Chapter 7

24 2 0
                                    

Risa terbangun dari tidurnya, mengumpulkan kesadarannya yang belum terkumpul. Mata yang berat untuk terbuka karena sedikit bengkak akibat tangis yang ia keluarkan tanpa sadar semalaman, kepala masih terasa pusing dan berdengung.

Risa tahu dirinya berada di Rumah Sakit, semalam saat setengah sadar ia tahu bahwa Andra yang membawanya kesini.

Risa tidak menyangka bahwa saat dirinya harus dirawat, ia menempati kamar VVIP. Ini terlihat jelas dari interior kamar, jumlah kamar tidur serta fasilitas yang tersedia di kamarnya.

Rasanya ingin memarahi Andra karena telah memasukkan dirinya ke kamar VVIP yang sebenarnya tidak terlalu penting disaat dia hanya kelelahan dan syok saja tapi jika benar itu terlontar rasanya sebagai manusia yang masih tahu terima kasih harus ditahan.

Sudah bagus ada yang menolong dirinya malah akan dimarahi sehingga ia hanya menarik napas yang sangat dalam.

Risa merasa bersalah karena Andra rela menunggu dirinya hingga tidur sambil duduk disamping tempat tidurnya, sedangkan ia baru sadar bahwa di sofa panjang kamar ini telah dikuasai oleh Gandhi.

Risa tidak tahu kalau Gandhi menunggu dirinya karena saat ia setengah sadar tidak melihat dan merasakan kehadiran Gandhi.

"Udah bangun? Mau minum sekalian?" tawar Andra yang terbangun dari tidurnya. Walau masih muka bantal dan terlihat sangat lelah tapi Andra masih bisa sadar untuk menawari Risa minum.

Risa hanya mengangguk, dan Andra dengan cekatan membantu Risa terduduk agar mudah saat nanti minum. Andra menyerahkan gelas yang berisi air kepada Risa yang terus terdiam.

Handphone Andra terus berdering, dan itu menjadi salah satu mengapa Andra terbangun dari tidurnya. Andra mengabaikan deringan dan mematikan handphone-nya agar tidak berbunyi.

"Angkat aja, siapa tahu penting jangan mengabaikan telepon yang tidak tahu akan memberikan kabar apa. Telepon terus berdering menandakan ada info yang penting untuk disampaikan," Risa membuka suara dengan panjang lebar mengeluarkan kalimatnya.

"Enggak penting, aku udah tahu informasi apa yang akan disampaikan jadi jangan khawatir ya," jawab Andra meyakinkan Risa. Andra meninggalkan Risa dan segera pergi ke toilet untuk mencuci mukanya agar terlihat segar.

"Ndra, kamu pulang gih, bukan aku ngusir kamu yang udah nolong aku, tapi ada hal penting yang harus kamu selesaikan, itu kata Nana. Tadi Nana telepon aku saat kamu masih di toilet," ucap Risa kepada Andra saat keluar dari toilet.

"Tapi kamu gimana? Aku gak mungkin ninggalin kamu sendiri di Rumah Sakit. Aku harus nunggu hasil lab dan skrinning kamu dulu agar aku tenang," Andra menghampiri dan duduk di kursi tempatnya tidur.

"Kamu gak lihat siapa yang tidur di sofa?", Andra menoleh dan melihat ke arah sofa, "aku gak sendirian, masih ada Gandhi walau sekarang dia masih tidur. Please kamu pulang ya karena rasanya ini penting banget buat kamu," ucap Risa kepada Andra.

"Oke kalau gitu aku pulang, tapi kamu kalau ada sesuatu kabarin aku ya," minta Andra kepada Risa yang menatapnya dengan intens membuat hatinya tidak karuan.

"Iya, terima kasih untuk semuanya atas pertolonganmu," jawab Risa sebelum Andra benar-benar meninggalkannya.

🌦️ 🌦️ 🌦️

Andra sampai di Apartemennya dengan disuguhi sarapan oleh Diana. Semalaman Diana terus di terror oleh keluarga Andra yang ada di Swedia karena Andra susah dihubungi, Diana khawatir takut terjadi apa-apa membuat dia pergi ke apartemen Andra.

Saat masuk apartemen Diana tidak menemukan Andra, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam.

Tetap menunggu kedatangan Andra, Diana berselancar di media sosial dan melihat beberapa postingan mengenai café yang baru di buka.

Tidak sengaja ia melihat Andra dan Risa walau berada di meja yang berbeda. Akhirnya Diana mengerti pasti ini semua ada sangkut paut diantara mereka.

Diana terus menghubungi Andra tetapi tidak pernah tersambung, lalu menghubungi Risa tetap tidak ada jawaban membuat ia memilih tidur dan akan menghubungi kembali paginya.

"Pergi kemana sih lo sama Risa sampe susah dihubungi gini?" tanya Diana sambil memberikan sepiring sandwich kepada Andra.

"Risa masuk rumah sakit Na, kemarin dia demamnya tinggi banget, gak tega gue kalo bawa dia ke apartemen jadinya gue bawa dia rumah sakit," jelas Andra dan mulai memakan sandwich.

"Kok lo bisa tahu dia demam? Gimana ceritanya?" Diana penasaran dengan penuturan Andra.

Andra menceritakan kronologis kejadian kemarin malam hingga berakhir dia menginap di rumah sakit. Diana merasa kaget dengan cerita yang Andra katakan tetapi merasa janggal karena respon tubuh Risa hingga seperti itu.

Walaupun merasa janggal, Diana tidak mengatakan kejanggalannya kepada Andra sebelum ia mengetahui kejelasannya karena ia tidak mau membuat Andra semakin khawatir kepada Risa.

"Semalem gue di teleponin terus sama keluarga lo disana, gue bilang gak tahu lo dimana eh malah maksa bakal neleponin gue terus sampai mereka bisa ngomong sama lo," cerita Diana yang lelah dihubungi terus menerus oleh keluarga Andra.

"Udahlah lo reject aja bisa kan? Padahal semalem gue sempet ngangkat telepon mereka cuman ya gitu berakhir gak baik dan gak sesuai dengan kesepakatan.

Bertahun-tahun gue nurut sama mereka tapi setelah pihak sana ngelanggar janji dan gak terima, masa gue harus nurut lagi sih?" jelas Andra.

"Iya sih, lo jangan mau diperalat terus sama keluarga toxic gitu, yang mereka pikirin bisnis dan cuan. Gak akan bahagia lahir batin kalo lo gak punya pendirian," tambah Diana menimpali jawaban Andra, "tapi lo harus bener-bener lurusin lagi sih masalah ini, takutnya ngerambat ke hal lain, dan sebelum lo berjuang untuk melangkah ke hal baru, lo selesain dulu masalah ini ya."

Andra mengangguk untuk memberikan persetujuan dan mulai berpikir langkah selanjutnya yang akan dia ambil seperti apa.

Hubungan dengan Risa mulai mencair walau permasalahan diantara mereka belum selesai, dan permasalahan dengan keluarganya yang seharusnya sudah selesai tetapi ada pihak yang tidak setuju membuat masalah tersebut kembali lagi mengganggu.

***

RETROUVAILLESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang