Pemandangan yang sering Risa dambakan, keheningan dan ketenangan menyatu dengan alam. Menghirup udara segar dengan sesuka hati dari pagi hingga malam dengan minim polusi yang membuat udara terasa sumpek.
Rutinitas yang sering Risa lakukan hampir dua minggu tinggal di kampung yang sekarang menjadi tempat tugas Psikiaternya yaitu berjalan santai setiap pagi dan sore. Mengelilingi kampung adalah hal yang paling menyenangkan, selain berinteraksi dengan orang baru maka matanya akan disuguhkan pemandangan yang indah.
Risa selama menghilang, tinggal bersama psikiaternya yang dahulu menangani ia saat masa-masa trauma. Psikiater senior yang sekarang memilih mengabdi di kampung karena ingin menikmati masa tua dengan tenang. Risa telah menganggap psikiaternya ini seperti ibunya yang selalu ada untuknya selama ia tinggal di Bandung.
Psikiaternya ini masih ada ikatan saudara dengan kakak iparnya, dan kakak iparnya yang mengenalkan Risa kepada Tante Feni saat dulu Risa membentuk tembok yang sulit untuk dirobohkan. Berkat bantuan Tante Feni dan dukungan orang terdekatnya akhirnya Risa dapat melewati masa-masa sulit tersebut.
Sekarang ketika perasaan trauma tersebut mulai kembali muncul, Risa segera mencegah hal tersebut dengan melakukan healing dan pergi ke tempat Tante Feni. Cepatnya tanggapan dan pencegahan yang dilakukan membuat Risa cepat untuk pulih dan dapat mengendalikan dirinya.
🌦️🌦️🌦️
Gandhi yang mengatur perizinan sakit Risa. Gandhi memberikan kabar kepada Perusahaan kalau Risa sakit dan hasil swab yang diberikan positif sehingga harus isolasi mandiri dan memberikan keleluasan untuk menyehatkan badan dan mengambil kerjaan dengan WFH (Work From Home).
Izin sakit yang diberikan Perusahaan kepada Risa sudah akan habis membuat ia hari ini harus kembali pulang dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Sore ini, Risa akan dijemput oleh Gandhi karena hanya Gandhi yang mengetahui keberadaan Risa sekarang. Bahkan Kakak Risa yang sama-sama tinggal di Bandung pun tidak tahu keadaan Risa sekarang. Risa tidak ingin memberikan kekhawatiran kepada banyak orang.
"Gak ada yang ketinggalan kan ini? udah dimasukin semua barang-barangnya?" tanya Gandhi setelah memasukan travel bag kedalam bagasi mobil.
"Udah kok, tenang aja kalo ada yang ketinggalan nanti kita balik lagi," jawab Risa dengan nada jail.
"Seenaknya aja, lo kira jarak dari apartemen lo kesini deket apa?" ujar Gandhi yang sudah lelah membayangkan apabila itu benar.
"Hahaha, serius amat sih pak, sekiranya ada yang ketinggalan ya tinggal dipaketlah. So simple kan?" ucap Risa seraya duduk di kursi penumpang depan dengan terus tertawa.
"Udah kali ketawanya, gak lucu ya. Sekarang lo duduk manis terus pake tuh sabuk pengaman, bisa kan?" Risa hanya menjawab dengan mengangguk dan menahan tawa yang akan keluar lagi dari mulutnya.
🌦️🌦️🌦️
Dua minggu setelah pembicaraan terakhir dengan Gandhi, Andra mulai menyibukkan dirinya. Saat dirinya lengah sedikit pikirannya akan berputar memikirkan Risa. Maka mulai dari minggu kemarin ia ikut turun langsung dalam pengerjaan proyek di Perusahaannya.
Perusahaan rintisan Andra ini memang bukanlah perusahaan besar tetapi Binarian Arch. yang sudah berdiri 5 tahun ini salah satu perusahaan yang bisa diperhitungkan dalam dunia arsitektur. Andra merintis perusahaan ini bersama sahabatnya saat kuliah dulu di Swedia. Walau posisi Andra sebagai Direktur Utama tetapi ia hanya memantau dan me-remote perusahaannya dari jauh, sehingga posisi direktur diisi oleh Rico sebagai pemegang kendali atas persetujuan dari Andra.
Andra selama ini bekerja di perusahaan keluarganya, walau posisinya sebagai direktur tetapi ia hanya menjalankan semua perintah dari keluarganya karena ia tidak mempunyai hak untuk membantah. Andra tahu tidak selamanya ia akan terus menjalankan perusahaan keluarga karena posisi tersebut bukanlah tempatnya. Ia hanya sebagai pengganti selama seseorang tersebut menghilang.
"Dra, kapan lo gabung disini sama gue?" tanya Rico yang sedang bersantai di ruang kerjanya.
"Ini kan gue udah gabung, liat gue sambil meriksa projekkan ini," jawab Andra sambil mengacungkan berkas ditangannya.
"Ya maksud gue resmi kerja disini, lo kan udah mengundurkan diri sama yang di Swedia otomatis lo harus cepet-cepet gabung disini sama gue," tutur Rico.
"Nunggu masalah gue kelar dulu ya, semoga bisa cepat teratasi, satu persatulah, kasih gue waktu ok!" rayu Andra dengan mengedipkan sebelah mata kepada Rico.
"Idih lo ya so ganteng banget," ejek Rico.
"So ganteng? Lah emang gue ganteng wkwkwk," tawa pecah dari Andra dan Rico karena nada suara yang dikeluarkan Andra seperti nada-nada video tok-tok yang sedang viral.
Apabila sudah masuk dalam dunia kerjanya, Andra sangat serius bahkan hingga lupa dengan sekitar. Seringkali selalu mematikan atau mensenyapkan notifikasi handphone agar saat dia sedang berkonsentrasi tidak terdistraksi.
Andra sampai apartemen pukul Sembilan malam, ia baru santai dan mencoba menyalakan handphonenya. Banyak telepon masuk tidak terangkat diantaranya ada dari Diana, dan keluarganya. Makin malas menyalakan handphone-nya karena sebentar lagi pasti akan mendapatkan telepon lagi. Hendak ingin mematikan handphonenya, pergerakan tersebut terhenti ketika satu pesan masuk yang selama ini ia nantikan.
From: Clarisa Tria Pramudya
Apakah besok siang ada waktu?
To: Clarisa Tria Pramudya
Selalu ada waktu untuk kamu
From: Clarisa Tria Pramudya
Besok siang pukul 2, kita ketemu di Utara Café
To: Clarisa Tria Pramudya
Ok!
Andra merasa senang setelah mendapatkan pesan dari Risa, hatinya berbunga-bunga dikarenakan ia akan bertemu dan berharap masalahnya akan segera berakhir. Harapan lainnya Andra ingin hubungannya dengan Risa akan membaik.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
RETROUVAILLES
ChickLitPerjalanan Cinta seorang Risa tidak seindah perjalanan kariernya. Membutuhkan bertahun-tahun hingga ia dapat keluar dari belenggu masa lalunya. Membangun pertahanan hati, membuka lembaran baru dan siap menerima penghunian baru untuk hatinya, dalam s...