Chapter 21

16 1 0
                                    

Drt drt drt

Risa memeriksa handphone-nya, ternyata Gandhi meneleponnya. Risa belum mengucapkan salam, diseberang sana sudah menembak langsung pertanyaan.

"Lo udah bangunkan jam segini?"

Suara Gandhi terdengar sedikit berbaur dengan suara kendaraan, sepertinya Gandhi berada dipinggir jalan.

"Ya, kenapa?" Risa menjawab dengan nada heran karena Gandhi menanyakan dirinya sudah bangun atau belum.

"Olahraga bareng kuy, udah lama gak ke Gasibu."

"Lah ini gue lagi otw ke tempat gym sama Andra."

"Bagus dong, berarti setelan udah olahraga banget gak tuh?"

"Iya sih."

"Yaudahlah sini aja, gym mah ntar aja, kita double date gitu, Lo sama Andra, gue sama Fera."

"Ngomongnya ya, mentang mentang deh yang udah punya Pacar."

"Lah emang kalian belum jadian? Payah deh Andra gak sat set kaya gue."

"Berisik deh ah, bentar gue tanya dulu orangnya."

Risa agak menjauhkan handphone-nya agar tidak bermaksud bicara pada Gandhi. "Ndra, ini Gandhi telepon katanya ngajakin lari keliling gasibu bareng sekarang, gimana?"

"Yaudah kita kesana aja, kamu gimana?" Andra menanyakan balik pada Risa, karena Andra asal bersama Risa kemanapun perginya bisa diatur.

"Aku sih bebas kemana aja asal gerak," jawab Risa.

"Ok sana aja ya, aku juga belum pernah kesana cuman lewat doang jadi belum pernah coba lari disana." jelas Andra.

Risa langsung mendekatkan lagi handphone pada telinganya. "Halo boy, oke deh gue otw sana sekarang, janjian di tangga perpus ya, bye."

🌦️🌦️🌦️

Risa, Andra, Gandhi dan Fera setelah bertemu di tangga depan perpustakaan yang berada di Gasibu langsung membuat formasi. Andra dan Gandhi berada di posisi depan, dengan kaki jenjang mereka langkahnya sangat lebar sehingga Risa dan Fera tidak bisa mengimbangi kecepatannya. Risa dan Fera berada di posisi belakang dengan lari yang benar-benar santai, bahkan mereka sambil bergurau.

Risa dan Fera sudah ingin cepat-cepat lari ke pasar tumpah yang berada di seberang lapangan, disana banyak sekali yang berjualan dari mulai makanan, pakaian hingga keperluan rumah tangga. Tapi saat mereka mulai ingin menyimpang dari lintasan, Gandhi dan Arga mencegah dan menyeret mereka kembali ke jalur dan berbisik untuk tidak jajan terlebih dahulu.

"Bagus banget lo, habis lari langsung ke sate jando ya," ucap Risa saat baru sampai di tempat sate Jando yang berada di samping Gedung sate. Setelah lari berapa putaran, Gandhi mengajak semuanya untuk mampir kesana karena ternyata Andra belum pernah mencoba sate jando Gasibu selama tinggal di Bandung.

"Gue kan menawarkan makanan yang temen lo belum cobain selama disini biar gak penasaran, kasian udah tinggal di Bandung tapi belum nyobain," kekeh Gandhi yang langsung berbaris pada antrian yang cukup lumayan untuk mereka yang datang pada jam 10 pagi.

"Udah dong Sa, kan gak tiap hari juga, mending kita nunggu disitu aja sekalian beli tahu gejrot tuh buat ganjel," ajak Andra kepada Risa yang diikuti oleh Fera di belakang untuk melimpir ke bahu jalan yang dekat dengan tahu gejrot.

"Jagain Ndra, cewek emang rese kalo lagi laper," ledek Gandhi sambil tertawa lepas karena melihat raut muka Risa.

Menunggu Gandhi selesai mengantri memang memakan waktu yang cukup lama, membuat mereka masing-masing menghabiskan 2 porsi tahu gejrot. Tidak kecuali Gandhi, karena sambil mengantri, Fera tetap memberikan asupan tahu gejrot kedalam mulut Gandhi.

"Semua satenya dicampur kan?" tanya Risa Ketika Gandhi datang membawa pesanan mereka.

"Iyalah tenang, kolesterol tetap terjaga kok," jawab Gandhi yang siap duduk lesehan di bahu jalan. "Kalau ingin tetap tenang, tinggal bikin racikan penggugur dosa aja sih Sa," tambah Gandhi.

"Apaan tuh kak racikan penggugur dosa?" tanya Fera penasaran dengan apa yang dikatakan oleh pacarnya.

"Itu loh Yang, racikan dari beberapa rempah-rempah yang bisa membantu meluruhkan lemak gitu. Enak loh, apalagi kalo versi dingin seger banget kaya kita enggak minum minuman sehat," jelas Gandhi kepada Fera.

"Bisa tuh pulang dari sini kita buat, gimana Ris?" tanya Andra yang melihat langsung kepada Risa masih sibuk dengan makanannya. Risa yang awalnya mempermasalahkan makan sate jando tapi paling semangat dalam memakannya.

"Hemmm, boleh aja sih, gampang kok buatnya cuman bahan-bahan di apart stoknya kosong harus belanja dulu sih pulang dari sini," jawab Risa yang masih fokus dengan sate dan lontongnya.

"Yaudah nanti pulang dari sini kita belanja dulu biar aku yang nganter," ucap Andra.

"Nanti gue langsung ke apart lo aja ya, gue nungguin disana," balas Gandhi. Risa hanya mengangguk menandakan iya menyetujui ucapan Gandhi.

🌦️🌦️🌦️

"Udah semua kan ini?" tanya Andra sambil berjalan menuju kasir.

"Buat semua udah, eh mau buat macaroni schotel gak malem?" tanya Risa.

"Boleh boleh, bahannya ada yang kurang dong?"

"Nggak banyak kok, semua bahan masih pada ada di apart cuman makaroninya aja. Kamu tunggu di antrian aja ya, aku mau ambil kesana dulu," jawab Risa yang berbalik arah meninggalkan Andra yang akan mengantri.

Risa saat memilih macaroni di etalase merasa ada yang memperhatikan dia dari ujung Lorong di belakang dia. Risa mencoba menghiraukan dan sedikit gugup ketika mendengar suara Langkah yang semakin mendekat.

"De," sapa seseorang dengan suara sedikit berat. Risa tahu suara tersebut, badannya langsung merilekskan diri ketika tadi sedikit tegang.

Risa berbalik ke belakang dan benar dugaannya, bahwa itu Kakaknya. "Mas Dio? Kirain siapa."

"Kamu tegang banget, masih suka panik kalau keadaannya kaya gini?" Dio mendekat dan menenangkan Risa dengan mengelus pundak.

"Masih Mas, sedikit, tapi siapa sih yang gak tegang kalo ada yang liatin aneh gitu. Mas juga kenapa harus merhatiin dulu, mana lama harusnya kan panggil langsung aja, terus kenapa pake topinya harus bawah banget sampai nutupin mata sih kan kesannya serem," adu Risa.

"Ya mas mastiin dulu, takut salah orang, terus kalau ini kan kebiasaan aja gitu," bela Dio.

"Mendingan salah orang gak sih? Lebih baik minta maaf daripada nakut-nakutin orang," jawab Risa.

"Yaudah Mas minta maaf ya, kamu sama siapa?" tanya Dio.

"Aku sama temen aku, dia lagi ngantri di kasir, terus aku lupa beli ini jadi balik lagi, Mas belum jawab aku lo dari tadi, Mas kesini sama siapa?"

"Sama Mba Saras, tuh lagi ngantri juga disana," tunjuk Dio saat mereka akan mendekat antrian kasir.

"Ndra, masih inget mas Dio gak?" ucap Risa yang berada disamping Andra berdiri. Saras dan Dio berdiri di samping kasir yang berada di dekat Risa.

"Masih, kenapa?" tanya Andra yang belum menyadari kehadiran Dio dan istrinya.

"Lihat samping Kanan kamu, itu Mas dio sama istrinya, Mba Saras," Andra langsung menyapa.

"De, inget ya sekarang langsung ke rumah Mas, gak ada alasan. Andra, kamu ikut juga ya." Dio memperingati Risa agar tidak mangkir dan membuat alasan lagi.

"Iya mas iya." Risa sudah merasa terpojok dan terpergok sehingga mau tidak mau dia harus datang ke rumah kakaknya.

***

RETROUVAILLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang