Chapter 25

12 1 0
                                    

"Sarapan dulu De," tawar Saras saat Risa turun dari tangga dengan setelan sudah siap ke kantor.

"Iya Mba," jawab Risa menghampiri meja makan dan meletakan barang bawaannya di kursi samping.

"Ini Mba bawain kamu bekel ya takut kamu lupa makan siang. Soalnya Mbak denger dari Mas sekarang lagi hectic banget ya tentang masalah obat itu?"

"Makasih ya Mbak. Iya sekarang emang hectic banget Mbak, mungkin bakal lembur terus," jawab Risa mulai mengambil makanan pada piringnya.

"De, mulai sekarang kalau mau kemana-mana kamu diantar supir Mas aja ya," ucap Dio sambil menggendong Anan yang sudah siap untuk pergi sekolah. Setiap pagi kalau Dio tidak ada kegiatan penting di kantor, maka rutinitas Dio adalah membantu istrinya. Dio akan membangunkan anak-anaknya dan mengawasi anak-anaknya siap-siap untuk sekolah sedangkan Saras bertugas menyiapkan sarapan serta bekal makanan.

"Gak usah Mas, aku pakai kendaraan online aja," sanggah Risa tidak enak sering merepotkan kakaknya.

"Mas lebih gak tenang kalau kamu pakai kendaraan online, udah pakai supir aja ya. Kemanapun kamu pergi jangan pergi sendiri, kalau bisa selama kamu sering lembur kamu tinggal disini dulu aja."

"Mas, tapi aku..." ucapan Risa tergantung karena bingung mencari alasan untuk menolak.

"Udah ya De, kali ini aja kamu nurut. Kamu saudara Mas satu-satunya, please."

"Sekali lagi makasih ya Mas, udah mau aku repotin terus."

"Halo mamih, aku punya coklat buat mamih." Adin yang baru datang langsung memeluk Risa sambil menyerahkan coklat yang ada di tangannya.

"Hai sayang, kok pagi-pagi udah punya coklat aja?" Tanya Risa.

"Kemarin aku habis jajan sama papah tapi beli coklatnya kebanyakan jadi aku bagi satu buat mamih."

"Makasih ya sayang, ayo duduk disini kita sarapan dulu."

🌦️🌦️🌦️

Tidak terasa Risa hampir dua minggu tinggal bersama Kakaknya. Risa hanya sempat beberapa kali bertemu dengan Andra karena sekarang sering bolak-balik luar kota untuk mengurusi projectnya sedangkan dengan Gandhi hanya bertemu di kantor.

Berita di Indonesia mengenai obat sirup memang sedang hangat-hangatnya, BPOM mengumumkan untuk menahan dahulu penjualan obat sirup sampai waktu yang tidak dapat ditentukan karena BPOM harus memeriksa kembali hasil analisis setiap produk.

Perusahaan Risa secara mandiri telah selesai memeriksa produk obat sirup milik perusahaannya baik yang sudah beredar atau belum beredar, selain itu bahan baku yang tersedia terutama pelarut tidak luput dari pemeriksaan.

Sejauh ini, hasil pemeriksaan internal perusahaan Risa aman dari cemaran dan ada satu produk yang masih jauh diambang batas maksimal cemaran. Walau begitu tetap saja, produksi dalam perusahaan sangat terganggu karena masih menunggu keputusan dari BPOM.

Banyak pegawai perusahaan yang pekerjaannya terganggu bahkan tidak melakukan kegiatan kerja karena produksi yang tertahan. Hanya produk dengan bentuk sediaan solid yang masih berjalan.

Bahan baku pelarut yang tersedia pun semua harus dilakukan analisa ulang, tidak boleh satupun terlewat. Sebelumnya untuk analisa suatu bahan baku yang datang hanya dilakukan perwakilannya saja. Saat bahan baku datang dari suplier maka harus mengikuti beberapa tahapan sebelum digunakan dalam produksi.

Bahan baku tersebut akan disimpan di ruangan karantina pada saat dilakukan analisa. Bahan baku yang datang bukan satu atau dua tetapi berpuluh-puluh. Pada analisa ini ada hitungan tertentu dalam menentukan analisa dan itu tidak semua, hanya perwakilan yang jumlahnya sudah ditentukan. Bahan baku yang telah lulus analisa maka disimpan dalam penyimpanan released dan apabila tidak lulus maka disimpan di ruangan rejected.

Hal ini menjadi tugas Gandhi yang harus mengawasi hasil analisa yang dilakukan oleh staff yang berada dalam departemennya. Gandhi pun saat bertemu Risa hanya membahas mengenai pekerjaan saja, diluar itu mereka tidak ada pembahasan apapun.

🌦️🌦️🌦️

"SURPRISE" Teriak suara dari dalam rumah.

Risa sangat terkejut dengan orang-orang yang menyambutnya, disana sudah berdiri Ina dan Rio, beserta didampingi oleh keluarga Dio.

"Ya ampun mamih kangen banget sama kalian." Ina dan Rio menghampiri Risa lalu saling memeluk.

"Udah dulu yuk kangen-kangennya, biar Mamihnya mandi dulu lalu kita makan malem bareng," ajak Saras.

Risa bergegas membersihkan diri lalu bergabung dengan anggota keluarga lain yang sudah duduk di kursi meja makan.

Makan malam berjalan dengan sangat hangat, suasana yang sangat dirindukan, hanya saja kedua orang tua Risa tidak ikut ke Bandung tapi kedatangan si kembar sudah menebus rasa rindunya.

Selesai makan malam mereka melanjutkan dengan menonton film. Saras sudah mempersiapkan cemilan untuk menemani acara nonton keluarga.

"Ina sama Rio dianter siapa kesini? Opa sama Oma enggak ikut?" tanya Risa.

"Tadi kita naik kereta, terus ditemenin sama Om Ari. Tapi Om Ari katanya ada perlu di kantor papah jadi nanti kalo kita pulang bareng lagi sama Om Ari. Opa sama Oma belum bisa ikut, nunggu mamih pulang kesana katanya," jelas Rio.

"Kalian liburan disini berapa lama?"

"Seminggu Mamih, kita pulang minggu depan," jawab Ina.

"Gimana kalau besok kita main, kalian mau main kemana?" Risa menawarkan ajakkan bermain agar Ina dan Rio senang.

"TSM yuk Mamih, terus kita kulineran. Ade pengen teriak-teriak habis ujian nih," jawab Ina dengan semangat.

"Ok, Rio gak ada usulan lain nih?" tanya Risa kepada Rio yang masih berpikir.

"Aku pengen main ke daerah Lembang, tapi kalo weekend gini pasti macet ya?"

"Iya, kalau weekend pasti macet. Gimana kalau hari Rabu nanti mamih ambil cuti. Selasa sore kita nge-camp disana, sampai hari Rabu?"

"Boleh mih, aku seneng banget nih kalau ngecamp gitu," Rio sangat antusias sekali dengan tawaran nge-camp.

"Pah, Adin sama Anan boleh ikut nge-camp gak? kan kita sekolah," rajuk Adin.

"Gak apa-apa nanti kalian izin sekolah ya, kita liburan bareng. Kapan lagi kita bisa kumpul kaya gini." jawab Dio.

Mereka menikmati film yang ramah ditonton untuk anak-anak. Sesekali mereka bercanda, dan saling jahil antar satu sama lain. 

***

RETROUVAILLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang