29

3.2K 263 45
                                    

Aku menerjapkan mataku berkali-kali saat seseorang terus menerus menciumi area wajahku, aku menyipitkan mataku saat melihat Bu Oliv yang tengah tersenyum padaku.

"Wake up baby kamu harus siap-siap untuk berangkat kuliah"

Aku langsung memeluk erat perut Bu Oliv yang tengah terduduk, kurasakan ia mengusap rambutku "ayo sayang mandi nanti kamu telat lagi" ucapnya lagi.

Aku menghela nafas dengan perlahan aku bangun dan kembali memeluk kekasihku dengan kepalaku yang menelusup masuk ke area sekitar lehernya, ku cium bau parfumnya yang sudah membuatku candu.

Bu Oliv benar-benar sangat wangi pagi ini.

"Bu rasanya aku ingin memeluk ibu terus"

"Nanti kamu bisa memelukku lagi sepuasnya, sekarang kamu harus mandi"

Aku mengerucutkan bibirku menatap Bu Oliv yang tengah tersenyum padaku. Aku langsung memejamkan mataku saat ia mencium bibirku cukup lama dengan sedikit lumatan.

"Apa ibu tidak jiji? Mulutku pasti bau"

Bu Oliv terkekeh "tidak...untuk apa jiji? Kamu kekasihku dan aku mencintaimu, sekarang mandilah aku sudah menyiapkan sarapan untukmu"

Aku mengangguk dan menciumi seluruh wajah Bu Oliv setelah itu aku berlari ke kamar mandi saat mendengar ia berteriak kesal, mungkin sekarang aku sudah benar-benar mencintainya.

Sekarang aku tengah berada di apartemen milik kekasihku, aku sudah sering sekali menginap untuk sekedar menemani Bu Oliv yang tinggal di apartemen semenjak ia memilih berpisah rumah dengan mama Amel ntah karna masalah apa.

Sebenarnya Bu Oliv sering memintaku untuk tinggal bersama tapi mommy masih belum mengijinkanku.

Sekarang aku sudah mulai masuk kuliah sejak 3 bulan yang lalu, hubunganku dengan Bu Oliv pun masih bertahan sampai sejauh ini...ya walaupun akhir-akhir ini ia sering sibuk di kantor tapi aku memakluminya saja.

Sedangkan hubunganku dengan Jennie masih baik-baik saja sebagai teman walaupun Jennie terkadang posesif saat kami sedang berdua. Aku terus mencoba menghindarinya tetapi Jennie seperti hantu yang selalu muncul tiba-tiba.

Aku tersenyum melihat wajahku di pantulan kaca sekarang rambutku benar-benar sudah sangat panjang, aku ingin sekali memotongnya tapi Bu Oliv melarangnya ia ingin rambutku tetap panjang.

Seketika aku mengerutkan dahiku saat tidak sengaja melihat tong sampah yang begitu penuh dengan tisu berwarna merah, sejak kapan tisu berganti warna?

Aku pun berjongkok mengambil satu lembar tisu dan mencium baunya, kenapa bau amis? Apa ini darah?

Seketika aku langsung bergegas berlari keluar kamar mandi untuk menghampiri kekasihku, ku lihat ia yang tengah menaruh nasi goreng ke piring dengan pakaian yang sudah sangat rapih.

"Loh kenapa kamu belum bersiap-siap sayang? Nanti kamu telat"

"Bu kenapa banyak tisu berlumuran darah di toilet? Apa itu darah ibu?"

Ku lihat Bu Oliv terdiam "ah..y-ya itu tadi pagi-pagi aku mimisan sayang jadi banyak darah"

Aku langsung memegang kedua pipinya "kenapa ibu tidak bilang padaku? Aku akan membawa ibu ke rumah sakit"

"Sayang aku hanya mimisan kamu tidak perlu khawatir"

"Tapi Bu aku tetap khawatir padamu karna tadi aku lihat banyak sekali darah pada tisunya"

"Aku baik-baik saja percaya padaku, sebaiknya kamu bersiap-siap untuk pergi kuliah karna aku juga harus pergi ke kantor"

Aku memeluk tubuh Bu Oliv dengan erat, setelah melihat darah tadi kenapa aku jadi takut kehilangan kekasihku?

About Me✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang