Amber Pov
Aku sudah sampai di sebuah gedung yang sudah lama terbengkalai. Aku keluar dari mobil berjalan selangkah demi selangkah mencari keberadaan L hingga akhirnya sebuah lampu mobil menyala tepat didepanku. Aku tahu itu L.
"Kau datang sendiri?" tanyanya padaku
"Tentu" jawabku membuat pria itu tertawa dengan raut wajah sinisnya padaku.
"Akhirnya tercapai juga keinginanku untuk bisa melepaskan semua kemarahanku padamu" ucapnya menatap penuh marah padaku
"Pria yang merebut wanita yang kucintai kini sudah ada didepanku" katanya lagi tersenyum licik
"Aku tidak merebutnya darimu L" kataku memudarkan senyumnya
"Bahkan aku jauh lebih dulu mengenalnya dan jatuh cinta lebih dulu darimu" ucapku dengan jelas melihat wajahnya memerah menahan marah
"Aku bahkan memohon pada ayahku agar aku bisa kuliah di kampus yang sama dengannya karena aku begitu sangat menyukainya hingga sekarang" lanjutku menahan rasa sedihku.
"Begitu kuat usahaku agar apa yang kulakukan tidak sia-sia dan akhirnya dia menerimaku. Rasa bahagia saat itu masih bisa kurasakan" kataku tersenyum melihat wajah tidak suka L padaku.
"Soojung" kataku menyebut nama wanita yang kucintai itu.
"Dia menyukaimu, tapi sebagai sahabatnya bukan seperti seorang wanita yang menyukai seorang pria" ucapku padanya.
"Hentikan!" katanya dengan nada tinggi.
"Andai kau bisa menerima apa yang sudah terjadi, kau tidak akan seperti ini" kataku melihat dia yang semakin marah.
"Kubilang HENTIKAN!" teriaknya membuatku terdiam.
"Mari kita selesaikan ini dengan cepat" ucapnya yang membunyikan jari jemarinya.
Belum sempat aku berbicara, tangannya dengan cepat memukul wajahku membuat tubuhku mundur beberapa langkah. Pukulan demi pukulan ku terima tanpa membalas sedikitpun.
"Kenapa kau hanya diam?! Lawan aku pria LEMAH!!" ucapnya dengan nada suara nyaring lalu terus memukulku.
Kurasa dia sangat geram karena aku tidak membalas pukulannya sama sekali. Iya, aku membiarkan dia mengeluarkan semua emosi yang dia pendam selama ini padaku.
"Kenapa Amber?! Kenapa kau tidak membalas atau menangkis pukulanku hah!!!" katanya kembali berteriak.
"Soojung" jawabku menatap dia yang seperti membeku.
"Berjanjilah untuk tidak menyakiti L, sesungguhnya dia pria yang sangat baik. Dia sahabatku dan selamanya akan seperti itu" kataku mengingat ucapan mendiang istriku itu yang membuatku tidak pernah ingin menyakiti sahabatnya ini.
"Aku berjanji padanya, berjanji pada wanita yang sangat menyayangi sahabatnya" kataku sambil menahan sakit yang ada disekujur tubuhku.
"Bagaimana bisa aku ingkar janji bahkan aku tidak memiliki dendam sedikitpun padamu" kataku lagi dan kurasa tangannya yang sejak tadi mencengkram kerah bajuku sedikit bergetar.
"Dan bagaimana bisa aku menyakiti seorang pria yang akan menjadi ayah" kataku berhasil membuatnya terkejut.
"Apa maksudmu?" tanyanya dengan tatapan datar padaku
"Tiffany" kataku membuat pria itu melepaskan kedua tangannya dari kerah bajuku.
"Aku tahu dia juga pasti khawatir jika sesuatu terjadi padamu" ucapku yang melihat dia berjalan mundur dengan ekspresi terkejutnya.
"L ayo berdamai, aku tidak ingin kau seperti ini lagi. Soojung pun tidak ingin melihatmu begini" kataku berusaha untuk berdiri dengan lemah namun aku tetap mencoba berbicara dengannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You For Loving Me [ END ]
RomanceTatapan teduhnya, senyum hangatnya tidak selalu bisa diartikan bahwa dia baik-baik saja Sikap tenangnya tidak mampu membuat siapapun bisa menebak apa yang sedang ia pikirkan