53

289 39 14
                                    

Amber Pov

Aku terbangun dengan keringat dingin yang sudah membasahi tubuhku. Suara-suara itu muncul lagi di kepalaku membuat tubuhku bergetar merasa takut yang teramat. Aku akui aku pria yang lemah tidak bisa berbuat apapun saat ini karena sebuah janji. Aku benar-benar tidak tahu apa yang sudah aku alami saat ini hingga aku berada disini.

Mataku menyipit saat pintu itu dibuka, seorang sipir memanggilku memberitahu bahwa ada seseorang yang mengunjungiku. Setiap mendengar kalimat itu aku selalu berharap dia menemuiku, namun aku tahu itu tidak akan mungkin karena dia tidak lagi mengingatku. Iya miris sekali kisah ini, aku tidak bisa menangis hanya senyum yang mampu ku torehkan.

Aku keluar dengan tangan yang diborgol, benar-benar tidak pernah menyangka aku berada diposisi seperti ini. Saat memasuki ruang kunjungan aku terkejut melihat siapa yang menjengukku.

"Yoona" kataku melihat gadis itu sudah tersenyum menatapku.

"Kau terlihat buruk" ucapnya padaku yang sudah mengangguk.

"Kau hanya datang sendiri?" tanyaku padanya.

"Tadinya ingin mengajak Krystal tapi sayangnya dia hilang ingatan" jawabnya membuatku terkekeh.

"Beberapa hari didalam penjara ini pertama kali aku tertawa" ucapku melihat dia yang tersenyum menatapku.

"Gomawo yoona" ucapku melihat dia mengangguk

"Sepertinya Krystal hari ini sudah boleh pulang ke rumah, keadaannya semakin membaik" katanya.

"Syukurlah jika dia sudah keluar dari rumah sakit. Itu membuatku semakin lega" kataku tersenyum walau hatiku benar-benar merasa sedih.

"Melihatmu membuatku berpikir apa kau benar tersenyum? Atau hanya untuk menghibur dirimu? Atau memperlihatkan kau baik-baik saja pada orang lain?" tanyanya menatapku.

"Jika kau kesakitan maka beristirahatlah, apapun alasannya jika kau sakit maka itu tetap sakit, jika keadaan sulit itu tetap sulit. Jangan berpura-pura kuat. Kenapa kau tersenyum saat kesulitan?" ucapnya membuatku terdiam.

"Jika kau ingin menangis maka menangislah tidak akan ada siapapun yang berkata itu tidak boleh. Keluarkan rasa itu jangan memendamnya, melihatmu seperti ini aku merasa sakit. Mungkin bukan cuma aku tapi semua orang terdekatmu merasakannya" katanya lagi dan kurasa mataku sudah mulai berkaca-kaca.

"Kau hanya manusia biasa, kau punya hak mengeluarkan rasa yang saat ini kau pendam" ucapnya dengan mata yang sudah siap untuk menangis

Mendengar perkataannya berhasil membuatku diam hingga akhirnya tangisku pecah. Aku menangis terisak sambil menundukkan kepalaku. Aku merasa berada di titik rapuhku saat ini, masalah ini membuatku menjadi lemah.

"Amber" panggilnya dan aku mengangkat wajahku untuk melihatnya.

"Bersabarlah sedikit lagi" pintanya padaku

"Apa kau bisa?" tanyanya.

"Iya tentu" jawabku melihat dia tersenyum.

"Akan bahagia sekali rasanya jika aku menjadi salah satu orang terdekatmu" katanya menatapku

"Berkatmu aku bisa mengeluarkan kalimat yang belum pernah kuucapkan pada siapapun, aku kagum padamu" ucapnya.

"Jika aku sahabat yang jahat, aku akan mengambilmu selagi sahabatku amnesia" katanya kembali bercanda karena dia pun tertawa kecil.

"Wah darimana pemikiran tadi??" katanya dengan wajah yang lucu

"Kau lucu" kataku ikut tertawa kecil sambil menyeka bekas airmataku.

Thank You For Loving Me [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang