Chapter 24

14 1 0
                                    

Berita yang tersebar mengenai obat sirup yang menyebabkan kasus gagal ginjal pada anak di Gambia membuat dunia farmasi terutama industri farmasi harus mengecek kembali produk yang diproduksi dalam keadaan aman. Walau kasus yang terjadi di Gambia tapi hal ini akan berdampak ke Indonesia karena dikabarkan produsen sirup obat berasal dari India. Walaupun produksi berada di India yang kemungkinan besar bahan baku mereka gunakan dari negaranya, dan bahan baku yang digunakan oleh Industri Farmasi di Indonesia untuk pembuatan obat sebagian di import dari India.

Kasus tersebut sudah menyatakan bahwa produk obat sirup disana diakibatkan karena kontaminasi dari etilen glikol dan dietilen glikol. Hal ini membuat semua departemen di Kantor Risa menjadi sibuk, setelah rapat yang diadakan tadi pagi maka semua departemen terpaksa lembur untuk mengumpulkan semua data.

Departemen PPIC menelusuri bahan baku yang digunakan bersumber dari mana, terutama bahan baku yang diperkirakan akan terkontaminasi oleh kontaminan tersebut. Departemen QC menganalisa kembali retained sample dan bahan baku yang digunakan pada setiap produk. Departemen QA mencari tahu secara keseluruhan mulai dari data analisa suplier dan analisa QC serta memastikan semuanya.

Tanpa sadar ritme kerja menjadi tidak beraturan, sebab semua harus selesai secepat mungkin sebelum terdengar kasus tersebut masuk ke Indonesia. Data semua dikumpulkan untuk cepat mengambil tindakan dan keputusan yang tepat.

Risa yang beberapa hari ini sering membawa kendaraan pribadi masih aman-aman saja walau hari-harinya selalu lembur karena cuaca saat pulang tidak hujan atau habis hujan sehingga ia tidak berkendaraan saat hujan.

Nasib cuaca hari ini tidak bersahabat dengan Risa, setelah lembur hujan turun sangat deras sehingga ia terpaksa pulang melawan hujan karena hari sudah malam dan Risa tidak mungkin pulang semakin larut. Risa mencoba memesan kendaraan online, tapi tidak ada yang berhasil karena hujan dan sudah malam pasti driver malas untuk mengambil ketika tahu rute yang Risa lewati sering terjadi banjir.

Risa sempat ingin mendatangi ruangan Gandhi untuk memastikan dia sudah pulang atau belum, tapi akhir-akhir ini Gandhi selalu stand by di laboratorium yang tempatnya di gedung sebelah, sehingga kalau ingin bertemu Gandhi harus menghubunginya terlebih dahulu. Tapi Risa urungkan untuk menelepon Gandhi karena Risa tahu betapa hectic-nya Gandhi saat ini.  Secara tidak langsung yang lebih bekerja keras untuk analisis berada ditangan departemen Gandhi. Lalu Risa ingin menghubungi Andra tapi ia tahu Andra sekarang sedang diluar kota, dan tidak ingin membuat Andra khawatir untuk memikirnya dirinya.

Risa akhirnya berada di belakang kemudi, ia mencoba memberanikan diri untuk membawa mobil dalam keadaan hujan. Sebelum ia menyalakan mesin mobil, ia menelepon Tante Feny untuk tetap memantau dirinya saat berkendara. Risa menyambungkan telepon dengan speaker mobil agar dia bisa fokus berkonsentrasi menyetir. Risa tidak ingin membuat banyak orang khawatir sehingga lebih baik ia menghubungi Tante Feny untuk membantu mengontrol dirinya.

"Sa, pokoknya tenang ya, pelan-pelan aja gak usah ngebut."

"Iya tante ini Risa udah tenang kok, hujannya sekarang nggak terlalu deras kaya tadi hanya rintik-rintik."

"It's oke, kamu pengen tante cerita atau tante diam?"

"Tante gak apa-apa diam aja, tapi aku pengen teleponnya masih tersambung ya, tante tetep pantau aku terus."

"Ok sayang, tante pantau terus ya dari sini, kalau kamu mau ngeluarin apapun saat dijalan ucapin aja ya tentang perasaan kamu."

"Iya tante."

Risa akhirnya berhasil keluar dari kantor dengan kecepatan sedikit pelan dari normal Risa menelusuri perjalanan arah ia pulang. Perjalanan cukup lancar hingga ia harus menunggu di persimpangan jalan dengan lampu merah paling lama. Terpantau masih nyaman dan sesekali Risa mencoba mengobrol dengan Tante Feny.

Perjalanan Risa masih setengah jalan lagi, tetapi hujan malah berubah menjadi semakin deras, Risa masih mencoba menenangkan diri dengan dibantu oleh Tante Feny. Saat masih dalam keadaan jalan Risa kaget dan terpaksa mengerem mendadak ketika ada cahaya kilat dan disusul dengan suara petir. Beruntungnya Risa memang berada di jalur kiri dan tidak ada kendaraan yang sangat dekat di belakangnya sehingga tidak mencelakai orang lain.

Tindakan Risa ini sangat berbahaya apabila ada kendaraan yang sedang berkecepatan kencang karena kendaraan di belakangnya dapat menabrak kendaraan depan apabila tidak terkendali. Akhirnya Risa menepikan mobilnya dipinggir jalan dan menangis sangat kencang. Risa merasakan detak jantung yang sangat kencang, tangan dan kaki bergetar sehingga Tante Feny mencoba memandu Risa untuk menarik napas secara dalam, menenangkan Risa sedikit demi sedikit.

"Sayang, gimana sekarang?"

"Udah Tan, aku udah minum juga sekarang tapi aku gak bisa nerusin lagi bawa mobil ke apartemen, tangan sama badan aku masih sedikit gemeter."

"Sayang disitu masih ramaikan keadaannya?"

"Masih Tante, didepan ada SPBU dan tempat makan cepat saji."

"Oke, kamu gak boleh naik kendaraan umum tante gak tenang. Kalau tante hubungin kakak kamu gimana?"

"maksud Tante, Tante mau hubungin mas Dio?"

"Iya sayang, itu lebih baik untuk saat ini, apalagi katanya kamu tadi gak bolehin tante ngehubungi Gandhi sama siapa ya tadi tuh Andra kan?"

"Iya Tante, aku gak mau bikin mereka makin khawatir dan pasti mereka cape banget ini udah malem."

"Ya udah Tante hubungi kakak kamu aja ya."

"Tante kayanya lebih baik aku aja yang hubungi Mas Dio."

"Oke, kamu boleh tutup dulu teleponnya, nanti waktu nunggu kakak kamu dan kamu sepi kamu bisa telepon lagi tante, tante akan stand by."

Risa segera menghubungi kakaknya dan menceritakan secara singkat kejadiannya. Risa menjelaskan posisi dia sekarang agar kakaknya mudah menjemputnya.

Selang setengah jam Dio datang diantarkan anak buahnya. Tidak butuh waktu lama akhirnya Dio mengambil alih mobil Risa dan membawa ke rumahnya. Disepanjang perjalanan Risa banyak diam dan melamun melihat jalan. Dio yang berada di sebelahnya sedikit merasa resah. Sesekali Dio mengajak Risa berbicara yang hanya ditanggapi seperlunya oleh Risa.

Saras yang sebelumnya sudah diberitahu oleh Dio langsung menyiapkan kamar untuk Risa beserta baju Risa yang tersimpan di rumah mereka. Saras pun menyiapkan makan malam dan minuman hangat untuk Risa.

Risa datang langsung disambut pelukan hangat dari Saras. Walau sudah tidak menangis tapi masih tersisa jejak air mata di wajah Risa. Saras menuntun Risa ke kamar untuk bersih-bersih. Dio yang menunggu Risa selesai bersih-bersih memang tidak banyak bertanya dahulu. Dio menunggu Risa makan, dan mengantarkan kembali ke kamar yang diikuti Saras.

"Mas boleh minta tolong bawa travel bag aku di bagasi mobil?" pinta Risa kepada Dio yang telah mengantarkan ke kamar.

"Boleh De, ada lagi yang mau kamu ambil di mobil?" tanya Dio agar ia sekalian mengambil keperluan yang dibutuhkan adiknya.

"Nggak ada Mas, aku cuman mau ngambil baju cadangan buat aku ngantor besok yang biasa aku simpen di mobil aja," jawab Risa.

"Yaudah kamu sama Mba Saras dulu ya, mas ke bawah dulu."

Risa yang ditemani Saras dikamar lambat laun tertidur, karena lelah bekerja dan lelah menangis dengan kejadian hari ini. Saras menatap sedih, karena ia tidak ingin traumanya Risa kembali lagi dan semakin parah.

Dio kembali dengan perasaan sedikit tenang setelah melihat Risa tertidur dengan napas teratur. Ia dan istrinya meninggalkan Risa sendirian di kamar. Meskipun Dio terlihat tenang tapi Saras tahu pikiran Dio tidak setenang itu. Dio yang sangat pemikir akan terus khawatir dengan ini semua.

***

RETROUVAILLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang