Chapter 6

25 2 0
                                    

Perjalanan Risa harus terhenti ditengah jalan karena mobil yang dikendarai Risa tiba-tiba mogok. Terbiasa pergi dan pulang kerja bareng dengan Gandhi membuat ia lupa mengontrol keadaan mobilnya yang jarang digunakan itu. Mobilnya sekarang dibawa oleh bengkel langganan Gandhi, dan Risa melanjutkan perjalanannya menggunakan mobil yang dipesan melalui aplikasi online.

Selama perjalanan Risa berpikir untuk tidak terlalu tergantung dengan Gandhi, tadi ia meminta pihak bengkel untuk dilakukannya service menyeluruh agar kedepannya tidak terjadi kendala lagi.

Risa harus membiasakan diri agar tak tergantung dengan Gandhi dikarenakan sudah mempunyai pasangan baru. Risa mengerti walau pacarnya akan memaklumi dan memberi kebebasan tetapi Risa tahu bagaimana perasaan perempuan ketika melihat pacarnya dengan wanita lain walaupun itu sahabatnya bahkan terkadang dengan saudara kandung pun akan ada rasa cemburu.

Keadaan café sudah ramai karena acara sudah dimulai, akibat mobilnya mogok dan harus menunggu pihak bengkel datang Risa sampai di café setelah sambutan-sambutan berakhir. Merasa tidak enak karena datang terlambat ia menghampiri pemilik café yang tidak lain adalah teman satu komunitasnya dahulu saat kuliah.

Risa tidak terlalu lama berbincang dikarenakan temannya harus menemui tamu yang lain. Risa menarik diri dan menelusuri seluk beluk café tersebut. Terkadang ia akan mengambil video atau foto untuk bekal nanti ia akan me-review café tersebut.

Puas dengan mengelilingi café, saatnya ia menikmati makanan dan minuman andalan cafe yang telah disiapkan khusus untuk Risa. Memilih meja yang sedikit terpojok dan sepi, tidak dilalui banyak orang dengan pemandangan kota Bandung yang luar biasa pada malam hari ini.

Acara pembukaan café ini memang mengambil jam makan malam, dikarenakan mereka mengambil konsep keindahan malam di Kota Bandung. Café yang lebih terlihat konsep arsitekturnya di malam hari akan menambah kesan romantis bagi pasangan yang memilih makan malam disini.

Risa menghabiskan menu makan malamnya dengan santai dan menikmati cita rasa yang diciptakan oleh chef andalan sedari masa kuliah dulu membuat ia terbuai dan lupa dengan keadaan sekitar.

Seseorang yang duduk di meja dengan posisi duduk membelakangi pandangan Risa membuat ia luput dari perhatian Risa. Ia terus mengawasi dan memerhatikan semua gerak gerik yang Risa lakukan selama disana.

Merasa perlu melihat kembali tampilan make up setelah makan Risa perlu pergi ke toilet karena dikhawatirkan berantakan setelah Risa menyantap semua sajian tersebut. Disini Risa hadir sebagai food blogger dan sebagai teman lama dari pemilik café, maka ia tidak boleh terlihat berantakan sekali agar tidak ada yang memberikan stigma buruk dalam kata lain perlu ada pencitraan sedikit. Tamu yang hadir pada malam ini diperkirakan adalah tamu yang memiliki jabatan tinggi, setidaknya ia harus terlihat elegan dan high class agar tak ada yang berani mengganggunya.

🌦️🌦️🌦️

Risa mencari bagian lain Cafe setelah dari toilet. Menikmati udara malam di selasar Café yang memberikan suguhan pemandagan sangat indah. Menutup mata dan menghirup udara sedalam-dalamnya membuat terasa lebih tenang dan ringan.

"Hai," ucap lelaki yang sedari tadi terus mengikuti Risa.

Membuka mata secara kasar dan membuat Risa sedikit kesal karena merasa terganggu. Risa akhirnya tahu yang selalu mengganggu dirinya dengan suara yang selalu teringat adalah Andra. Setiap kali Risa menikmati udara malam selalu saja ternganggu oleh Andra.

"Hai," jawab Risa dengan malas sambil membuka handphone-nya dan mematikan alarm.

Risa sengaja memberikan batas waktu saat ia keluar malam sendiri, batas toleransi dalam batas normal agar tidak terjadi apa-apa. Alarm yang dia buat pukul 9 malam sudah berbunyi menandakan ia harus berpamitan pulang walau acaranya belum selesai. Tidak adanya pembicaraan lagi dan suasana semakin dingin serta kaku terpaksa Risa meninggalkan Andra dan menghampiri temannya untuk berpamitan.

"Sa, kita pulang bareng ya?" tawar Andra ketika Risa yang sedang sibuk dengan handphone-nya sedang berdiri di pinggir jalan agak menjauh beberapa meter dari Cafe.

"Terima kasih, tapi aku mau dijemput Gandhi," jawab Risa selembut mungkin agar tidak terlihat suara ia yang gemetar karena gugup.

"Yaudah aku temenin ya, atau mau ke mobil aku dulu biar kamu nungguinnya gak pegel dan kedinginan," ajak Andra kepada Risa.

"Gak usah repot-repot, aku udah biasa kok nunggu sambil berdiri," jawab Risa sambil mengusap-usap lengannya yang terasa dingin.

Andra meninggalkan Risa sendirian dipinggir jalan, ia akan mengambil mobilnya dahulu karena tak tega melihat Risa harus berdiri seperti itu. Tak masalah apabila nanti Risa menolak tawarannya sambil menunggu Gandhi setidaknya ia berusaha untuk memberikan yang terbaik.

Tolong, tolong, tolong

Andra yang akan mengendarai mobilnya mendengar teriakan tersebut, suara itu milik Risa. Andra dengan cepat mendekati suara tersebut dan dugaan dia benar itu memang suara Risa.

Terlihat dari jauh seorang laki-laki yang masih tertutup masker sedang merintih kesakitan di aspal. Satu lelaki lainnya yang berusaha bangkit dari duduknya dan menyalakan sepeda motornya mencoba menarik rekannya yang kesakitan.

Saat Andra mendekat dua lelaki tersebut berhasil kabur tapi Andra sempat memfoto nomor kendaraan bagian belakang dari lelaki yang berhasil kabur. Andra melihat Risa sedang berjongkok dan gemetar berada di ujung jalan yang sedikit menjauh. Suara tangis yang terasa menyesakkan, air mata yang membasahi pipinya membuat Andra mendekap Risa dan membawanya masuk kedalam mobilnya.

Suasana dalam perjalanan hening, tak terdengar apapun dikarenakan Risa tertidur sehabis kejadian tadi. Andra mencoba membangunkan Risa untuk turun dikarenakan sudah sampai di parkiran apartemen justru dikagetkan dengan suhu tubuh Risa yang meningkat. Badannya kembali menggigil dan mengigaukan gumaman tak jelas membuat Andra kembali mengendarai mobilnya untuk membawa Risa ke rumah sakit.

***

RETROUVAILLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang