Chapter 8

24 2 0
                                    

Siang menuju sore Andra mendatangi rumah sakit untuk menemui Risa. Sejak tadi pagi Andra merasa gelisah teringat Risa, tetapi baru sekarang ia dapat kembali menjenguk Risa. Sejak dalam perjalanan Andra sudah bersemangat untuk bertemu Risa dengan ia membawa makanan kesukaan Risa yang masih ia ingat sampai sekarang.

Saat membuka kamar yang Risa tempati, Andra terkejut dikarenakan kamar kosong dan sudah rapi. Tidak ada barang atau bekas orang menempati, diperkirakan kamar ini sudah lama kosong dengan udara kamar yang terasa segar tidak terhirup wangi berpenghuni. Andra pergi kepada nurse station pada lantai ini untuk menanyakan keberadaan Risa.

"Permisi sus, maaf mengganggu saya ingin menanyakan pasien atas nama Clarisa Tria Pramudya mengapa tidak ada di kamarnya ya?" tanya Andra dengan sopan kepada Perawat yang sedang bertugas.

"Mohon tunggu sebentar ya Pak," jawab perawat dengan mengetikkan nama Risa pada pencarian data rekam medis pasien.

"Pasien atas nama Clarisa Tria Pramudya sudah pulang pak, tadi dokter sudah memperbolehkan pasien pulang," tutur perawat.

"Kira-kira pukul berapa ya pasien pulangnya?" tanya Andra.

"Kalau dilihat saat meninggalkan kamar pukul 10 pagi Pak, tetapi dokter menjadwal kepulangan pukul 4 sore. Melihat kondisi pasien membaik pada akhirnya dokter mengizinkan pasien pulang lebih cepat," jelas perawat.

"Baik kalau begitu, terima kasih sus atas informasinya," pamit Andra seraya berjalan memasuki lift yang kebetulan sedang terbuka.

Andra menuju unit apartemen Risa, selama ini walau Andra belum pernah berkunjung ke apartemen Risa tetapi atas informasi dari Diana, Andra mengetahui unit apartemen yang ditinggali oleh Risa.

Beberapa kali Andra terus menekan bel unit apartemen Risa tidak ada jawaban. Andra memilih turun ke bawah dan menanyakan kepada resepsionis dan petugas keamanan yang bertugas mengenai keberadaan Risa. Risa sudah cukup lama tinggal di apartemen ini, melihat keseharian Risa yang ramah Andra menduga pasti petugas apartemen setidaknya mengenal Risa.

Semua jawaban yang didapatkan tidak sesuai dengan harapan Andra. Jawaban yang didapatkan semuanya sama, mereka tidak melihat Risa, terakhir melihat saat kemarin sore. Andra memasuki mobilnya dan merenung untuk memperkirakan keberadaan Risa sekarang dimana. Andra pun menghubungi Diana agar membantu untuk mencari informasi mengenai Risa.

🌦️🌦️🌦️

Pagi hari, Andra sudah berada di lobi kantor Risa. Dia sengaja menunggu dari pagi, bahkan sebelum karyawan kantor sampai. Sempat dia mengobrol dengan petugas keamanan untuk menyampaikan kedatangannya dan sedang mencari siapa membuat Andra diperbolehkan menunggu di lobi.

Sofa lobi yang Andra duduki menghadap langsung kepada pintu kedatangan sehingga ia bisa mengawasi siapa saja karyawan yang telah datang. Hampir dua jam Andra menunggu tapi tidak ada tanda-tanda Risa datang. Tersisa sepuluh menit lagi batas waktu masuk karyawan, akhirnya Andra melihat Gandhi. Risa tak nampak Gandhi pun jadi. Setidaknya waktu yang diluangkan untuk menunggu selama dua jam tidak sia-sia.

"Gue tahu kenapa lo bisa ada disini sekarang, ketemu gue jam 8 malam di rooftop apartemen kalian," ujar Gandhi tanpa basa-basi dan langsung masuk ke dalam kantor. Andra yang belum membuka suara pun tak berkutik, dan setelahnya memilih untuk pulang.

Keadaan fisik Andra sudah tak karuan, sejak dua hari yang lalu ia kurang tidur, lelah sudah pasti dan ia beberapa kali melewati waktu makan. Pulang dari kantor Risa akhirnya Andra memilih mengisi perutnya dan istirahat sejenak untuk memulihkan tenaganya kembali. Mencoba menjernihkan serta menenangkan pikiran agar tidak overthinking mengenai Risa yang entah mengapa menghilang tanpa jejak.

🌦️🌦️🌦️

Andra menunggu di rooftop, mengikuti apa yang sering dilakukan oleh Risa dengan mendengarkan musik, menutup mata, dan menarik napas dalam-dalam. Andra merasa sangat lega, pantas saja ia sering memergoki Risa melakukan hal ini karena memang sangat menyenangkan. Kemana saja Andra selama ini hingga hal kecil seperti ini ia baru merasakannya.

"Sorry lama, tadi gue ada yang harus dikerjain dulu," ucap Gandhi sambil menepuk pelan lengan Andra sehingga ia terbangun.

"Ehm ok, gak masalah, asal kedatangan lo membawa kabar baik buat gue," jawab Andra dan menegakkan tubuhnya.

"Gue gak akan bertele-tele, gue gak akan ngasih tahu terlalu banyak karena itu diluar kapasitas gue biar nanti yang bersangkutan akan menjelaskan semuanya sama lo," ujar Gandhi.

"Yakin dia bakal jelasin dan mau ngomong sama gue?" tanya Andra.

"Percaya sama gue, orang dia yang bilang bakal ngomong sendiri ke lo, dia aja gak tahu kalo gue bakal ngomongin hal ini sama lo," ucap Gandhi dengan santai.

"Terus kenapa lo sekarang mau ngomong sama gue disaat dia belum ngasih izin?" tanya Andra.

"Pertama, lo jangan bilang kalo lo nanti tahu beberapa informasi ini dari gue, bisa habis nanti gue dibantai dia. Kedua, gue gak mau disaat lo nanti denger langsung dari mulut dia, nanti malah lo kaget, gue pengen lo tetep netral. Ketiga, gue males harus dicariin sama lo yang bakal terus nanyain dia kalau gue gak ngasih tahu informasi apa-apa," jelas Gandhi.

"Ok, jadi mau kapan lo jelasin yang kata lo sebatas kapasitas lo itu," ucap Andra dengan nada menyindir.

Gandhi menceritakan beberapa hal penting kenapa Risa membutuhkan waktu untuk menghilang beberapa saat. Gandhi pun sedikit mengulas trauma yang pernah Risa alami. Andra yang mendengar penuturan Gandhi pun merasa terkejut dan tidak pernah membayangkan Risa pernah mengalami hal tersebut.

Gandhi sudah menduga ekpresi yang akan ditampilkan oleh Andra setelah mendengar itu, dan Gandhi tak mau sampai Andra menampilkan ekspresi tersebut didepan Risa nanti jika Andra mendengar langsung dari Risa. Tatapan dan ekspresi seperti itu adalah hal yang Risa tidak suka, suatu ekspresi yang terkesan meminta dikasihani sehingga selama Gandhi masih bisa menjaga perasaan itu maka akan ia lakukan semuanya demi Risa.

Andra akhirnya bisa sedikit tenang dan mulai bisa akrab dengan sosok Gandhi. Setelah pembicaraan panjang lebar dengan Gandhi ternyata tidak seburuk penilaiannya dulu. Pantas saja Risa senang berteman dengan Gandhi. Walau tetap saja insting sesama lelaki tidak bisa dibohongi, ada perasaan yang terpancar dalam diri Gandhi untuk Risa. Terlihat jelas dari cara Gandhi menjelaskan semuanya, ada pancaran yang sangat kuat terlihat dari sorot matanya. Meski Andra pun belum bisa memastikan perasaan Risa seperti apa, apakah masih ada sosok Andra dalam hatinya atau perasaan Gandhi telah bersambut.

Menjelang malam, akhirnya Gandhi dan Andra mengakhiri pertemuan dan membubarkan diri. Gandhi sebelum pulang ia mampir ke apartemen Risa untuk membawa beberapa barang yang Risa butuhkan karena besok setelah pulang kerja ia akan bertemu Risa.

Andra memilih merenung kembali karena masih terngiang-ngiang yang Gandhi ucapkan. Hal yang Gandhi sampaikan itu belum lengkap dan ia sudah sangat terkejut bagaimana nanti saat Risa memberitahukan semuanya sendiri. Rasanya tak sanggup untuk Risa menyampaikan hal tersebut kepadanya. Merasa tidak ada hak tapi karena Risa secara tidak langsung sudah berjanji maka ia akan menunggu itu dan berusaha menjaga perasaan Risa. Mulai sekarang Andra akan mencoba mengontrol dirinya agar terbiasa ketika akan bertemu dengan Risa.

***

RETROUVAILLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang