Sabtu pagi hingga sore Risa ke apartemennya, ia harus membersihkan dan mengisi stok makanan. Rencananya setelah hari Senin nanti dia akan kembali tinggal disana karena sudah mendapatkan izin untuk membawa kendaraan sendiri.
Risa selama tinggal bersama Dio setelah pulang kerja selalu melatih keberanian dia membawa mobil dalam suasana ekstrim. Risa saat berlatih selalu didampingi, terkadang bersama Andra, Dio atau supir pribadi Dio. Sesi terapi bersama Tante Fenny pun masih berlangsung dan mendapatkan persetujuan ketika melihat emosi dan mental Risa sudah mampu.
Risa yang kelelahan setelah belanja dan membersihkan apartemen sendiri, memilih tidur sebentar sebelum kembali pulang ke rumah Dio. Risa yang sibuk membereskan apartemennya tidak sempat mengecek handphone-nya ditambah Risa men-silent sehingga tidak mengetahui bahwa Gandhi sedang berkunjung ke Rumah Dio.
Gandhi yang sudah mengenal keluarga Risa cukup lama membuat dia tidak canggung saat bertemu. Gandhi banyak bercerita bersama orang tua Risa, dan terkadang bermain dengan keponakan Risa. Rasanya Gandhi memiliki keluarga kedua, karena dia dapat menjadi dirinya sendiri tanpa harus menjadi sosok orang lain.
🌦️🌦️🌦️
"De, darimana aja sih? ditelepon gak diangkat," ucap Dio ketika Risa sampai rumah.
"Apartemen Mas, tadi aku ketiduran dan lupa kalau handphone aku masih mode silent jadi gak kedengeran." jelas Risa.
Risa duduk disamping Dio, dan merebahkan dirinya disana. "Tadi Gandhi dateng kesini, tapi kamunya ditungguin gak dateng-dateng."
"Dia lama main kesini? kok dia gak ngasih tahu dulu sih sebelumnya, dadakan banget."
"Entahlah, untung dia orangnya gak kaku ya jadi betah banget tuh ngobrol sama papah." ucap Dio yang dengan luwes sambil memijit kepala adiknya untuk lebih rileks.
"Pantesan aja dia gak bilang, orang tujuan dia emang buat ketemu papah. Obrolan mereka pasti ngobrolin soal mancing sama naik gunung deh, ceritanya gak habis-habis pasti, papah yang ngulik masa lalunya, Gandhi yang mancing-mancing terus, udah ketebak itu." ucap Risa.
"Eh de, mas mau nanya deh. Misal ya misal, kalau kamu gak ketemu lagi sama Andra ada kemungkinan gak sih kalau nanti kamu sama Gandhi?"
"Kemungkinan itu pasti ada ya, cuman peluang ke arah sana tuh kayanya kecil banget Mas. Aku jauh banget dari tipe dia, dan dia pun bukan tipe aku mas. Udahlah jangan misal-misal Mas, kita mah udah cocok jadi sahabatan aja." elak Risa.
"Kan misal, siapa tahu aja gitu." ucap Dio. Risa memilih masuk kamar dan mandi dari pada mendengarkan ucapan Dio yang agak ngawur.
🌦️🌦️🌦️
Selesai rapat, Gandhi masuk ke ruangan Risa untuk mengambil titipan dari Papah Risa untuk dirinya.
"Om beneran udah balik cil?"
"Udah kemarin malem, terus nitipin itu buat lo. Akrab bener sampe papah ngasih titipan segala."
"Yoi dong, relasi tuh gak pandang umur, lagian bokap lo tuh asyik banget walau kadang suka nyeremin sih." gurau Gandhi.
"Bye the way, lo ikutan seleksi untuk posisi di cabang baru?"
"Heem, dan gue lolos, bulan depan gue udah pindah. Kemarin gue tuh mau ngasih tahu lo, eh malah ngilang." Risa terdiam dan termenung. "Gini loh ya, gue pindah tuh mumpung ada kesempatan disaat situasi, waktu cocok, rezeki banget gak sih? lumayan kan kalau gue pindah cabang bisa naik jabatan dan gaji gue ikutan naik juga, terus cari suasana baru jugalah bosen bandung mulu."
"Tapi kan itu jauh Gan," tanggapan Risa yang merasa akan kehilangan sahabat dekatnya.
"Lo gak usah lebay deh ah, kesana tuh naik pesawat 2-3 jam udah nyampe kali. Mumpung gue belum nikah, mending gue explore dulu."
"Emang lo gak ada kepikiran buat nikah deket-deket ini?"
"Gak ada, Fera belum siap gue ajakin nikah, orang tuanya pun ya begitulah. Yaudah gue mending cari cuan aja deh, biar tabungan gue makin tebel tak berseri."
"Sukses dan lancar ya, semoga lo betah ditempat barunya ya." Gandhi hanya membalas dengan senyuman dan kembali ke ruangannya.
🌦️🌦️🌦️
Perlahan hubungan Risa dengan Gandhi benar-benar berjarak. Gandhi yang sibuk menyelesaikan tugasnya sebelum pindah ke tempat baru, dan Risa yang ragu untuk mengganggu Gandhi menjadi semakin terasa asing.
Hubungan Risa pun dengan Andra masih baik, meski sekarang Andra sedikit sibuk karena harus bolak balik luar kota untuk proyek barunya tapi komunikasi mereka tetap berjalan dengan baik.
"Ave, aku udah di lobi ya." ucap Andra dalam sambungan telepon. Risa segera bergegas menghampiri Andra. Rencananya malam ini mereka akan menonton film setelah sekian lama tertunda.
"Ya, kamu beneran gak cape kalau nemenin aku nonton?"
"Kalau cape aku tinggal tidur aja disana, tapi liat pilihan filmnya kayanya aku penasaran juga sih."
Begitulah kegiatan Andra dan Risa ketika berdua, menghabiskan waktu bersama disela-sela kesibukan mereka.
Andra berusaha membagi waktunya sebaik mungkin agar memiliki waktu untuk selalu bertemu dengan Risa. Andra bahkan rela melakukan apa saja asal selalu bersama dengan Risa. Dia berusaha untuk menebus waktu yang dahulu lama terbuang sia-sia.
"Ya, bukannya itu tunangannya Nana ya? kok sama perempuan lain sih?" ucap Risa saat memperhatikan dua orang yang berada tidak jauh berdiri didepan Risa. Saat ini Risa sedang mengantri menunggu lift untuk turun ke lantai bawah setelah selesai menonton.
"Ave beneran dong itu Danu. Dia berani-beraninya main dibelakang Nana." ucap Andra yang terlihat mulai emosi. Andra akan menghampiri Danu tapi ditahan oleh Risa.
"Plis jangan sekarang, kita kumpulin buktinya dulu." Risa mengeluarkan handphone-nya. "Ya sini dong kita foto dulu, kurang deket deh, sini sini angle-nya bagus sebelah sini" ucap Risa sambil mengarahkan kamera handphone. Risa mencoba merubah beberapa posisi handphone-nya agar terlihat pas. Padahal Risa tidak sedang melakukan selfie, tetapi mereka menggunakan kamera belakang untuk mengambil gambar dua orang yang sedang bermesraan didepan sana. Risa dan Andra berpura-pura menjadi pasangan bucin yang tidak tahu tempat.
Setelah mereka sampai di mobil, tidak henti-hentinya Risa dan Andra tertawa lepas. Menertawakan aksinya yang sungguh konyol. Tetapi mereka cukup puas dengan tangkapan gambar dan video yang mereka ambil.
"Ya, inget ya jangan dulu bilang sama Nana, apalagi sekarang Nana masih diluar kota. Tunggu dia ke Bandung baru kita ceritain kejadiannya."
"Iya Ave, aku coba tahan untuk gak cerita ke Nana."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
RETROUVAILLES
Chick-LitPerjalanan Cinta seorang Risa tidak seindah perjalanan kariernya. Membutuhkan bertahun-tahun hingga ia dapat keluar dari belenggu masa lalunya. Membangun pertahanan hati, membuka lembaran baru dan siap menerima penghunian baru untuk hatinya, dalam s...