Andra mengamati foto tersebut cukup lama, entah apa yang ada dalam pikirannya tetapi Risa menunggu sampai Andra selesai berpikir. Andra menarik napas sangat dalam, terlihat dari cara dia menghirup udara sebanyak-banyaknya, mencoba menetralkan pikiran dan menenangkan diri. Terkesan ada beberapa emosi yang terpendam disana.
"Apa yang ingin kamu ketahui? pasti banyak banget keliatannya?" tanya Andra.
"Kamu oke kalau aku nanyain tentang ini?"
"I'm fine, jadi pertanyaan pertama apa nih?" Andra mengembalikan handphone Risa dan menunggu pertanyaan dari Risa.
"Jadi, yang ada di foto itu siapa?"
"Dia Caterine, mantan tunangan aku, yang pernah aku ceritain waktu itu," jawab Andra.
"Oh istrinya Gerald?" tanya Risa dan dibalas anggukan kepala oleh Andra. "Ternyata dia cukup terkenal juga ya sampai jadi Brand Ambassador produk yang terkenal disini."
"Caterine pantas menyandang model terkenal, dia memang sudah terjun di dunia modeling dari usia sangat muda. Sejak kecil dia sudah mengikuti sekolah modeling, acting, dan ballet. Tapi dia akhirnya lebih menekuni dunia model. Tapi pengorbanan dia untuk mendapatkan karirnya sekarang yang dirintis dari nol sampai terkenal terkesan sia-sia karena cinta butanya pada Gerald. Bermain dibelakangku untuk selingkuh dengan Gerald, setelah aku memutus hubungan dengannya, dia semakin tidak terkendali. Bahkan karirnya perlahan mulai terganggu karena ulahnya sendiri. "
Andra akhirnya menceritakan mengenai pertemuannya dengan Caterine. Saat itu Andra memang sudah tidak merespon panggilan dari keluarganya. Sampai Andra mengetahui bahwa Caterine sedang melakukan pemotretan bersama Brand yang ada di Indonesia, Andra selalu menghindar. Tapi Caterine menunggu lama di lobi Apartemen, membuat Andra menarik Caterine untuk mengantarkan ke hotel tempatnya menginap.
Perjalanan saat mengantarkan Caterine, disana dia bercerita banyak bahwa Gerald akhirnya mau bergabung di perusahaan setelah Caterine melahirkan dengan keadaan bayinya prematur, hal ini menjadi titik balik untuk Gerald. Caterine pun memohon kepada Andra untuk dapat kembali ke perusahaan keluarganya karena Gerald masih belum bisa dilepas sendiri. Banyak masalah yang muncul saat perusahaan di tinggalkan Andra dan saat Gerald bergabung dia belum bisa menyelesaikannya. Ayah Andra pun sering sakit-sakitan sehingga tidak bisa sepenuhnya membantu Gerald. Walaupun begitu Andra tidak ingin kembali dan akan tetap tinggal di Indonesia.
Risa mendengarkan cerita Andra sedikit merasa bersalah, walau Andra masih terlihat tenang tapi masih terlihat bahwa Andra memendam emosi mendalam mengenai keluarganya. Entah perasaan apa yang Andra rasakan tapi terlihat dari sorot matanya bahwa ia ada keinginan untuk membantu keluarganya hanya saja dirinya takut terjebak dan tidak bisa kembali lagi ke Indonesia.
Obrolan mereka terus mengalir, memang akhir-akhir ini mereka jarang mengobrol sangat lama, selain menanyakan kabar dan kegiatan secara singkat mengenai hari-harinya dalam bentuk pesan. Hal ini mereka gunakan untuk lebih saling mengenal dan saling mengerti satu sama lain. Bukankah kali ini hubungan mereka ingin berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan.
"Gimana rasanya diledekin keponakannya karena gak mau manggil aku sayang?" ledek Andra.
"Malulah, gak nyangka mereka merhatiin kita sampai segitunya. Jujur ya, geli banget tahu kalau aku manggil kamu gitu," jawab Risa.
"Tapi aku denger-denger ya kamu sering banget tuh ke Gandhi bilang beb, ke Nana bilang say, terus ke keponakan kamu bilang sayang. Kenapa sih sama aku geli?"
"Ya beda dong, konteksnya beda. Kamu tau gak sih terkadang kita malah nggak bisa dengan bebas mengucapkan atau mengungkapkan perasaan yang sebenarnya pada orang yang kita cinta sekalipun berbentuk sebuah panggilan. Tapi kalau ke orang terdekat bisa dengan bebas bilang gitu karena ya itu bentuk ungkapan kedekatan aja." Risa menjelaskan. "Bingung gak sih? belibet banget ya jelasinnya. Pokoknya ya susah tahu buat aku bilang gitu."
Andra tersenyum dengan senang karena secara gak langsung Risa mengungkapkan bahwa dirinya benar mencintainya. Andra pun mengerti apa yang dimaksud Risa, tapi dia senang menggoda Risa apalagi saat salah tingkah seperti ini.
