Ada pepatah yang bilang bahwa sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga. We all knew what it means, bahwa sepandai-pandainya sesuatu ditutupi, pada akhirnya akan tetap diketahui orang lain pula. Begitulah yang setidaknya kuyakini pada hubungan antara aku dan Dokter Talaga.
Kami melakukan semua hal yang kami bisa untuk membuat hubungan kami tetap lowkey. Namun tak ada rahasia yang selamanya jadi rahasia. Ada saja akal semesta untuk membongkarnya.
Hari ini misalnya, bertemu Betharia di kafe secara tak sengaja tidak pernah ada dalam agendaku dan Dokter Talaga. Begitu pula dengan alasan bohong Dokter Talaga yang meluncur begitu mudahnya. Membuat aku yang sudah super mengantuk pasca perjalanan panjang ini mau tidak mau harus duduk manis di Restoran Sederhana, dikelilingi masakan Padang dan teman-teman sekelompok koas-ku--Betharia, Sugeng, Malika, Gustri, dan Sherly--yang entah kenapa bisa berkumpul di tempat ini hanya dalam waktu kurang dari setengah jam.
"Giliran makan gratis aja cepat banget kalian," ucapku.
"Ya gak apa-apa dong, Wan! Namanya juga anak kos, he-he-he," sahut Betharia. "Yang gratis-gratis itu harus dibagi, nggak boleh disimpan sendiri."
"By the way ini ceritanya gimana kok Bengawan sama Betharia bisa ketemu Dokter Talaga?" tanya Sherly.
"Koreksi dulu, lebih tepatnya Betharia ketemu Bengawan dan Dokter Talaga," kata Betharia.
Masalahnya, pernyataan Betharia menimbulkan tatapan curiga dari yang lainnya. Dokter Talaga yang duduk di sampingku pun angkat bicara. "Saya lagi ngerjain tugas di kafe, nggak sengaja ketemu Dokter Muda Bengawan. Saya baru tau ternyata kos Dokter Muda Bengawan dekat sama kafe yang tadi."
"Dokter Muda Betharia rumahnya dekat juga dari kafe tadi?" tambah Dokter Talaga, mengusahakan percakapan ini agar berjalan se-alami mungkin.
Betharia tampak tersipu. "Ini seriusan Dokter nanyain saya, Dok? Biasanya Dokter ngomongnya kalau ya atau nggak doang, Dok."
Dokter Talaga berdeham, berusaha membersihkan tenggorokannya yang kering karena situasi yang harus kami hadapi ini.
"Tapi kalau Dokter mau tau, jawabannya nggak, Dok, rumah saya agak jauh dari kafe tadi. Tapi saya suka kesana karena nuansanya tenang. Lain kali kalau Dokter mau kesana, boleh lah Dokter ajak saya, Dok. He-he-he, kan Dokter jomblo sekarang," ucap Betharia tebal muka.
Malika yang duduk tepat di samping Betharia langsung menyenggol sikunya. Sementara aku hanya tertawa dan geleng-geleng kepala. Betharia dan tingkah genitnya memang bukan lagi rahasia.
"Ih, kamu ini nggak sopan, Betharia!" hardik Malika.
"Ya nggak apa-apa lah! Namanya juga usaha!" ujar Betharia, kemudian ia kembali memusatkan perhatiannya pada Dokter Talaga. "Tapi Dokter seriusan jomblo, kan, Dok?"
Dokter Talaga kini jadi pusat perhatian. Seolah gravitasi berpindah padanya, kami semua menatapnya penuh rasa penasaran. Betharia dan yang lainnya penasaran bagaimana status percintaan Dokter Talaga. Sementara aku penasaran bagaimana ia akan menanggapi masalah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Criteria To Be My Boyfriend
ChickLitBengawan Kanigara terserang "Want-a-Boyfriend Syndrome". Cita-citanya dalam waktu dekat adalah punya pacar yang dapat menemani hari-hari suram sebagai koas alias keset rumah sakit. Nggak neko-neko, kriteria pacar yang Bengawan cari cukup sederhana: ...