27. Journal Reading

2.1K 305 39
                                    

"Menurut saya penjelasan kamu tentang patofisiologi Dermatitis Atopik terlalu bertele-tele," kata Dokter Mia, tepat setelah aku mengakhiri presentasi ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menurut saya penjelasan kamu tentang patofisiologi Dermatitis Atopik terlalu bertele-tele," kata Dokter Mia, tepat setelah aku mengakhiri presentasi ku.

Perempuan berkemeja merah muda itu pun menyandarkan punggungnya di kursi kerja. Ia membolak-balik artikel jurnal pilihanku, ekspresinya tampak bosan.

"Dengar kamu cerita soal patofisiologi sepanjang itu bikin mata saya ngantuk, Dek," lanjutnya. "Sekarang saya tanya, kamu mau jadi apa, Dek? Jadi klinisi apa jadi akademisi?"

Aku terdiam.

"Kamu mengerti apa arti pertanyaan saya, kan?"

Tentu saja aku mengerti. Dokter Mia sedang menyindirku dengan mempertanyakan pilihan karir antara klinisi--jadi dokter yang melayani masyarakat di fasilitas kesehatan--atau jadi akademisi--jadi dokter yang mengajar di kampus--alias dosen.

"Jadi ... klinisi, Dokter," cicitku.

"Kalau kamu mau jadi klinisi, harusnya kamu pilih artikel jurnal yang praktis, Dek! Bukan yang sangat teoritis begini. Hal-hal teoritis kayak gini harusnya sudah semua terbahas saat pre-klinik. Sekarang kamu itu koas, sudah langsung terjun ke masyarakat meskipun masih lebih banyak observasi daripada bertindak. Harusnya kamu tau kalau sekarang yang kamu butuhkan bukan cuma teori seperti ini, tapi ilmu-ilmu yang sifatnya praktis, yang bisa kamu aplikasikan ke pasien nanti. Coba lihat judul artikel yang kamu pilih ini!"

The Biology Molecular Reaction of Atopic Dermatitis, itulah judul artikel pilihanku.  Memang sangat teoritis. Bahkan untuk memahami artikelnya saja aku perlu membaca berulang-ulang. Ini adalah tipe artikel yang harus dibaca berulang-ulang, dimengerti, tapi mudah sekali dilupakan di kemudian hari.

"Ada banyak artikel yang lebih praktis dan aplikatif untuk kamu, Dek. Misalnya aja kamu cari tentang efek penggunaan sunscreen atau mungkin vitamin C pada penyakit-penyakit kulit tertentu. Kan nanti apa yang kamu baca, bisa jadi bahan kamu untuk edukasi pasien. Kalau artikelmu yang sekarang ini buat apa? Mana paham pasien dengan bahasa yang seribet ini?"

Aku tertunduk lesu. Rasanya amat malu dikomentari sebegini tajam di hadapan teman-teman--sebagai audiens presentasi--sekelompokku.

"Baik, Dokter," jawabku.

Dokter Mia menghela napas panjang. "Ya udah, sekarang kamu pilih deh. Mau kerjain ulang atau nggak? Kalau nggak kerjain ulang, nilaimu mentok segini aja berarti," katanya.

"Kerjakan ulang saja, Dokter," sahutku. Pasrah.

***

Selain tugas menjaga poli, IGD, bangsal, dan ikut ke ruang operasi, koas biasanya punya tugas yang sifatnya ilmiah. Ada yang namanya laporan kasus; koas mengambil salah satu pasien untuk diwawancara dan diperiksa layaknya seorang dokter, melaporkannya dalam sebuah makalah, lalu menghubungkannya dengan teori-teori yang ada.

5 Criteria To Be My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang