Bengawan Kanigara terserang "Want-a-Boyfriend Syndrome". Cita-citanya dalam waktu dekat adalah punya pacar yang dapat menemani hari-hari suram sebagai koas alias keset rumah sakit.
Nggak neko-neko, kriteria pacar yang Bengawan cari cukup sederhana:
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
dr. Suvi (Residen Obgyn): Innalilahi wa innailaihi rojiun. Telah berpulang ke Rahmatullah, Ny. Tari Sudrajat (Ibunda dari dr. Bahuwirya Talaga Gandawasa) pada usia 68 tahun. Untuk seluruh jajaran koas dan residensi Obgyn, kita akan bersama-sama mengunjungi rumah duka pada pukul 12 siang ini.
Pesan Dokter Suvi di grup residen dan koas itu membuat hatiku mencelos. Bukan rahasia lagi kalau pasien ICU hampir selalu punya prognosis yang buruk dan perjalanan penyakitnya biasanya tak terduga. Dan hari ini tiba ... Dokter Talaga kehilangan ibunya.
Aku tau bahwa semua manusia pasti meninggal dan ditinggalkan, cepat atau lambat. Namun ditinggalkan oleh ibu pasti berat, lebih dari apapun.
Aku cukup beruntung. Di usiaku yang sekarang ini, aku masih punya keluarga yang utuh. Papa, Mama, Kak Maha, dan Praya, aku masih punya semuanya. Aku tak pernah membayangkan bagaimana rasanya kalau salah satu dari mereka pergi pada akhirnya. Apapun itu ... aku pasti hancur. Aku yakin Dokter Talaga juga sedang hancur.
Namun berbeda dari dugaanku, Dokter Talaga tampak biasa-biasa saja. Ia tak tampak sedih ataupun hancur. Ia datar seperti biasa. Bahkan sama sekali tak menitikkan air mata.
"Beneran aneh deh Dokter Talaga." Malika berbisik-bisik.
"Aneh gimana?" tanyaku.
"Ibunya meninggal tapi dia nggak sedih sama sekali!" ujar Malika.
"Iya! Ganteng sih ... tapi aneh!" sahut Betharia. "Coba lihat dia, masih bisa nyalamin tamu-tamu dan ngobrol bareng profesor-profesor tanpa kelihatan sedih sama sekali!"
Dokter Talaga memang sedang berkumpul dengan jajaran profesor dari berbagai spesialisasi dan tampak bercakap-cakap seolah ini adalah event bisnis. Sementara saudara-saudaranya yang lain tampak bersedih, menangisi kepergian ibu mereka dengan sepenuh hati.
"By the way, tunangannya Dokter Talaga mana, ya? Kok nggak kelihatan?" Betharia bertanya-tanya. Kepalanya yang mungil itu celingak-celinguk kesana kemari.
Tak lama kemudian, seorang perempuan berambut cokelat gelap keluar dari arah dapur membawa nampan berisi beberapa cangkir kopi dan teh. Minuman itu diantarkan ke para pelayat, termasuk kami.
"Kalian koasnya Talaga, ya?" tanya perempuan itu sembari tersenyum tipis.
Perempuan dengan blus hitam berbahan organza itu adalah perempuan yang fotonya ada di dashboard mobil Dokter Talaga. Iya, Dokter Mia.
"He-he-he, iya, Dok," jawab Sherly.
"Saya Mia Suryana, tunangannya Dokter Talaga," ucapnya.
"Baru juga diomongin," bisik Betharia.
"Mana yang namanya Bengawan?" tanya Dokter Mia.
Deg! Jantungku rasanya berhenti berdetak ketika namaku disebutkan oleh Dokter Mia. Rasanya seolah-olah seluruh dunia sedang menelanjangi aku dan dosa-dosaku saat ini juga.