih jauh ya?"
Menma ikut memejamkan matanya, berharap kapal yang mereka tumpangi bisa cepat-cepat bersandar di sebuah pelabuhan. Entah semuanya akan berjalan dengan baik atau mungkin berlangsung buruk, Menma hanya bisa berharap pada kami-sama.
Menma dan Kae terlelap cukup lama hingga langit mulai gelap, sebuah pulau akhirnya terlihat dipandangan semua orang yang berada di atas kapal yang menjemput Kae untuk kembali ke kerajaannya.
"Pulau apa itu?"
"Oh? Hoam.. aku masih sangat mengantuk.. pulau itu masih kepemilikan Raja, jika pergi berlayar, penduduk dari kerajaan kami biasa singgah di sana," ujar Kae menatap lekat.
"Hmm..."
"Tenang saja, sebentar lagi kapal kita akan bersandar."
"Hanya.. ada sesuatu yang mengganggu pikiranku."
"Kau khawatir tentang itu, ya?"
Menma mengangguk. "Jika perasaan itu tidak ada, sia-sia saja aku melakukan semuanya."
"Menma-kun..."
"Jangan khawatir, kami akan membantu kalian."
"Jangan patah semangat begitu, Menma."
"Kalian..."
"Pesta pernikahan itu memang akan menyambut kita, jangan terlalu mengkhawatirkannya."
.
Skip
.
.
"Sial.. sial!"
Kawaki berteriak frustasi saat berada di pelabuhan dan ia tak menemukan jejak Menma dan Kae, bahkan sudah tak terlihat sebuah kapal. Kawaki merasa menyesal karena membiarkan Menma pergi begitu saja, Kawaki bahkan belum meminta maaf pada Menma.
"Hei, anak muda, apa kau ketinggalan kapal?"
Kawaki terkejut saat melihat seseorang yang membawa perahu mendekatinya, awalnya Kawaki tak mempedulikan keberadaan sosok itu. Tapi kemudian Kawaki tersadar, pria itu mendekati sosok asing yang membawa perahu kecil.
"Benar, saya ketinggalan kapal. Apa anda akan berlayar? Bolehkah saya menumpang sampai ke pulau pertama yang akan anda datangi?"
"Kau akan kemana?"
"Negri Bambu."
"Oh? Aa.. saya penduduk Negri itu, tapi saya memiliki tujuan lain untuk pergi, walau arah kita sama."
"Tidak masalah jika anda memberi saya ijin untuk menumpang."
"Silahkan saja, tapi mungkin ini membutuhkan sekitar 2 atau tiga hari perjalanan."
"Saya akan ikut."
"Baiklah, ayo naik. Sebelumnya saya akan memperkenalkan diri, saya Banjiro."
"Kawaki."
Banjiro menyeringai kemudian ia menebarkan layar perahunya sebelum langsung berlayar bersama Kawaki dan selama perjalanan, Banjiro terus berbicara panjang lebar hingga menceritakan tentang awal mula adanya chakra bagi para shinobi.
"Lalu keluarga Kae..."
"Nenek moyang kami terus menerapkan adat kerajaan bahkan setelah kedatangan Kaguya yang dianggap sebagai dewi, nenek moyang kami tak mempercayai dia dan tetap teguh pada pendirian."
"Lalu bagaimana saat perang dunia ke-4? Kalian tahu jika dewi chakra itu hidup kembali, kan? Apa kalian masih tidak mempercayainya?"
Banjiro menggeleng. "Tentu saja tidak, lihat saja bagaimana para pahlawan bisa mengalahkan seorang dewi. Itulah mengapa kami mempercayakan perlindungan dari desa Konoha, karena merekalah yang mati-matian memusnahkan sang dewi chakra."
Kawaki meringis, ia tak percaya jika ada juga negara yang tak mau ambil pusing tentang adanya dewi ataupun dewa yang menciptakan chakra sekaligus yang malapeta besar, mereka begitu unik sebagai sebuah negara.
"Turunlah."
"Eh?"
Kawaki tersentak dan menatap ke sekelilingnya, ternyata mereka sudah bersandar di pelabuhan kecil namun ada banyak kapal disekitar mereka, bahkan ada juga kapal bangsawan. Sementara di daratan pulau yang tertutupi oleh rimbunan pohon, tempatnya begitu ramai dan penuh pencahayaan indah di malam hari.
"Sepertinya ada pesta?"
"Kau benar, mungkin saja ini pesta pernikahan. Ku dengar tuan putri telah kembali dari desa Konoha, seharusnya pernikahannya berlangsung besok.. tapi-"
Sebelum Banjiro menyelesaikan ucapannya, Kawaki langsung turun dari perahu dan berlari ke tempat pesta besar diadakan. Tubuh Kawaki bergetar dengan tangannya yang mengepal kuat dan tanpa sadar Kawaki meneteskan air matanya.
"Tidak.. tidak..! Ini tidak mungkin!"
Sret
Kawaki menyingkirkan pembatas berduri didepannya yang membuat lengannya terluka hingga mengeluarkan darah, tapi pria itu begitu terkejut saat menemukan pusat keramaian pesta.
"Selamat!"
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia ~ Ninja Misterius{✓}
RomanceSebelum di baca... yang homophobic silahkan di skip aja, ini hanya buat fudanshi & fujoshi Kalau cerita ini alurnya gaje & aneh, skip aja ok hehe .......... Tiba tiba saja seorang shinobi asing muncul di tengah desa Konoha saat masih pemerintahan Na...