1. Want-a-Boyfriend Syndrome

17.8K 1K 21
                                    

"Target saya untuk stase ini adalah mempraktekkan teori yang sudah dipelajari sebelumnya dan belajar lebih banyak dari para konsulen dan residen yang ada di rumah sakit ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Target saya untuk stase ini adalah mempraktekkan teori yang sudah dipelajari sebelumnya dan belajar lebih banyak dari para konsulen dan residen yang ada di rumah sakit ini. Terima kasih," ucap Sherly.

Perempuan yang rambutnya dibentuk bun itu lalu tersenyum lebar dan menoleh ke arahku. Bukan cuma Sherly, semua anggota kelompok--Malika, Betharia, Sugeng, dan Gustri--juga menatapku, seolah menunggu aku mengatakan sesuatu.

Untuk beberapa saat pikiranku menghilang dari peradaban. Aku tak memahami maksud Sherly yang berdiri tepat di sampingku itu.

"Dek Bengawan?" laki-laki berambut putih yang duduk di hadapan kami memanggilku. Membuatku kaget seperti baru saja disiram air dingin.

"Iya, Prof?"

"Ayo lanjut jawab pertanyaan saya, apa keinginan yang ingin kamu capai selama 10 minggu kedepan?" tanyanya.

"Baik, terima kasih atas pertanyaanya, Dokter. Keinginan yang ingin saya capai selama 10 minggu kedepan adalah--"

Punya pacar.

"Mendalami ilmu obstetri dan ginekologi dengan baik agar dapat diterapkan saat saya menjadi dokter nanti, Prof," lanjutku.

Bohong. Setelah 6 bulan menyandang gelar sebagai koas alias co-assisstent alias mahasiswa profesi dokter alias keset rumah sakit, satu-satunya yang aku inginkan saat ini adalah punya pacar. Pacar yang bisa memberi dukungan emosional.

Tidak, ini bukan omong kosong. Malah bisa dikatakan sebagai sebuah fenomena yang menjangkiti para koas, aku menyebutnya sebagai Want-a-Boyfriend Syndrome.

"Oke, bagus sekali! Koas periode ini kelihatannya sangat fresh dan bersemangat. Saya suka!" ujar laki-laki berkemeja merah itu.

Laki-laki itu tak sendiri. Ia ditemani oleh 2 laki-laki dan 1 perempuan yang berdiri tepat di belakangnya. Ketiganya memakai baju setelan jaga warna biru langit dan sedari tadi hanya mengamati.

"Pertama-tama, saya ucapkan selamat datang di Departemen Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Wijaya Kusuma. Perkenalkan, nama saya Edi Prasetyo. Saya konsulen kalian selama belajar di sini. Terserah mau panggil saya apa, Prof boleh, Dok boleh, Bapak boleh, Edi juga boleh. Bebas aja, soalnya fisik saya aja yang tua, jiwa saya masih muda, he-he-he," paparnya. "Selain saya, ada 2 konsulen lagi yaitu Dokter Yayu dan Dokter Joko. Nanti kalau ada mereka, saya harap kalian kenalan ya."

"Baik, Dokter," jawab kami serempak.

Profesor Edi lalu menoleh ke belakang tubuhnya, tempat tiga manusia--yang belum aku tau siapa--itu berdiri rapi.

"Nah, perkenalkan, tiga orang ini Avengers saya. Mereka ini residen, garda terdepan dari penanganan di Departemen Obstetri dan Ginekologi ini. Nantinya kalian akan lebih sering bertemu dan belajar dengan mereka-mereka ini. Ayo Mas, Mbak, silakan kenalan."

5 Criteria To Be My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang