Prolog

116 4 0
                                    

[Kampus Pharmapedia, 2014]

Tas gendong yang dipenuhi laporan serta jurnal, dengan tangan kanan yang membawa tote bag penuh dengan coklat, tangan kiri mendekap setumpuk surat membuat Risa sangat kelelahan berjalan dari ruang BEM menuju Kantin Fakultas Farmasi.

Risa harus menemui sahabat-sahabatnya untuk membantu dirinya membawa laporan sebelum ia masuk kelas yang berada di lantai 4. Tak sanggup membawa beban begitu berat sendirian, lebih baik berbagi amal dengan sahabatnya.

"Wow, banyak banget tuh cokelat, bagi satu bisa kali," ucap Gandhi menyambut kedatangan Risa yang baru saja menduduki salah satu kursi yang berapit oleh Gandhi dan Naya.

"Emang mau dibagi sama maraneh dengan syarat ringanin beban tas urang sampai lantai 4 ya," ujar Risa memberikan umpan dan tangkapan kepada sahabatnya. Naya, Alin dan Gandhi hanya menggangguk sebagai jawaban karena atensi mereka tertuju pada cokelat-cokelat yang diberikan oleh Risa.

Risa yang menjadi pembimbing kelompok saat ospek ajaran baru berubah menjadi primadona mahasiswa baru. Pembawaan Risa yang humble, dan mempunyai wajah yang mumpuni membuatnya semakin terkenal di Fakultas Farmasi.

"Ini semua dari dede emes?", tanya Alin sambil membuka bungkus cokelat. Risa hanya menyahuti lagi dengan anggukan kepala.

"Termasuk cokelat yang satu kilo ini?", tambah Naya memegang cokelat yang paling besar.

"Oh kalo yang itu dari Kak Ari, ucapan terima kasih karena kemarin urang udah bantuin beresin LPJ-an divisi manehna", jelas Risa sambil mengambil es teh milik Naya.

"Itu sih bukan ucapan terima kasih karena laporan, tapi karena modus aja sih. Maneh ga nyadar apa lamun si eta teh naksir ka maneh, bahkan si eta nu menta maneh gabung sama BEM kan?" Gandhi menjeda kalimatnya, "eta salah satu cara meh deket jeung maneh".

Risa memang merasa kakak tingkatnya itu menaruh hati padanya, tapi hatinya masih dimiliki orang lain yang tidak tahu kabarnya sekarang seperti apa. Risa hanya menganggap semua orang yang baik padanya sebatas teman.

"C'mon Ris, urang gak tahu ya masa lalu seperti apa yang pernah maneh alami, karena maneh ga pernah cerita soal itu. Tapi please-lah, maneh ga bisa terkubur dalam masa lalu. Lihat mata urang," Gandhi yang mesejajarkan tatapan Risa, "Maneh harus membuka hati untuk orang lain, belajar move on dan maneh gak sendirian, aya arurang didieu anu siap nampung keluh kesah maneh".

"Sorry guys, kalau selama ini urang gak pernah cerita soal masa lalu itu, tapi urang pun gak tahu harus cerita darimana. Thanks udah ada buat urang dan urang bakal coba membuka untuk hati yang baru," jelas Risa dengan mata yang sudah berkaca-kaca merasa terharu dengan sahabat-sahabatnya.

***

RETROUVAILLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang