Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
----
Senyuman lebar mengembang cantik di paras jelita seorang gadis pelayan cafe Ayumi. Hari kedua bekerja berjalan dengan lancar. Ia juga berhasil untuk bersikap hati-hati agar gak menjatuhkan gelas dan piring lagi, walaupun tadi hampir saja ia melakukannya.
Wendy bahkan memeluknya dengan perasaan bahagia, sebab dirinya tak akan diomeli lagi oleh Kim Seokjin. Begitupun bahagia mereka menular pada Jimin yang baru saja tiba.
“Wohoo. Sepertinya ada kemajuan untuk Kim Jisoo?” serunya sembari menaruh messangerbag-nya ke dalam loker. Ia bisa menebak raut sumringah kedua gadis cantik itu, sangat sulit Jimin temui di hari kemarin.
“Jimin, gajian nanti aku akan mentraktirmu!” kata Jisoo. Jimin berseru lagi bahkan kedua tangannya ikut bereaksi dengan memberi tepukan.
“Apa kau mau mentraktirku makan sepuasnya?” gadis itu mengangguk yakin. Ia sungguh-sungguh berkata bahwa ingin mentraktir Wendy dan Jimin di gaji pertamanya sebab kedua orang itu banyak membantunya selama ia bekerja.
“Nanti beri tahu aku ya, dimana restoran paling enak disini. Kau juga Wendy, nanti pilihlah apa yang kau mau. Oke?”
Wendy terkekeh lalu mengangguk. Ia tak terlalu mengambil serius ajakan Jisoo, bahkan belum seminggu saja gadis itu sudah berani menjanjikan sesuatu. Kemudian ia menyuruh Jisoo untuk segera pulang karena jam kerja gadis itu sudah usai.
Lalu mereka berjalan bersama keluar, meninggalkan Jimin yang baru saja memulai shif-nya.
“Kau tak apa ‘kan pulang sendiri?” tanya Wendy, memastikan gadis itu baik-baik saja.
“Aku tahu jalan pulangku. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku seperti itu.”
“Ah, baiklah. Jangan lupa istirahat ya? Sampai ketemu besok.” Begitupun Wendy pergi dengan melambaikan tangan, disusul oleh Jisoo yang membalasnya. Mereka berjalan berlawanan, sampai akhirnya Jisoo menghilang ketika sampai persimpangan.
Kim Jisoo melangkah riang, sembari melompat kecil. Perjalanan pulangnya kali ini sangat berbeda dibanding kemarin. Selain karena ia berhasil bekerja tanpa hambatan, juga karena ditemani oleh hamparan langit jingga yang indah.
Taehyung benar, banyak yang harus kita syukuri dengan jalan kaki. Menikmati momen indah tanpa buru-buru, juga ikut merasakan suasana sekitar bahkan bisa menyentuhnya.
Kim Jisoo menyentuh bunga-bunga yang tumbuh mekar, lalu menyentuh besi di tepi jembatan, bahkan ia bisa mendengar jelas suara gemericik air yang mengalir disana. Jisoo sangat suka suasana ini.
Tiba di gedung kostnya, Kim Jisoo mendongak ke arah jendela kamarnya yang terbuka lebar. Ada asap rokok yang keluar dari sana, membuat Jisoo berlari untuk menemui seseorang itu.
Tak peduli seberapa lelah dirinya, Jisoo hanya ingin menemui Taehyung untuk memberi kabar bahwa ia berhasil.
Tiba di depan pintu kamar, Jisoo membukanya dengan sedikit kasar. Lalu matanya membulat kala Taehyung menatap dirinya begitu sendu.
“Taehyung?” panggilnya pelan. Berjalan ke arah Taehyung yang tengah terduduk di kursi. Wajahnya kemudian berpaling memandang langit yang dalam hitungan menit berubah menjadi gelap.
“Jisoo, mau membantuku tidak?”
“Huh?” Gadis itu menautkan alisnya. Lalu Taehyung menidurkan kepalanya pada meja, menghela napas untuk menetralkan perih yang mengoyak hati.
“Taeri akan menikah pekan besok di Jeju.” katanya dengan nada serak. “Kalau kau mau, tolong temani aku.”
Paham akan maksud Taehyung, Jisoo lalu menggeser kursi untuk duduk disampingnya. Memberi usapan lembut pada bahu lebar yang terlihat rapuh. Mau seberapa benci Taehyung saat berhadapan dengan Taeri, hatinya tak bisa berbohong jika masih ada setitik cinta disana.
“Astaga, Kim Taehyung... aku pikir tampangmu yang sangar adalah wujudmu yang sesungguhnya. Nyatanya kau lemah juga jika di hantam cinta.” bukannya menenangkan, Jisoo justru menggodanya. Namun gadis itu merasa bersalah ketika si lawan bicara tak merespon ucapannya. Taehyung masih terdiam, melupakan rokok yang masih menyala hingga abunya berjatuhan.
“Taehyung?” panggil Jisoo lembut sembari mengelus kepalanya. “Hey, Kim Taehyung? Kau masih hidup ‘kan?”
“Hm?” Sahutnya lemah.
“Kalau mengantuk, ayo tidur di ranjang. Matikan dulu rokokmu, nanti kamar kita bisa kebakaran.”
“Tidur bersamamu boleh?” Kim Jisoo mengerjap bingung. Bahkan pipinya bersemu merah. Namun Taehyung lekas mengangkat kepalanya, memandang si cantik dengan keputusasaan. “Aku hanya ingin dipeluk. Tidak lebih. Maaf, jika permintaanku memberatkanmu. Lupakan saja.”
Taehyung lalu beranjak, mematikan rokok dan menidurkan dirinya di ranjang. Kim Jisoo mendekat untuk menyelimutinya. Setelah melihat lelaki itu memejamkan mata, kemudian ia pergi membersihkan diri.
🌼
Pukul 00.00
Kim Taehyung terbangun di tengah malam saat merasakan lapar pada perutnya. Ia menoleh ke seberang sana, menampaki Kim Jisoo yang tengah terlelap. Gadis cerewet itu terlihat sangat damai, juga cantik.
Kadang Taehyung berpikir, apa mungkin dirinya bisa jatuh cinta lagi? Melihat Jisoo pertama kali pun rasanya biasa saja. Bahkan sampai detik ini jantungnya belum merasakan debaran aneh seperti pertama kali melihat Taeri. Ah, lagi-lagi Taeri selalu menjadi akhir dari jalan pikirannya.
Taehyung harusnya bersyukur melihat sifat Taeri yang berubah drastis dibanding saat mereka bersama. Bukankah itu bisa membuat Taehyung mudah untuk berpaling? Walaupun sampai detik ini Taehyung masih tak menampakkan kebencian yang sebenarnya, hanya semata-mata mempertahankan gengsi di hadapan Taeri dan calon suami.
Lelaki itu lalu melangkah ke meja makan saat melihat sepiring nasi dan telur goreng yang terlihat gosong, juga ada sepucuk surat dibawah piringnya.
Kau belum makan malam. Ini masakan pertamaku. Sebenarnya aku sedikit kesulitan saat menghidupkan kompor tadi, tapi aku tak ingin membangunkanmu. Jadi ku panggil Wonwoo tetangga kita. Maaf ya, kalau masakannya tidak enak >.<
Dan sudut bibirnya terangkat setelah membaca pesan dari Kim Jisoo. Taehyung bahkan tertawa kecil membayangkan betapa paniknya Jisoo tadi.
“Astaga, gadis itu benar-benar lucu.” katanya melirik sekilas ranjang Jisoo. Lalu pandangannya beralih pada telur gosong itu. "Baiklah, Kim Jisoo. Terimakasih makan malamnya.” katanya lalu menggeser kursi, menikmati makan malam buatan gadis itu.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.