Mataku seketika memanas dengan hatiku yang kembali sakit saat melihat sahabatku tengah berciuman dengan pacarnya.
"What the fuck.....JENNIE!"
Aku melihat Bu Oliv yang berteriak ia melangkah berjalan menuju Jennie dan ka Arga yang terkejut melihat kami "apa-apaan kamu berciuman di sini? Ini bukan tempat untuk berbuat mesum"
"A-aunty ak-aku bisa jelasin"
"DAN UNTUK KAMU ARGA PULANG!"
Aku melirik wajah ka Arga yang ketakutan ia mulai berlari melewatiku menuju pintu keluar, aku melihat mata Jennie yang berkaca-kaca menatapku dan Bu Oliv secara bergantian.
"APA-APAAN KAMU JEN"
"Aunty tadi ga seperti yang aunty lihat"
"Ga seperti yang aunty lihat apa? Jelas-jelas kalian berciuman"
Perlahan aku melangkah menuju Bu Oliv ku usap lengannya untuk menenangkan dirinya "ada apa ini?"
Aku melirik pintu yang di mana mama Amel tengah menatap ke arah kami dengan tatapan bingung "ka anakmu tu berbuat mesum di rumah"
Aku tersentak saat Bu Oliv menarik tanganku membawaku ke kamar miliknya, aku hanya terdiam saat melihat kamar Bu Oliv yang terbilang sangat rapih dan berbau sangat wangi yang menyejukkan Indra penciumanku.
"Kamu tunggu sini jangan pulang aku ganti baju dulu sebentar"
Aku hanya mengangguk saat Bu Oliv masuk ke dalam kamar mandi aku menghela nafas memegang dadaku yang terasa sesak padahal beberapa hari ini hatiku sudah mulai membaik tapi harus sesak kembali.
Ceklek
Aku menelan ludahku dengan susah payah saat melihat Bu Oliv hanya mengenakan tanktop hitam dan celana pendek sepaha yang menampilkan paha putihnya, ia tersenyum padaku sembari berjalan melewatiku.
Aku mengerutkan dahiku saat melihat Bu Oliv mengambil sebuah kotak seperti kado ia memberikannya padaku "apa ini Bu?"
"Buka saja"
Aku pun mulai membuka kotak yang di berikan olehnya, seketika aku tersentak saat tiba-tiba Bu Oliv memelukku menyamping "b-bu jangan peluk-peluk saya susah bukanya"
"Susah bagaimana? Kamu membuka kotak itu pakai tangan bukan pakai tubuhmu yang aku peluk"
Aku menghela nafas "tapi Bu kan ibu sudah bilang ga bakal macem-macem sama saya"
"Sayang"
Seketika tubuhku meremang saat Bu Oliv berbisik tepat di sekitar area leherku "dengerin aku ya, aku cuma mau peluk ga macem-macem atau kamu pengen aku macem-macemin?"
Sontak aku langsung menggeleng "ga Bu saya ga mau"
"Makanya buka aja biarin aku peluk kamu, aku tau hati kamu lagi ga baik-baik aja"
Ceklek
Aku menoleh ke arah pintu melihat Jennie yang sedang menatap kami ku lihat Bu Oliv melepaskan pelukannya "aku mau jalan-jalan sama Lisa aunty, jadi aku pinjem Lisanya dulu"
"Jangan sekarang Jen Lisa lagi ga baik-baik aja"
Jennie melangkah cepat menghampiriku ia duduk tepat di sampingku "ga baik-baik kenapa? Apa kamu sakit Lili?"
Aku terdiam tidak mungkin aku berkata jujur padanya, aku menatap Jennie kemudian aku menggelengkan kepalaku "aku gapapa Jen, Bu Oliv boong"
"Yaudah ayo jalan-jalan"
Kurasakan Jennie memegang tanganku tetapi tanganku yang satunya di tahan Bu Oliv "nanti aja jalan-jalannya aunty masih ada perlu sama Lisa"
"Ga bisa aunty Lisa udah ada janji sama aku"
Ku lirik Jennie melepaskan tangan Bu Oliv yang memegang tanganku ia menarikku keluar dari kamar, aku melupakan kotak dari Bu Oliv kira-kira isinya apa ya?
