Chapter 35

903 63 2
                                    

Beberapa hari kemudian, pesanan bahan-bahan yang dibutuhkan rumah sakit Konoha akhirnya tiba. Menma memberi perintah pada para perawat untuk meracik bahan-bahan yang tersedia agar menjadi vaksin atau vitamin-vitamin yang lain.

Setelah semuanya selesai dengan baik, Menma memberikan suntikan pada anak-anak yang terserang demam. Pria itu begitu berusaha hingga tak peduli dengan keadaannya sendiri.

Setelah melakukan penyuntikan pada malam hari, pagi harinya Menma terkejut karena anak-anak yang sebelumnya sakit kini sedang bermain-main disekitarnya.

"Kakak sudah bangun?"

"Woah.. dia sudah bangun!"

"Kakak!"

Anak-anak disekitarnya langsung menghambur memeluknya, Menma tak percaya jika mereka semua tahu siapa yang menemani mereka belakangan ini. Sebenarnya Menma tidak berharap hal ini terjadi, tapi mau bagaimana lagi.

"Hei, kalian, jangan membuat Menma-kun semakin kelelahan."

Menma menoleh. "Oh, ini bukan apa-apa. Jadi, Himawari, apa aku bangun terlalu kesiangan?"

"Tidak juga, kamu sudah terlalu kelelahan semalam, ini sudah sewajarnya."

Menma mengusap wajahnya, semalam pria itu memang terlalu memaksakan dirinya. Tapi hasilnya memuaskan setelah melihat anak-anak dihadapannya jadi ceria dan begitu bersemangat.

"Kak, terimakasih ya karena sudah merawat ku."

"Aku juga, aku juga!"

Menma menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan hanya bisa mengangguk sebagai balasan dari setiap ucapan antusias anak-anak disekitarnya, pria itu pun bangkit berdiri dan melangkah mendekati Himawari.

"Misi ku akhirnya selesai..."

"Jadi kau akan..."

"Ya."

Himawari tersenyum. "Kau sudah tak sabar untuk menunggu hari itu, kan?"

"Yeah... tapi pertama-tama aku akan pulang ke apartemenku dulu, membersihkan diri dan beristirahat untuk hari esok."

"Nah, itu dia!"

"Jadi.. boleh aku pulang sekarang?"

"Tentu."

Menma meregangkan tangannya, akhirnya pria itu bisa beristirahat dengan baik setelah beberapa hari yang melelahkan ini. Tapi saat pria itu akan pergi, seorang anak perempuan menarik tangan Menma manja.

"Eh?"

"Apa kakak tidak ingin bermain dengan kami?"

Menma terkejut lalu mengelus kepala anak perempuan yang menarik tangannya barusan dan membuat wajah anak itu memerah karena perlakuan Menma.

"Maaf ya, tapi besok aku harus mengantar seorang putri kembali ke kerajaannya."

"Putri?"

"Wah.. putri?"

"Seorang tuan putri?!"

"Apa kakak pangerannya?"

Menma tersentak lalu melirik Himawari, Himawari yang dilirik pun terkekeh melihat situasi Menma saat ini. Menma yang bingung akan melakukan apa akhirnya berjongkok didepan anak yang bertanya itu.

"Untuk pasangan ku, tentunya aku seorang pangeran."

"Tapi bukankah kakak cocok dengan tuan putri kerajaan?"

"Benar, kan? Sepertinya sebentar lagi itu akan terwujud, jadi.. biarkan aku pergi untuk mengantar tuan putri itu agar pangeran ini bisa bersama dengan dia."

Anak perempuan itupun melepaskan tangan Menma, Menma akhirnya berpamitan dan langsung pulang ke apartemennya. Pria itu berendam di kamar mandinya untuk waktu yang lama, hingga ia bahkan tertidur di sana.

"Hah..."

Menma mengeluh, tapi pria itu cukup menikmatinya. Ia tak menyangkal jika beberapa hari ini begitu menguras tenaganya, walau begitu, ia merasa bangga setelah melihat bagaimana kegembiraan anak-anak yang dilihatnya tadi.

Yeah.. Menma begitu menikmati hari ini hingga tak ingin jika waktu berlalu begitu cepat.

.

.

.

.

"Yo, Kae."

"Astaga!"

"Kenapa begitu terkejut?"

Kae mendengus, ia tak tahu jika Menma akan memergokinya makan hotdog dengan begitu antusiasnya, Kae juga tak akan bisa seperti ini jika ia telah sampai di kerajaannya nanti. Waktu terasa berlalu begitu cepat dan Kae tak akan bisa lagi merasakan kebebasannya.

"Apa aku sudah seperti pangeran untuk seorang tuan putri? Banyak yang mengatakan jika aku pantas," goda Menma.

"Hah? Jangan menggodaku!"

"Bukankah aku pergi mengantarmu ke Negri Bambu untuk dinikahkan denganmu?"

"Menma-kun!"

Menma tersenyum. "Kenapa? Kenyataannya memang begitu, kan?"

"Berhenti saling menggoda."

"Oh? Ohayou, Hokage-sama."

"Jangan memanggilku seperti itu, Menma," desis Sarada.

"Dia jadi semakin menyebalkan ya?"

Sarada mengangguk menanggapi pertanyaan Kae, kini mereka berdiri di perbatasan desa Konoha dan tak jauh dari perbatasan, terlihat kereta kuda kerajaan yang akan Kae tumpangi menuju desanya.

"Kalian harus berhati-hati."

"Ya, tentu saja."

"Menma, lindungi Kae dengan benar."

"Ya, tanpa kau suruh pun aku akan tetap melakukannya."

Sarada berpaling dan melangkah pergi kembali ke kantor Hokage, sementara Menma kini membantu Kae menaiki kereta kuda kerajaan. Beberapa pengawal terlihat mengelilingi kereta kuda kerajaan dan Menma berjalan di samping kereta tepat di samping Kae.

"Kau tidak akan pamit dulu pada Kawaki-kun?"

"Buat apa?"

"Tunggu!"

Kae turun dari kereta kudanya dan ia kembali memasuki desa dengan berlari tergesa-gesa, hingga langkah kaki gadis itu berhenti tepat didepan Kawaki, membuat Kawaki terkejut dengan kehadiran Kae yang mengenakan fashion tuan putri.

"Kawaki-kun, maafkan aku! Maaf! Terimakasih karena selama ini kau telah menemaniku dari awal, kau melindungi ku dari pembunuh bayaran yang tak lain adalah sisi lain Hana sensei.. lalu.. banyak lagi kejadian dimana kau membantuku, kau bahkan berusaha membuatku senang. Terimakasih! Dan.. maaf.. maafkan aku karena malah pergi bersama Menma-kun, ku harap kau tidak membenciku."

"Aku..." napas Kawaki tercekat. "Tidak akan pernah membencimu."

Mata Kae melebar mendengar ungkapan Kawaki, gadis itu langsung memeluk erat tubuh kekar Kawaki. Ia jadi semakin merasa bersalah dengan hal yang terjadi saat ini, tapi semuanya telah terjadi.

"Aku pergi..."




.




.




.



TBC

Rahasia ~ Ninja Misterius{✓}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang