Chapter 17

911 74 1
                                    

"Hah..."

Sudah kesekian kalinya Menma mengeluh lelah, hari ini pria itu ditugaskan lembur bersama Sakura karena kemarin ia pulang saat masih siang. Menma sendiri tak bisa melakukan apapun, disini ia memang harus bertanggung jawab atas kelakuannya.

Perjuangan itupun tak ia dapatkan dengan baik, saat menjemput Kawaki, pria itu malah mengabaikannya dan melewatinya begitu saja. Menma tentunya marah dengan sikap Kawaki yang kasar padanya, memperlakukannya seperti musuh

Tapi untungnya setelah Menma memeluk Kawaki, Kawaki tiba-tiba saja meneteskan air mata dalam pelukannya. Kawaki tampak terus meracau dengan nada menyesal, tapi Menma hanya bisa semakin mengeratkan pelukannya.

Setelah Kawaki tenang, pria itu ke sungai membersihkan wajahnya dan terpaksa Menma langsung mengantar Kawaki pulang karena melihat keadaan Kawaki. Padahal Menma ingin mengajak Kawaki untuk makan bersama dan naik ke monumen untuk bersantai, tapi Menma tak bisa egois.

Dan kini, Menma jadi tak bisa memiliki waktu untuk bertemu dengan Kawaki karena pekerjaannya, kesempatan kemarin yang terlewat membuatnya kesal. Walau begitu, Menma tak bisa melakukan apapun, marah pada Kawaki saja tak bisa.

Sementara di tempat Kawaki saat ini, pria itu sedang makan bersama tim 7 Konohamaru di thunder burger. Kawaki sedikit bosan karena ketiga temannya terus saja membahas tentang misi tim 7 yang mereka jalankan, Kawaki hanya bisa memperhatikan dengan malas hingga topik percakapan berubah.

"Kau tidak latihan lagi bersama Menma?"

Sarada menggeleng. "Dia sibuk hari ini, katanya akan lembur karena kemarin ia pulang cepat."

"Oh, aku melihatnya, ku pikir dia ada janji kencan denganmu kemarin."

"Janji kencan?" tanya Kawaki penasaran.

"Hei, itu tidak benar! Mitsuki no baka! Jangan percaya padanya, Kawaki!"

"Hah?"

"Sarada menyukai Menma," Boruto berbisik pada Kawaki. "Lihat wajah memerahnya itu."

"Hah? Tunggu- menyukai?!"

"Boruto!"

"Hahaha.. gomenasai, gomen... habisnya kenapa kau berlebihan begini? Wajahmu sampai memerah."

"Aku tidak berlebihan..! Lagipula wajahku sama sekali tidak memerah!"

"Kelihatan sekali lho dari wajahmu~"

"Wajahmu lucu, Sarada-san..."

Kawaki menatap datar kearah Sarada yang terus berteriak gugup, lalu menatap Boruto dan Mitsuki secara bergantian. Boruto tampak meledek Sarada dan Mitsuki yang tertawa melihat kedua tingkah rekannya.

Melihat mereka yang seperti ini, Kawaki merasa tak senang. Bagaimanapun Sarada itu seorang gadis yang cocok menjadi pasangan seorang pria tulen seperti Menma, jika Sarada menyukai Menma, ada kemungkinan Menma akan membalasnya.

Walau Menma telah mengatakan jika ia hanya menyukai Kawaki, tetap saja seseorang akan memilih pasangan yang pasti, yang menyukai dirinya dengan tulus. Sarada tampak benar-benar menyukai Menma, bagaimana jika Sarada mengungkapkan perasaannya pada Menma.

Kawaki tak dapat membayangkan saat itu terjadi, dimana Menma menerima perasaan Sarada dan melupakan Kawaki. Menma tak lagi mengganggunya, atau melakukan hal aneh disekitarnya.

Apa yang salah dengan itu? Bukankah itu yang kau inginkan selama ini, Kawaki? Oke, sekarang Kawaki mengakuinya, pria itu cemburu dan tak sanggup jika Menma harus bersama Sarada.

"Oi, Kawaki, kau tidak pulang?"

Kawaki tersentak, pria itu menatap Boruto yang berdiri didekatnya sembari menepuk pundaknya. Sementara Sarada dan Mitsuki menatap Kawaki di dekat pintu thunder burger, dengan Sarada yang berkacak pinggang.

"Kau pulang duluan saja, Boruto."

"Hee? Kau mau kemana?"

"Ada tempat yang harus ku kunjungi."

"Begitu? Baiklah, kami pergi dulu."

Kawaki mengangguk kemudian menyeruput minuman bersodanya, setelah Boruto, Mitsuki dan Sarada tak lagi terlihat, Kawaki bangkit berdiri dan langsung pergi ke tempat ingin ditujunya.

.

Skip

.

"Oh? Kawaki? Mencari sesuatu?" tanya Sakura bingung karena tak melihat adanya cedera atau keadaan Kawaki yang berbeda.

"Dimana ruangan Menma?"

"Oh? Di kanan ujung lorong ini."

"Terimakasih, Sakura-san."

Kawaki melangkahkan kakinya untuk pergi mencari ruangan Menma dan akhirnya pria itu sampai diujung lorong, hanya ada satu ruang yang dipikirnya adalah ruangan Menma.

Tanpa mengetuk, Kawaki langsung membuka pintu dan memasuki ruangan Menma. Betapa terkejutnya pria itu saat melihat Menma yang sedang makan dengan terburu-buru, sementara didepan pria itu ada Sarada.

"Kawaki?"

Menma dan Sarada menoleh dengan terkejut melihat kehadiran Kawaki yang berdiri mematung didepan pintu, tanpa sengaja Menma menjatuhkan sendok untuk makan di genggamannya.

"Sarada, kah.."

"Kawaki, kau..."

"Maaf, sepertinya aku salah ruangan."

Kawaki langsung keluar dan langsung menutup pintu rapat, pria itu berjalan pergi dengan cepat, sementara Menma langsung berlari keluar meninggalkan Sarada yang kebingungan.

"Eh?"

"Kawaki!"

Menma berlari dengan khawatir, pria itu memikirkan tentang bagaimana perasaan Kawaki saat ini. Ia tau jika ini kesalahpahaman karena ia hanya berduaan dengan Sarada, Kawaki pasti berpikir jika dirinya memiliki hubungan khusus dengan Sarada.

Grep

"Mau kemana? Bukankah tadinya kau salah ruangan?"

"Lepaskan tanganku," desis Kawaki tak suka.

"Ada apalagi hari ini?"

"Sebaiknya kau kembali ke ruangmu dan menemani Sarada, dia kau tinggalkan begitu saja."

"Kau.. cemburu?"

Kawaki memalingkan wajahnya. "Aku tidak cemburu, ada baiknya kau bersama dia. Kau tau, dia menyukaimu."

"Lalu bagaimana denganmu?"

"Apa?" tanya Kawaki bingung.

"Apa kau tidak menyukaiku?"

Kawaki tersentak, namun dengan cepat ia merubah raut wajahnya dan kemudian ia menggelengkan kepalanya. Gelengan itu membuat Menma terdiam membeku, namun ucapan Kawaki selanjutnya menjelaskan semuanya.

"Karena aku tidak menyukaimu, pastinya kau akan membalas perasaan Sarada. Bukannya akan menyenangkan mendapatkan cinta yang tulus dari seseorang?"

"Kawaki..." napas Menma tercekat. "Aku semakin yakin jika kau terlalu cemburu. Apa kau akan senang jika aku bersama Sarada? Ini ketulusan, bukan? Merelakan seseorang yang kau cintai bahagia dengan orang lain."

"Te- teme..! Ini tidak seperti itu! Jangan berpikir-"

"Tapi kau salah, aku tidak bisa bahagia dengan orang lain, aku hanya bahagia denganmu saja."

"Hah?"

Menma menarik Kawaki ke dalam hutan-hutan kecil yang sepi, Kawaki yang terkejut hanya pasrah saja dan tiba-tiba Menma memeluk erat tubuh pria itu.

"Kau luluh dengan pelukan, bukan?"

"Sialan kau..!"



.



.



.



TBC

Rahasia ~ Ninja Misterius{✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang