20. Desperation

3.3K 332 29
                                    

Aku pernah baca bahwa ada yang namanya Law of Attraction

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku pernah baca bahwa ada yang namanya Law of Attraction. Katanya, manusia punya daya tarik-menarik dengan sesuatu yang diinginkannya. Dengan kata lain, Law of Attraction merupakan kemampuan manusia untuk 'menarik' sesuatu yang sangat diinginkan dan menjadikannya kenyataan.

Satu-satunya yang kuinginkan dalam satu tahun terakhir ini adalah pasangan. Aku ingin seseorang yang bisa menemaniku melewati hari-hari kesepian sebagai koas ini. You can call me desperate, because I am. Dan aku selalu percaya bahwa keinginan itu akan jadi kenyataan suatu hari nanti. Aku yakin akan ada seseorang yang menyukaiku dan memenuhi 5 kriteriaku.

Hari ini sepertinya keinginanku itu terkabulkan. Seseorang yang memenuhi 5 kriteria itu benar-benar tiba dan menyatakan perasaannya padaku. Tapi ... dari miliaran orang di bumi ini, kenapa harus Dokter Talaga?

It's just felt not right. Bahkan meskipun Dokter Talaga dan Dokter Mia putus--atau mungkin break--pun, aku masih merasa ini tidak benar. Rasanya seolah-olah aku lah penyebabnya dan aku akan dihukum oleh semesta karenanya.

Aku tak memberikan jawaban apapun pada Dokter Talaga. Sepanjang perjalanan menuju Malang aku habiskan dengan tidur--atau lebih tepatnya pura-pura tidur--dan setelah sampai pun aku berusaha menghindarinya. Untungnya--tidak tau untung atau tidak--Dokter Suvi menyuruhku tak berhenti. Mulai dari mengangkut barang sampai mengantarkan para spesialis ke rumah-rumah penduduk yang telah ditunjuk sebagai tempat tinggal sementara selama kegiatan berlangsung.

Setelah mengantar spesialis, kini aku ditugasi mengantar para residen dari departemen lain. Tentu saja, salah satunya adalah Dokter Mia.

Dokter Mia tetap tampak sangat cantik. Meskipun sudah menempuh perjalanan berjam-jam di bus, semuanya masih tetap rapi. Pakaiannya, rambutnya, make up di wajahnya, tampak anggun tak bercela.

"Baik, Dok, ini rumah Pak Salim yang akan jadi tempat tinggal Dokter sekalian untuk 2 hari kedepan, Dokter. Kalau ada pertanyaan atau kebutuhan jangan sungkan untuk ditanyakan pada Pak Salim atau panitia, ya, Dokter."

Para residen itu mengangguk.

"Baik, Dok, kalau begitu silakan masuk."

Para residen satu per satu masuk dan menyalami sang pemilik rumah. Mereka antre, berbaris dengan rapi meskipun tak diminta. Sementara aku berdiri di luar rumah, mengawasi sampai semua orang masuk.

Akhirnya giliran Dokter Mia tiba. Ia memang bediri paling belakang, orang terakhir yang akan memasuki rumah. Namun ia berhenti sejenak, tepat di depanku dengan senyumnya yang lembut.

Tiba-tiba perasaan tidak enak muncul di dadaku. Rasanya jantungku tak teratur dan keringat dingin mengalir seketika. Aku takut. Dokter Mia bukannya mau mencengkram atau menamparku saat ini juga, kan?

"Terima kasih sudah mengantar kami ke sini, ya," katanya.

Seketika aku bernapas lega, ternyata ia bukannya mencengkram atau menamparku, ia hanya mengucapkan terima kasih.

5 Criteria To Be My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang