Chapter 20

27 1 0
                                    

"Kenapa sih daritadi diem aja?" Andra mencoba membuka suara dalam keheningan yang tercipta saat perjalanan pulang.

"Gak ada apa-apa, lagi badmood aja, jadwalnya menstruasi juga jadi hormonnya gak stabil. Langsung pulang aja ya," jawab Risa dengan dingin. Risa rasanya ingin bertanya lebih, lidahnya sudah gatal ingin menanyakan sesuatu tapi suasananya sedang tidak tepat sehingga ia menahan membuat dirinya gelisah sendiri.

"Yaudah kita langsung pulang ya," ucap Andra tanpa bertanya lebih lanjut. Ia tahu ada yang berubah dari Risa, bukan hanya mengenai Risa yang PMS tapi ada sesuatu yang Risa sembunyikan sehingga tercipta suasana yang canggung dan dingin.

Selama perjalanan pulang tidak ada yang berbicara lagi sampai Andra mengantarkan Risa tepat didepan pintu apartemen. Risa tidak merespon apapun, hanya seulas senyum sampai menutup pintu.

🌦️🌦️🌦️

"Clarisa, aku didepan, boleh buka pintunya?" ucap Andra dalam telepon saat panggilan ke sepuluh berhasil diangkat oleh Risa.

"Hmm, iya buka aja deh pintunya, passwordnya 2 angka tanggal lahir kamu, 2 angka tanggal lahir aku dan 2 angka belakang tahun kelahiran kita, kalo kamu berhasil masuk tinggal masuk aja aku mau ke toilet dulu," jawab Risa dalam panggilan telepon dan mengakhirinya.

Password yang sangat mudah bagi Andra, mana mungkin ia bisa melupakan ulang tahun Risa. Setiap tahunnya saat Risa ulang tahun walaupun dirinya jauh dari jangkauan Risa, Andra akan selalu mendoakan dan merayakan dengan caranya sendiri.

Andra masuk ke dalam apartemen Risa, masih kosong ruangan tengahnya karena Risa masih dalam kamar. Terlihat tas kerja Risa masih berada di kursi tengah, dapur pun masih bersih tidak terlihat sebelumnya ada aktivitas sudah makan. Andra cukup lega karena ia tidak merasa sia-sia telah membelikan makanan untuk Risa.

Andra menghangatkan makanan ke dalam microwave dan menyiapkannya di meja makan. Tadi Andra tidak jadi naik ke unitnya, ia pergi keluar untuk membeli makanan dan membeli beberapa cemilan untuk Risa. Perjalanan pulang dengan keadaan turun hujan membuat jalanan sedikit macet yang mengakibatkan makanan sudah dingin.

Cukup lama Andra menunggu Risa keluar, hampir membutuhkan waktu 30 menit dan akhirnya Risa sudah duduk di samping Andra. Risa terlihat segar dan terlihat mood-nya lebih baik daripada saat tadi pulang kerja. Memakai celana training dan kaos over size membuat Risa terlhat sangat menggemaskan dimata Andra.

"Bawa apa aja tuh? Banyak amat, emang bakal habis?" tanya Risa dan mulai meminum air hangat yang sudah disediakan oleh Andra di meja ruang tengah.

"Liat aja ini bakal habis atau bersisa?" Andra menanyakan balik dengan senyum meledek Risa.

"Hemm, gimana ya, gak tahu deh liat aja nanti, kalau bersisa ya buat besok aja, gampang kan?" jawab Risa dengan mudah.

"Makannya disini ya, sengaja gak di kitchen island, pengen sambil nonton aja katanya ada film bagus tuh di Netfilm," ujar Andra sambil memberikan sepiring nasi goreng seafood kepada Risa. Risa mulai memakan nasi goreng seafood yang diberikan Andra, sedangkan Andra sibuk mencari film yang katanya bagus.

Risa sedikit terkejut melihat meja tengah dipenuhi dengan makanan, mulai dari nasi goreng, berbagai bentuk dimsum, popcorn, jus, dan entah apa saja yang berada dalam satu kantung plastik yang masih rapih belum dibuka. Risa fokus untuk menghabiskan makanan berat terlebih dahulu sebelum menjamah makanan penutup yang menggiurkan dalam mulutnya.

Andra pun menikmati makanan berat dengan khidmat, ia tidak mengeluarkan suara atau mengganggu Risa. Menikmati makanan sambil menonton film, sederhana tapi terasa intimate bagi mereka. Hubungan yang masih belum jelas akan seperti apa terasa seperti hubungan yang sangat serius. Tapi, memang Andra sudah ingin serius hanya Risa yang masih mengantungkannya.

"Seriusan deh, kamu ngapain belanja sebanyak ini? Ini kamu yang belanja apa pesen online? Terus kamu masih pakai pakaian tadi, belum ganti baju ke unit?" tanya Risa dengan penasaran. Risa telah menandaskan makanan berat, mengambil jeda sebentar sebelum menikmati makanan penutup yang tehitung berat apabila diberikan sebanyak itu.