"Jen kotakku ketinggalan"
Jennie memberhentikan langkahnya menatapku datar "Nini bukan Jen okey? Dan kotak apa sih? Pasti kotak ga penting"
Aku menghela nafas membiarkan Jennie menarik tanganku menuju kamarnya, aku seperti bola yang di oper kesana kemari.
***
Saat ini aku sedang bersama Jennie kita sekarang berada di caffe milik mommyku yang berada di bukit yang di kelilingi kebun teh. Sedari tadi kami hanya terdiam memandangi pemandangan yang begitu indah dari rooftop bukit ini, mommy pintar sekali memilih tempat untuk membangun sebuah caffe.
Di sini bukan hanya ada kami saja tapi begitu banyak anak remaja lainnya di dalam caffe yang sedang menikmati beberapa makanan dan minuman lainnya.
"Apa kamu juga berfikir kalau aku dan ka Arga berciuman?"
Aku hanya terdiam rasanya sakit harus mengingat kembali adegan berciuman mereka "kenapa kamu diam? Apa dengan kamu berdiam sebagai jawaban iya?"tanya Jennie lagi.
Aku menatap Jennie dengan lekat aku mengusap pipinya sembari menaruh beberapa helai rambutnya ke telinga "aku tidak tau Jen tapi aku melihat kalian memang berciuman" bahkan aku sudah melihatnya dua kali lanjutku ucap dalam hati.
"Aku tidak berciuman, ka Arga mendekatkan wajahnya padaku dia memang mau menciumku tapi waktu aku ingin menghindarinya auntyku lebih dulu berteriak"
"Lalu untuk apa kamu menjelaskannya padaku?"
"Aku hanya takut kamu seperti auntyku salah paham"
Aku tersenyum "toh kalau kamu berciuman dengan ka Arga ya itu tidak masalah menurutku karna kalian kan berpacaran"
Jennie menarik tanganku membawanya duduk di samping ia menatapku dengan lekat "Lili walaupun aku berpacaran dengan ka Arga aku tidak melakukannya lebih jauh, kami hanya sekedar pelukan dan ciuman di dahi saja itupun ka Arga yang memulainya duluan"
Apa Jennie berkata jujur? Tapi aku melihatnya sendiri di mobil mereka berciuman Jennie pun begitu menikmatinya.
"Lalu yang di mobil?"
Ku lihat Jennie menatapku terkejut "kamu melihatnya?"
Aku mengangguk "ya aku tidak sengaja melihatnya pada saat akan lewat"
"Lili i-itu ak-aku terbawa suasana tapi setelahnya aku mendorong tubuh ka Arga percaya padaku"
Aku tidak tau adegan selanjutnya karna melihat Jennie yang begitu menikmati ciumannya aku langsung bergegas pergi dengan hatiku yang benar-benar sesak hingga besoknya aku jatuh sakit.
"Kamu sahabatku Jen tentu aku percaya padamu"
Sebenarnya aku sedikit ragu tapi aku akui Jennie mau menjelaskan semuanya ya walaupun aku tidak tau Jennie berkata jujur atau tidak.
Ku lihat Jennie tersenyum ia langsung memelukku dengan erat "oh ya satu lagi Lili, ka Arga mengajakku untuk datang ke pesta ulang tahun temannya, menurutmu apa aku harus ikut?"
"Memangnya kapan acara itu di mulai?"
"Besok, karna kamu sahabatku jadi aku ingin meminta ijin padamu saja"
"Harusnya kamu meminta ijin pada mama Amel lebih dulu Jen bukan padaku lagian aku akan mengiyakan kalau saja mama Amel menyetujuinya"
Ku lihat Jennie mengerucutkan bibirnya "akuuu hanyaaa ingin ijin padamuuuuu Liliiii"
Aku terkekeh saat Jennie bersikap manja padaku, dia benar-benar sangat menggemaskan kalau sedang seperti ini rasanya aku ingin sekali mencium bibirnya yang mengerucut.
"Memang pestanya akan di adakan di mana?"
"Di sebuah club"
____
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
About Me✓
Teen Fiction[17+] Apa aku akan seperti kedua orang tuaku yang menyukai dan mencintai seorang perempuan? Kenapa kau membuatku jatuh cinta? Kalau pada akhirnya kau meninggalkanku untuk selamanya? ****** Note : GXG STORY! Yang ga suka jangan baca pleaseee!!! Sebel...