"Gimana kalau kita buat panggilan sayang yang beda dari yang lain?" tanya Andra.
"Jangan yang alay loh ya."
"Ave," ucap Andra. "Panggilan sayang aku buat kamu." Andra memberikan handphone-nya yang menampilkan nama kontak 'Ave ❣️' pada Risa. "Kamu punya panggilan sayang untuk aku gak? atau mau aku buatin?".
"Diem ya, aku juga mau buat kasih aku waktu 5 menit deh". Risa tampak berpikir keras mencari inspirasi. Andra sesekali melihat ke samping untuk mengamati ekspresi Risa yang sedang berpikir.
"Lora, Yoya," gumam Risa sambil tertawa sendiri. Risa menertawakan tingkahnya yang membuat nama panggilan. Risa yang meminta untuk panggilannya tidak Alay tapi dirinya malah membuat panggilan yang alay.
"Apa sih ketawa sendiri, gimana udah ketemu belum nama panggilannya?" Andra menagih jawaban Risa karena sudah 5 menit.
"Belum ada, susah banget nemunya." elak Risa karena malu mengungkapkan panggilan yang telah dibuatnya.
"Yaudah, pikirin ya nama panggilannya." pinta Andra yang diberikan anggukan oleh Risa.
Mas Claudio
De, Mas berangkat sekarang ya. Sampai ketemu disana.
🌦️🌦️🌦️
"Gimana tadi mainnya seru gak?" tanya Saras kepada anak-anak. Satu persatu mulai menceritakan mengenai apa yang telah mereka lalui hari ini.
Sekarang mereka sedang berada di restoran yang menyediakan Korean Barbeque. Andra dan Dio sibuk memanggang daging dan Risa menyiapkan suki ke dalam mangkok untuk anak-anak. Saras memangku Anan yang sedikit rewel. Setelah hampir seharian bermain, energinya mulai menurun apalagi saat ketemu ibunya pasti seorang anak akan manja.
Hal wajar yang sering terjadi, ketika anak berada diluar pandangan atau lingkupan orang tua terutama ibunya maka akan berusaha menjadi mandiri. Tapi saat bertemu orang tua terutama ibunya maka akan sering rewel atau manja. Hal ini didasari karena jika seorang anak berada dalam pengawasan orang tua atau ibunya maka anak tersebut merasa aman dan dia akan mengeluarkan segala bentuk ekspresi termasuk tantrum. Lalu saat jauh dari pandangan orang tuanya terutama ibunya maka anak tersebut akan mawas diri, menjadi mandiri dan akan sulit mengeluarkan ekspresinya jika belum benar-benar dekat.
"Mas, malam ini sampai hari Senin aku nginep di Apartemen ya. Udah lama Apartemennya kosong," pinta Risa.
"Tapi pergi kerja tetep dianterin supir ya," jawab Dio sambil menggunting daging agar lebih kecil untuk anak-anak.
"Mas, maaf kalau boleh nanti Senin biar saya aja yang anterin Risa ke Kantor, kebetulan saya hari Senin ke lapangan jadi nggak perlu pergi pagi ke kantornya." Andra meminta izin kepada Dio.
"Kalau tidak merepotkan, baiklah saya titip ya Ndra."
"Baik Mas," jawab Andra dengan senyum tipis menandakan rasa senang dalam hatinya.
"Pah, kita boleh nginep di Apartemen Mamih gak?" tanya Rio yang dibarengi anggukan kepala oleh Ina sebagai tanda persetujuan.
"De, gak apa-apa mereka nginep disana? kamu gak akan repot?" tanya Dio pada Risa.
"Gak apa-apa Mas, gak akan repot kok, kan mereka juga sudah pada besar."
"Yaudah Rio sama Ina baik-baik ya bareng Mamih, tapi Adin gak bisa nginep ya soalnya besok Adin udah janji mau ikut ke rumah Nenek," ucap Dio mengingatkan Adin untuk datang berkunjung ke rumah Orang tua Saras.
"Hemm, iya deh aku lupa udah janji. Tapi nanti Mas Rio sama Mbak Ina nginep lagi di rumah aku kan?" Pinta Adin.
"Iya Adin, nanti Mas sama Mbak nginep lagi di rumah Adin." jawab Rio sambil mengelus rambut Adin yang berada disebelahnya mengungkapkan rasa sayang.
Risa sangat menikmati makan malam hari ini, melihat keponakannya bahagia dan makan dengan lahap sungguh membuat hatinya senang.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
RETROUVAILLES
ChickLitPerjalanan Cinta seorang Risa tidak seindah perjalanan kariernya. Membutuhkan bertahun-tahun hingga ia dapat keluar dari belenggu masa lalunya. Membangun pertahanan hati, membuka lembaran baru dan siap menerima penghunian baru untuk hatinya, dalam s...