"Nanyanya banyak banget, satu-satu bisa kali," ucap Andra sambil tersenyum jahil.

"Tinggal jawab aja susah banget deh ah," Risa mulai kesal dengan ekspresi Andra yang terlihat sangat menyebalkan untuk dilihat.

"Jangan bete plis, masa kamu gak liat nih perjuangan aku beliin makanan buat kamu," ungkap Andra agar Risa tidak berubah kembali menjadi mode singa betina.

"Habisnya gitu banget sih jawabnya, udah tahu lagi sensi nih," balas Risa yang suaranya udah kesal.

"Mana tega sih aku liat kamu tadi badmood, dan pasti gak enak banget kan kalau lagi menstruasi? Mana langsung pulang dan aku gak bisa mastiin kamu udah makan atau belum, aku khawatir tahu. Makanya tadi aku langsung beli makanan aja sama tadi belanja ke supermarket buat stok cemilan kamu," jelas Andra kepada Risa yang sangat serius menyimak.

"Kok gak nanya sih kalau beli makanan? Kalau aku udah makan gimana? Terus makanannya jadi mubadzir dong?" tanya Risa.

"Mana berani aku nanya kamu yang modenya senggol bacok gitu. Ya udah aku inisiatif aja beli sendiri, toh kalau nanti kamu udah makan dan gak sanggup ngabisin makanan bisa dibagi ke yang lain kan? Terus ya aku jaga-jaga juga sambil bawain cemilan lain yang gak mungkin basi kalau gak dimakan sekarang," ungkap Andra sambil membereskan piring bekas nasi goreng punya dirinya dan Risa.

Risa merasa terharu, baru Andra laki-laki selain Gandhi yang perhatian seperti ini saat Risa sedang moodswing. Bedanya, Gandhi akan mode baik sekali kalau Risa udah meminta tolong dan dengan raut wajah meyakinkan sedangkan Andra tanpa diminta sudah berinisiatif untuk melakukan hal tersebut.

"Terus itu cemilan apa aja yang dikantung? Segambreng banget," ucap Risa dengan penasaran, sehingga Andra membawa kantung plastik dan membuka isi satu persatu dikeluarkan.

Isi yang telah dikeluarkan dari kantong kresek terdapat beberapa macam jenis coklat, keripik, biskuit, minuman ringan, dan banyak lagi perintilan makanan kesukaan Risa. Tanpa tertinggal squeeze dan es krim pun dibelinya, tapi sudah masuk kulkas lebih dahulu.

"Gak salah nih Ndra? Kamu banyak banget nih belanja cemilannya, mana ada koyo, menstruasi pad, sama obat gosok segala," ungkap Risa.

"Ya sengaja, ini stok juga buat aku kalo main kesini. Kayanya bakalan sering kesini sambil nonton sama kamu, kan asyik nontonnya berdua gak sendiri banget," jelas Andra.

"Terus koyo dan teman-teman kamu sengaja beli juga?" tanya Risa.

"Hemm, sengaja buat kamu. Aku gak tahu sesakit apa rasanya menstruasi, aku gak tahu gejolak hormon seperti apa yang buat kamu bisa mood swing gini, yang pasti rasanya gak enak, sakit, pegel dan gak jelas gitu kan? Jadi ya terserah deh kamu mau pake alat tempur apa buat ngeredainnya, makanya aku beli aja semuanya, nanti kamu bilang sama aku lebih suka pake apa kalo sakit biar tiap bulan aku bisa beliin dan tahu apa yang kamu pakai. Terus tadi mau sekalian beli pembalut cuman aku gak tahu kamu suka pakai merk dan tipe kaya gimana," jelas Andra.

"Yaampun Ndra, gak usah repot-repot kaya gitu. Aku emang harus ditidurin dulu aja kalau sakit makanya aku tadi pas datang langsung tidur di sofa, ngumpulin energi dulu. Waktu kamu telepon aku baru bangun dan sekalian mandi aja tadi karena udah mendingan juga. Lain kali jangan gini ah, aku gak enak ngerepotin kamu kaya gini," pinta Risa.

"Enggak ngerepotinlah, itu kan salah satu usaha pria untuk memberikan support kepada wanita yang merasakan menstruasi. Lagian hitung-hitung latihan kan? Siapa tahu aku dan kamu ada dimasa depan, dan kita ditakdirkan bersama, aku bisa jadi suami siaga tuh, udah tahu dan siap kalau kamu butuh apa dan ingin seperti apa," jawab Andra dengan penuh harap.

Risa merasa canggung dan tidak enak karena telah membuat Andra menunggu seperti ini. seakan memberikan harapan disaat hatinya masih belum jelas seperti apa. Rasa yang tumbuh dalam hatinya entah rasa yang bagaimana, penjabaran yang belum jelas membuat ia harus memilah kembali.

Risa akhirnya kembali fokus pada film dan memakan makanan penutup. Menghiraukan pandangan Andra yang sesekali menatap dirinya. Mungkin Andra mengharapkan jawaban atau penjelasan lain, tapi Risa selalu mengelak dan mengalihkan pembicaraan.

***

RETROUVAILLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang