23

2.5K 264 18
                                    

"Sayang sayang sayanggg......."

Aku menghela nafas saat Bu Oliv memanggilku lagi dan lagi, baru beberapa menit aku ke dapur hanya untuk menaruh piring kotor sudah di panggil lagi?

Grep

Aku tersentak saat tiba-tiba seseorang memeluk tubuhku dari belakang, aku menoleh saat Bu Oliv sedang tersenyum padaku "Bu lepasin takut mama Amel melihatnya"

"Memang kenapa? Toh kakakku sudah tau kita pacaran jadi apa masalahnya?"

"Ya tapi tidak di sini ibu memelukku"

Kurasakan Bu Oliv semakin mengeratkan pelukannya "apa kamu bisa berhenti memanggilku dengan sebutan ibu? Aku ini pacarmu bukan ibumu Lisa, kita sudah berpacaran hampir 5 bulan tapi kamu masih saja memanggilku dengan sebutan ibu"

"Aku sudah terbiasa memanggilmu ib....-"

"EKHEMM"

Sontak aku dan Bu Oliv melepaskan pelukannya kami berbalik melihat Jennie yang tengah menatap kami sembari menyilangkan kedua tangannya di dada "bisa tidak kalian jangan bermesraan di dapurku? Nanti dapurku ternodai"

"Oh maaf Jen, aunty tidak tahan kalau tidak bermesraan dengan Lisa, mari sayang kita ke kamar untuk membuat dede bayi"

Aku melototkan mataku menatap Bu Oliv, dede bayi?

Aku hanya terdiam saat tanganku di tarik oleh Bu Oliv, ku lirik Jennie yang hanya memasang wajah datar menatapku. Kenapa Jennie semakin hari semakin menyeramkan ya?

"Bu lebih baik kita di ruang tamu saja"

Ku lihat bu Oliv menaikkan alisnya sebelah menatapku "kenapa harus di ruang tamu? Lebih baik kita di kamar saja sayang"

"Aku tidak ingin hal yang tidak di inginkan terjadi Bu"

Ku lihat Bu Oliv melepaskan pegangan tanganku ia menekuk wajahnya berjalan ke ruang tamu sembari menyilangkan kedua tangannya.

Aku terkekeh, kenapa semenjak Bu Oliv sadar dari koma ia semakin menggemaskan seperti ini? Hatiku mulai menghangat dengan perlakuan bu Oliv yang selalu ia berikan padaku, apa aku sudah mulai jatuh cinta padanya?

Aku berjalan ke arahnya duduk tepat di sampingnya "Bu wajahnya jangan di tekuk begitu"

Aku menghela nafas saat Bu Oliv hanya terdiam, aku memegang dagunya mengarahkan wajahnya ke arahku "kamu cantik sekali bu, aku beruntung memilikimu"

Ku lirik Bu Oliv mengigit bibirnya sembari tersenyum ia langsung naik ke pangkuanku mengalungkan kedua tangannya di leherku dengan menyatukan dahinya ke dahiku.

Aku hanya membiarkannya karna Bu Oliv sudah terbiasa melakukannya padaku hampir setiap hari bahkan ia sering mencium bibirku berkali-kali.

"Apa kamu sudah mulai mencintaiku?"

Aku terdiam menatap Bu Oliv, sejujurnya aku tidak tau aku sudah mencintai Bu Oliv atau belum. Karna setiap kali aku dekat dengannya aku begitu nyaman tapi di sisi lain hatiku masih terukir nama Jennie.

"Hey kenapa terdiam hum? Tidak apa-apa kalau kamu masih belum mencintaiku, aku akan berusaha lagi membuatmu mencintaiku"

Aku tersenyum memeluk erat tubuh Bu Oliv yang masih berada di pangkuanku, perlahan Bu Oliv mendorong bahuku ia menatapku dengan lekat sembari mengusap pipiku dengan senyuman yang terus terukir di bibirnya.

Aku hanya terdiam saat Bu Oliv mulai memiringkan wajahnya mendekatkannya ke arahku hingga bibir kami menyatu, kurasakan ia mulai melumatkan bibirku yang membuat tubuhku meremang. Perlahan aku mulai membalas lumatannya dengan kedua tanganku yang masih memeluk pinggangnya.

"Mmhhh enghh"

Aku mendengar lenguhan yang keluar dari mulut Bu Oliv, kami terus saling melumatkan satu sama lain. Ini pertama kalinya aku membalas lumatan Bu Oliv ternyata apa yang di bilang orang-orang itu benar kalau ciuman itu benar-benar sangat nikmat.

PRANGG

Sontak aku melepaskan ciumanku dengan Bu Oliv saat mendengar suara pecahan dari arah dapur.

Aku dan Bu Oliv saling melirik dan segera berjalan ke arah dapur, mataku melotot saat melihat Jennie yang tengah mengumpulkan pecahan piring dengan darah di jarinya.

"Astaga Jen kenapa bisa begini?"tanyaku panik menghampirinya.

Aku membantu Jennie berdiri dan membawanya ke ruang tamu aku segera membawa kotak medis mengeluarkan obat merah, dengan perlahan ku obati jari Jennie yang tergores pecahan piring.

"Sshh aw pelan-pelan"

Aku hanya mengangguk sembari terus memberikan obat merah pada jari Jennie yang terluka, setelah itu aku merobek bungkusan hansaplast dan menggulungkan nya pada jarinya.

"Kenapa kamu tidak hati-hati Jen? Lihatlah kamu jadi terluka"

"Aku tidak fokus Lili"

Aku menatap mata Jennie dengan lekat ini pertama kalinya setelah 5 bulan ia tidak memanggilku Lili kembali.

"Lain kali berhati-hatilah"

Ku lihat Jennie tersenyum mengangguk, aku bernafas lega syukurlah luka Jennie tidak terlalu mengeluarkan banyak darah. Aku melirik sekeliling saat aku tidak melihat Bu Oliv, kemana dia?

"Jen aku tinggal dulu"

Aku bergegas meninggalkan Jennie di ruang tamu sendirian menuju kamar bu Oliv.

Perlahan aku membuka pintu kamar Bu Oliv, ku lihat ia yang sedang terduduk di depan meja riasnya, aku tersenyum aku pun berjalan menghampirinya memeluk lehernya sembari menatap mata Bu Oliv dari kaca.

Aku mengerutkan dahiku saat melihat mata Bu Oliv yang merah "Bu kenapa dengan matamu?"

"Tidak apa-apa sayang tadi aku hanya kelilipan sesuatu jadi merah begini"

Aku menarik tangan Bu Oliv agar terduduk di ranjangnya "harusnya ibu tidak menggosok mata ibu sampai merah begini kalau iritasi bagaimana?"

Ku lihat Bu Oliv tersenyum "mau bagaimana lagi mataku perih"

"Apa sekarang masih terasa perih?"

Bu Oliv mengangguk aku mulai meniup matanya satu persatu ku lihat ia berkedip berkali-kali saat aku meniupnya "apa masih perih juga?"tanyaku lagi.

Bu Oliv melengkungkan bibirnya ke bawah mengangguk "sebentar ya Bu aku mengambil obat tetes dulu untuk ibu"

Aku beranjak tapi langkahku terhenti saat tanganku di pegang olehnya "tidak usah sayang temani aku tidur saja okey? Aku ingin memelukmu"

"Tapi kita tidak akan melakukan hal-hal aneh kan Bu?"

Ku lihat ia terkekeh "lagian kalau kita melakukan sesuatu tidak masalah Lisa kita kan sepasang kekasih"

Aku hanya terdiam saat Bu Oliv menarik tubuhku agar terbaring dengan tanganku yang menjadikan bantal untuknya. Kurasakan tangan Bu Oliv yang memeluk erat perutku sembari menyembunyikan wajahnya di curuk leherku.

Aku hanya mengusap tangan Bu Oliv yang melingkar di perutku sembari mengusap kepalanya agar ia tertidur.

Aku mengerutkan dahiku saat Bu Oliv menatapku dengan lekat "kenapa Bu? Apa ibu tidak jadi tidur?"tanyaku bingung.

"Lisa...aku tidak rela kamu bersama yang lain karna sekarang kamu hanya milikku. Milik Olivia Catherina dan aku tidak suka berbagi apa yang sudah menjadi milikku!"

____
TBC

About Me✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang