"Aku..." napas Kawaki tercekat. "Tidak akan pernah membencimu."
Mata Kae melebar mendengar ungkapan Kawaki, gadis itu langsung memeluk erat tubuh kekar Kawaki. Ia jadi semakin merasa bersalah dengan hal yang terjadi saat ini, tapi semuanya telah terjadi.
"Aku pergi..."
Kae kembali ke tempat ia meninggalkan kereta kudanya, Menma kembali membantu Kae naik keatas kereta kuda kerajaannya dan akhirnya kereta kuda itu pun berjalan, walau dengan sangat lambat.
"Kau tadi pergi kemana."
"Menemui Kawaki."
"Eh?"
"Aku merasa bersalah padanya."
"Lalu bagaimana dengan dia yang bahkan tidak berani padaku?"
Kae terdiam, gadis itu memilih memejamkan matanya dan tertidur dengan lelap. Sementara Menma terus berjalan dengan penuh keyakinan, ia begitu tegar dan menantikan akhir tujuan dari perjalanannya.
"Kawaki, ya? Hah..."
"Menma-san, apa anda tidak lelah? Anda bisa masuk ke dalam kereta dan beristirahat."
Menma menggeleng. "Saat petang nanti kita akan singgah untuk beristirahat sebentar, kalian pasti lelah juga, kan?"
Para pengawal saling menatap, biasanya Raja tak membiarkan mereka untuk beristirahat sebentar saja, alasannya karena ia tak ingin para pengawal menghambat perjalanan mereka. Tapi kini Menma yang memimpin mereka semua dan itu menyenangkan.
"Apa anda yakin? Itu akan menghambat kita."
"Jika kalian tidak beristirahat, lalu seperti apa jadinya jika kita bertemu bandit yang bersembunyi di hutan? Tenaga kita bahkan habis dalam perjalanan."
Benar juga apa yang Menma katakan, mereka tidak akan memiliki tenaga untuk melawan jika ada penyerangan secara tiba-tiba karena mereka terlalu kelelahan. Raja kerajaan mereka sendiri tak pernah memikirkan hal seperti ini.
Dan kini, langit mulai gelap, Menma menghentikan langkahnya dipinggiran danau dan menurunkan Kae dari atas kereta agar gadis itu tak merasa pengap. Sementara para pengawal beristirahat, Menma pergi mencari kayu bakar dan menyelam ke danau untuk mengambil ikan.
Byuuuurrr
Menma terkejut saat Kae tiba-tiba melompat kebawah air, gadis itu tampak tertawa senang saat merasakan air segar danau yang jernih menyentuh basah kulitnya. Setelah merasakan pengapnya seisi kereta, akhirnya gadis itu merasa lega.
"Kyaaaaa hahaha.. menyegarkan sekali...!"
Kae memekik kesenangan dengan bermain air, gadis itu bahkan dengan sengaja menyemburkan air ke wajah Menma. Ia tertawa senang melihat raut wajah masam yang ditunjukkan oleh Menma dan beberapa saat kemudian, Menma menghampirinya dengan lambat.
"Kyaaaaa! Menma, apa kau marah? Jangan mendekat!" Kae berseru histeris tapi gadis itu tetap tertawa.
"Aku akan mencekik mu," desid Menma.
"Oh ya? Ayo coba lakukan," Kae berkacak pinggang.
Menma menenggelamkan kepalanya kedalam air, pria itu pun berenang kearah Kae, tapi Kae tak menyadari keberadaan Menma karena pria itu menggunakan sharingan.
Grep
"Kyaaaaa!"
Kae tersentak karena kakinya ditarik oleh sebuah tangan, gadis itu tenggelam cukup lama sembari memberontak dan membuat para pengawalnya khawatir. Tapi kemudian Menma memunculkan kepalanya dari bawah air sembari mengangkat Kae.
"Menma! Dasar menyebalkan!"
Kae memukul-mukul dada bidang Menma dengan kesal, detak jantung gadis itu berdegup tak karuan. Ia masih benar-benar terkejut dengan perbuatan Menma barusan, sementara Menma terkekeh sembari meminta maaf.
"Kau akan ku hukum atas perbuatan mu!"
"Eh? Hukuman apakah itu, tuan putri?"
"Ugh...!"
Menma menepi ke bebatuan pinggiran danau lalu menarik tangan Kae untuk naik juga dan duduk disampingnya, salah satu pengawal Kae kemudian menghampiri mereka dan memberikan ikan bakar untuk keduanya.
"Terimakasih."
"Hap! Ugh..! Panas!"
Menma menoleh. "Kau harusnya mendinginkan ikan ini dulu dengan meniupnya."
Menma meniup ikan bakar milik Kae dengan mencontohkannya pada Kae, sementara gadis itu menatap wajah serius Menma dengan seksama, beberapa saat kemudian ia tersenyum simpul
"Terimakasih ya, kau membuatku menikmati perjalanan ini sebelum tiba di kerajaan ku. Jika bukan karena mu, mungkin perjalanan ini akan terasa sangat membosankan."
Menma mengacak pelan rambut Kae, pria itu tersenyum simpul melihat gelagat gadis itu yang seperti anak kecil. Jika Menma memperhatikannya lebih, Himawari terlihat lebih dewasa daripada Kae.
"Ini bukan apa-apa, kamu sampai terlihat sesenang itu."
"Tentu saja..."
"Malam ini kita akan berangkat ke pelabuhan, kapal yang menjemput kita akan tiba sebelum pagi, kan?"
Kae mengangguk. "Aku sudah tak sabar menantikannya!"
"Sepertinya kau tidak sabar menjadi pewaris."
"Hah.. kalau itu.. tentunya aku harus siap."
"Bagus kalau begitu."
.
Skip
.
.
"Wah.. kita tiba tepat waktu!"
Kae turun dari keretanya dengan tergesa-gesa dan gadis itu hampir saja terjatuh jika Menma tak sigap menahannya, Menma terlihat menegur Kae karena kelakuan gadis itu dan ia hanya tertawa meringis.
Setelah melepaskan Kae, Menma langsung mengecek kapal mereka terlebih dahulu. Tentu saja Menma memperlakukan Kae berlebihan begini, karena ia yang meminta untuk mengawal Kae kembali ke kerajaannya dan berjanji akan menjaga gadis itu dengan baik tanpa adanya sedikitpun cela.
"Bagaimana?"
"Semuanya sudah siap dengan baik, ayo naik, mereka sudah menunggu kita."
Kae tersenyum sembari meraih tangan Menma yang terulur kearahnya, keduanya sama-sama tersenyum dengan saling menatap. Mereka akhirnya naik bersama keatas kapal.
Sementara di desa Konoha, Kawaki berjalan mengelilingi desa. Pria itu merasa gelisah setelah sehari tak melihat keberadaan Menma dan Kae, pria itu mulai membayangkan bagaimana jika Menma benar-benar di tahan di negri Bambu tempat asal Kae.
Kawaki tiba-tiba saja memutar arah langkahnya dan ia melangkah dengan cepat, semakin lama ia berjalan, ia melangkah semakin cepat dan menjadi lebih cepat.
Kawaki mengepalkan tangannya. "Sialan..."
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia ~ Ninja Misterius{✓}
RomanceSebelum di baca... yang homophobic silahkan di skip aja, ini hanya buat fudanshi & fujoshi Kalau cerita ini alurnya gaje & aneh, skip aja ok hehe .......... Tiba tiba saja seorang shinobi asing muncul di tengah desa Konoha saat masih pemerintahan Na...