Malam yang gelap ditaburi oleh bintang-bintang dengan udara malam yang dingin membuat hati dan pikiran terasa tenang. Menghilang sejenak dari keramaian dan menikmati waktu menyendiri adalah sesuatu yang bahagia dengan cara sederhana.
Risa masih menikmati malam dengan duduk di kursi dan menyimpan minuman diatas meja yang tersedia disana. Rooftop yang jarang dikunjungi oleh penghuni apartemen karena kesibukan dari penghuninya membuat Risa semakin bebas menikmati fasilitas ini.
Menengadah ke atas langit diiringi musik yang berputar dari earpod membuat Risa larut dalam dunianya. Banyak hal yang ia pikirkan dalam menjalani hidup ini. Saat seperti ini adalah momen Risa untuk merelaksasikan diri.
Sesekali Risa menutup mata untuk menghirup udara sangat dalam, udara malam yang khas walau udara yang ia hirup tidak sebersih seperti udara di pedesaan.
"Kalau mau tidur di kamar aja sana," ucap laki-laki yang sudah duduk di kursi sebelah Risa. Merasa terganggu dengan suara yang ia kenal, Risa membuka mata dan mendelik.
Risa dengan kesal lalu menyesap minuman yang berada di atas meja, tak ada jawaban yang terlontar dari mulutnya, karena Risa berusaha mengumpulkan nyawa dengan kesadaran penuh membuat ia diam sejenak.
"Mau menikah?" pertanyaan yang keluar dengan ringan dari mulut laki-laki yang sangat Risa hindari akhir-akhir ini. Dua kata yang terucap dari mulut Andra membuat Risa tak nyaman.
"Bukan urusanmu," jawab Risa yang tidak menatap lawan bicaranya, pandangan lurus kedepan mencari sesuatu untuk ia tatap. Andra tetap menatap Risa dari samping menunggu menoleh dan menatapnya kembali.
Andra merasa Risa sangat berubah sejak 12 tahun silam ketika mereka masih akrab bersahabat. Mereka adalah sepasang sahabat yang selalu bersama. Pernah sedekat nadi tak menjamin bahwa kenyataannya sekarang sejauh langit dan bumi.
Risa yang masih tak sanggup berinteraksi kembali dengan Andra apalagi harus mengobrol. Menahan rasa canggung membuat ia melontarkan kata-kata yang sangat dingin. Tak tahu harus bersikap seperti apa untuk menetralkan suasana canggung yang ia hadapi. Ingin pergi dari sana tapi posisi sedang pewe. (Posisi Wenak)
Drtt, drtt, drtt..
Bunyi handphone Risa yang berada di meja menampilkan nama panggilan Gandhi. Andra yang melihat nama yang terpampang dilayar merasa ada rasa cemburu yang menyelimuti hatinya.
"Kenapa lagi telepon jam segini?" tanya Risa untuk seseorang diseberang sana.
.....
"Apaan sih lo, ngapain di apartemen gue jam segini?" Risa tak sadar saat mengucapkan kalimat tersebut masih ada sepasang telinga disampingnya yang mendengarkan isi pembicaraan.
....
"Iya, iya gue kesana, tunggu 5 menit gue sampe sana, udah bye," tutup Risa untuk mengakhiri panggilan teleponnya.
Risa membereskan sampah dengan memasukan kedalam kantong plastik sekalian membereskan barang-barangnya yang berceceran di meja.
"Sorry duluan," pamit Risa seraya meninggalkan Andra yang masih memperhatikan kepergiannya.
🌦️🌦️🌦️
"GAND" teriak Risa saat memasuki apartemen. Mencari keberadaan Gandhi yang sekarang sedang menuangkan air panas pada botol susu.
"Shuutt, bisa gak sih gak usah teriak-teriak kaya orang utan," selesai membuat susu dalam botol, Gandhi menghampiri Risa yang duduk di sofa sambal menyalakan televisi.
"Buat siapa tuh? Bukan buat lo kan?" tanya Risa ketika Gandhi tepat duduk disampingnya. Mereka saling duduk berhadapan.
Gandhi menjelaskan mengenai dia yang tiba-tiba datang malam-malam ke apartemennya. Gandhi mengetahui password apartemen Risa karena takut terjadi sesuatu kepadanya dan yang dipercaya sampai saat ini hanya Gandhi seorang.
Saat dijalan menuju arah pulang setelah mengantarkan Risa di lobby apartemen, Gandhi melihat ada perempuan yang sedang berlari sambil menggendong anak sekitar 1 tahun dengan tas dalam gendongan. Setelah mendekat, Gandhi mengenali perempuan tersebut adalah mantan kekasihnya yang meninggalkan ia menikah dengan lelaki lain.
Entah mendapatkan keberanian dari mana, masih tersisa rasa sakit dihatinya tetapi Gandhi menarik dan membawa perempuan tersebut yang diketahui bernama Kamela kedalam mobilnya. Gandhi berhenti di parkiran supermarket. Membeli makanan dan minuman lalu mencoba menenangkan Mela didalam mobil, akhirnya Gandhi berhasil membujuk Mela untuk bercerita.
Mela menceritakan bahwa setelah ia melahirkan anaknya, terjadi perubahan terhadap suaminya. Suaminya menjadi lebih temperamental, apabila tidak dikabulkan keinginannya maka akan semakin kasar. Beberapa bulan terakhir Mela memergoki suaminya selingkuh, Mela meminta bercerai tetapi tidak terkabulkan. Bahkan, setelah permintaan perceraian tersebut Mela seperti tahanan didalam rumahnya. Mela tidak boleh keluar rumah, bila ketahuan akan disiksa. Setiap sudut rumah dipasang CCTV sehingga semua gerak-gerik terpantau oleh suaminya. Tidak ada alat komunikasi atau hal-hal yang membuat Mela dapat berhubungan dengan dunia luar.
Mela berhasil kabur setelah membuat rencana dengan matang, saat suaminya ada pekerjaan keluar kota yang menggunakan pesawat untuk perjalanannya. Mela menggunakan kunci cadangan untuk keluar dari rumah dan berlari terburu-buru karena takut orang suruhan suaminya mengejar dan tidak akan memberi ampun ketika ia harus tertangkap.
Sambil memikirkan mencari jalan keluar, sementara ini Mela dan anaknya harus diamankan terlebih dahulu. Tanpa pikir panjang Gandhi membawa ke apartemen Risa karena kalau dibawa ke rumahnya akan menambah masalah.
"Sorry ya Ris, gue menyalahgunakan kepercayaan lo untuk masuk apartemen tanpa ngomong dulu sama lo," Jelas Gandhi dengan rasa bersalah.
"Sebenernya gue mau marah sih, cuman setelah tahu kebenarannya gue maafin lo. Jadi sekarang mau kaya gimana? Gak mungkin kita sembunyi terus kaya gini kan?" tanya Risa untuk mencari solusi.
"Wait, kita obrolin bertiga ya, lo bantuin mikir ya. Gue panggil Mela dulu," Gandhi beranjak pergi memasuki kamar tamu di apartemen Risa sambil memberikan botol susu.
"Hai Risa, sorry gue ngerepotin lo, kenalin gue Kamela," kenal Mela kepada Risa. Risa tersenyum menyambut uluran tangan Mela.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/322999964-288-k445568.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RETROUVAILLES
ChickLitPerjalanan Cinta seorang Risa tidak seindah perjalanan kariernya. Membutuhkan bertahun-tahun hingga ia dapat keluar dari belenggu masa lalunya. Membangun pertahanan hati, membuka lembaran baru dan siap menerima penghunian baru untuk hatinya, dalam s...