Chapter 32

24 1 0
                                    

Hari Minggu pagi Risa sudah bersiap-siap untuk pergi ke pasar Cihapit bersama Andra. Pasar Cihapit yang sekarang penuh dengan hidden gem membuat Risa penasaran karena sudah lama tidak main ke daerah sana. Andra menyempatkan menemani Risa terlebih dahulu sebelum nanti malam Andra harus pergi ke luar kota.

"Ya, kita ke rumah Mas Dio dulu ya."

"Lho, emang kenapa ke rumah Mas Dio dulu?"

"Aku tadi udah telepon Mang Dudung mau minjem motornya. Soalnya kita ke pasar Cihapit pakai motor aja, kita motor-motoran gitu."

"Oke kalau gitu," ucap Andra. "Eh bentar, aku balik ke unit mau ambil jaket dulu."

"Jangan, tunggu bentar", Risa pergi ke kamarnya dan mengeluarkan dua hoodie couple berwarna putih dari salah satu brand yang memberikan Risa gift.

"Pakai ini aja Ya, kayanya cukup deh buat kamu soalnya waktu itu pemilik barangnya mau kasih couple-an gitu, jadi aku kasih ukuran kamu sama aku."

"Cukup nih, lucu juga kalau kita couple-an gini."

"Kita selfie mirror dulu dong."

Risa sangat senang dengan perjalanan kali ini, karena dia bisa merasakan angin yang menerpa wajahnya. Walaupun udara Kota Bandung sekarang tidak sebersih dan sesegar dulu tapi sejuknya masih terasa.

Risa dan Andra setelah memarkirkan motor di tempatnya langsung menuju lokasi. Memilih makanan berat dulu lalu ke makanan ringan. Mereka memesan makanan hanya satu porsi berdua karena yang dipesan cukup banyak.

Sampai menjelang siang hari mereka di Pasar Cihapit akhirnya memilih untuk melanjutkan perjalanan ke Lembang. Awalnya ingin ke tempat-tempat wisata yang ada di Lembang, tapi berhubung sekarang weekend sehingga tempat wisata penuh, akhirnya mereka memilih untuk motoran dan berhenti di warung angkringan pinggir jalan untuk istirahat.

Perjalanan tanpa tujuan sekali, memang itu yang diinginkan mereka karena yang terpenting mereka menghabiskan waktu bersama.

Dering handphone Andra berbunyi, menampilkan nama kontak Diana. Andra dan Risa saling berpandang, mereka langsung memikirkan hubungan Diana dengan pacarnya.

"Coba dong Ya loudspeaker, aku pengen denger." Andra langsung mengangkat panggilan Diana dan menyalakan loudspeaker-nya.

"Hallo Na," suara Andra memecah keheningan telepon yang beberapa detik sudah diangkat tapi tidak ada suara.

"Posisi lo sekarang dimana?" Suara Diana yang terdengar sengau seperti habis menangis menjadi kejanggalan untuk mereka berdua.

"Gue sama Risa lagi di Lembang, ada apa Na?"

"Gak apa-apa, gue nanya kabar aja. Gue masih di luar kota sih ini," ucap Diana yang terdengar ada keraguan.

"Kapan balik ke Bandung?"

"Gak tahu, nanti gue kabarin lagi ya. Oke kalau gitu, have fun ya, bye."

Tanpa aba-aba panggilan telepon terputus begitu saja.

'Ya, ada yang aneh gak sih dari suara Nana?"

"Emang, aku curiga ada hubungannya sama pacarnya itu." Andra gemas sekali mengingat kejadian kemarin. "Apa aku susulin Nana aja gitu ya?"

"Hey sabar dong, jangan jadi kamu yang kebawa emosi. Tapi emang iya sih bikin emosi, cuman kamu harus tahan dulu, kita harus nunggu timing yang pas dan mengumpulkan bukti yang kuat lagi, siapa tahu kita dapet info terbaru."

"Tapi aku gak bisa Ave, liat sepupu aku disakiti depan mata aku banget."

"Gini deh, kamu nanti malam ke luar kota, ngurusin kerjaan. Aku minta kamu beresin kerjaan kamu dulu, selesaikan satu-satu setelah itu aku akan temenin kamu buat ketemu Nana."

"Makasih ya Ave, sudah tenangkan aku. Maafin kadang emosi aku suka muncul tiba-tiba terutama soal perselingkuhan." Badan Andra mulai bergetar, Risa menghampiri untuk memeluk dan menenangkan Andra.

"Hey, gak ada manusia yang suka diselingkuhi, apalagi kamu sebelumnya punya trauma tersendiri. Aku paham rasanya dikhianati oleh seseorang, wajar kok kamu merasakan itu lagi, tapi sekarang kamu jangan khawatir ya, aku selalu ada disamping kamu dan selalu menemani kamu sekarang." Risa mengusap punggung Andra dan berhasil membuat Andra tenang dan nafasnya mulai teratur kembali.

"Kita sama-sama belajar mengatur emosi ya. Nanti kita ketemu Tante Fenny lagi. Kita konsul bareng dan sembuh bareng."

"Kayanya kalau kita ikut Yoga bagus deh? Apa pilates aja ya? Kayanya renang aja deh? Mending mana Ya?"

Terdengar kekehan Andra dibelakang sana, "Yakin kamu mau ngikutin olahraga? Bakal rajin gitu?"

"Jangan sepelein aku dong, kamu harus dukung aku biar hidup seimbang gitu. Kan olahraga yang gitu bagus buat ngatur emosi kita."

"Iya iya, nanti aku temenin kamu olahraga deh. Kan kita mau sembuh dan sehat bareng biar kita hidup lebih lama."

"Kamu lucu tahu kalau lagi ngehibur gini obrolannya suka random."

"Udah ah, kita pulang sekarang keburu Magrib, padahal kamu jam delapan malam harus sudah pergi lagi."

🌦️🌦️🌦️

Andra sudah hampir dua minggu di Bali untuk menyelesaikan pekerjaannya, lalu terbang ke Lombok untuk menghadiri pernikahan kliennya.

Andra mengajak Risa untuk menyusul ke Lombok sekalian liburan singkat untuk Risa, tapi Risa sedang datang bulan sehingga Risa memilih istirahat di Apartemen. Untungnya beberapa hari yang lalu Andra sudah memesankan stok kebutuhan Risa menggunakan jasa online, karena seperti sudah menjadi rutinitas setiap bulan, Andra akan memenuhi stok kebutuhan bulanan Risa agar mood-nya tetap bagus.

Setelah menikmati undangan dengan beberapa klien, Andra memilih kembali terlebih dahulu ke kamar hotel karena besok penerbangan Andra pagi hari.

Saat berada di lorong menuju kamarnya, ia melihat kembali pacar Diana bersama perempuan yang berbeda sedang bercumbu sambil berjalan hingga sampai depan kamar mereka langsung masuk.

Tidak lupa Andra merekamnya secara diam-diam dan mengirimkan buktinya kepada Risa. Risa yang baru membuka pesan Andra di esok hari langsung terperanjat kaget karena benar-benar tidak percaya dengan semua ini.

Risa langsung menghubungi Andra untuk menanyakan posisinya agar mereka berdua dapat menyusul langsung ke tempat Diana.

Beruntungnya Diana pulang ke Bandung karena Ayah Diana sedang sakit, Risa langsung menjemput Andra di Stasiun Kereta Cepat untuk pergi bersama ke Rumah Diana.

🌦️🌦️🌦️

"Thanks buat bukti yang kalian dapat, ini semakin memperkuat bukti gue buat ngelepasin cowok bgst." Diana tertawa puas setelah melihat beberapa bukti yang Andra dan Risa kumpulkan.

"Kok lo gak nangis sih? Kemarin aja nangis pas nanyain gue dimana, sekarang kelihatan seneng banget." Andra merasa heran dengan ekspresi yang Diana tampilkan saat ini.

"Apaan sih lo, gue udah habis masanya buat nangisin si bgst. Dia udah lama kaya gitu, cuman gue belum punya cukup bukti buat ngebatalin pertunangan ini. Gue gak bisa gegabah asal mutusin pertunangan tanpa ada bukti kuat. Bisa bahaya kalau asal nuduh, bisnis bokap gue bisa hancur. Terus masalah suara gue bindeng kaya habis nangis emang iya malam sebelumnya gue nangis sampe begadang gara-gara nonton film, karena begadang gue jadi flu, udahlah pas banget momennya."

"Gue kira lo kenapa-napa, sia-sia dong selama ini gue khawatirin lo. Ah males banget sih punya sepupu kaya lo." Andra merasa bad mood karena kekhawatirannya selama ini terasa sia-sia.

"Lo kayaknya gak ikhlas banget ya sama gue, padahal gak ada salahnya lo khawatirin gue." Diana melempar bantal sofa yang ada di sebelahnya kepada Andra.

Risa hanya memerhatikan interaksi persepupuan ini, ia lebih memilih makan cemilan yang Diana hidangkan. Walaupun Risa sibuk makan tapi ia sesekali melihat notifikasi handphone Andra yang terus menyala. Andra memang menghidupkan senyap sehingga tidak ada suara yang terdengar tapi layar handphone terus berkedip. Posisi handphone Andra memang diletakkan di meja depan Risa sehingga sanggup memotong atensi Risa..

****

RETROUVAILLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang