Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
———
Sedari tadi Kim Jisoo resah memperhatikan Kim Seokjin dan Taehyung tengah berbincang di halaman gedung dengan amat serius. Ekspresi wajah Taehyung terlihat lebih tegang, tak biasanya ia seperti itu jika bersama dengan Kim Seokjin.
Jemari mungil si gadis saling meremat satu sama lain, berusaha meredakan gundah yang sedari tadi mengusik.
Namun sesak yang bergumul di dalam dada mendadak lega sewaktu Seokjin berpamitan pergi, disusul oleh Taehyung yang berbalik masuk ke dalam gedung dengan langkah pelan.
Kim Jisoo segera berlari, menunggu Taehyung di koridor. Tak sabar menanyakan apa yang sedang mereka bicarakan. Apakah Seokjin akan marah, karena mengetahui keduanya melakukan sesuatu yang seharusnya tak terjadi, mengingat hubungannya dan Taehyung bukanlah sepasang kekasih.
“Taehyung?” panggil Jisoo ketika melihat lelaki itu muncul setelah menaiki tangga. Ia membalas tersenyum lalu merangkul tubuh yang lebih kecil. “Pak Seokjin marah?”
Taehyung menggeleng. Membubuhkan satu kecupan di pipi, tangannya mengelus lembut si manis dengan sirat mata teduh dan menenangkan. “Untuk apa marah? Dia bukan tipikal orang seperti itu.” Katanya kembali mendekat guna memberi kecupan lama di bibir sebelum akhirnya ia mulai melumatnya dengan teramat lembut.
Tak ada percikan gairah disana, Taehyung melakukannya atas isyarat kata hati. Perasaannya melebur sempurna, mengalirkan rasa hangat yang menyalur ke seluruh tubuh. Jantungnya berpacu semakin cepat, mungkin bisa saja meledak menjadi kepingan kecil yang berceceran.
Taehyung melepaskan pagutannya, lalu memandang gadis manis itu. Sangat indah melebihi apapun. Mungkin benar kata Seokjin. Taehyung tidak pernah menyadari bahwa dirinya telah jatuh. Walaupun ia sendiri masih tidak yakin apakah perasaannya pada Jisoo hanya sebatas suka atau mungkin lebih dari itu.
Yang Taehyung tahu, saat ini ia tak bisa berpaling sedikitpun pada sosok gadis mungil dengan tingkah menggemaskan. Pandai sekali memporak-porandakan hatinya.
Sedangkan Kim Jisoo semakin dibuat tak karuan dengan tingkah pemuda itu. Taehyung sedari tadi tidak melepaskan tatapan mata yang menjurus ke arahnya. Sial, Jisoo bahkan ikut merasakan malu dan canggung.
“Aku mau tidur.” Jisoo memutuskan kontak mata dengan segera berpaling. Ia membuka sweater yang dipakai saat menunggu Taehyung di koridor tadi, menyisakan gaun tidur malam sepanjang lutut, lalu menaiki ranjang—segera menutup diri dengan selimut.
Taehyung menyusul, mengunci pintu sebelum akhirnya ia menaiki ranjang. Dari jarak lima meter itu, Taehyung memperhatikan sosok Kim Jisoo yang tak lagi bergerak. Mungkin sudah tertidur nyenyak karena kelelahan.