Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
———
Di tengah padatnya pengunjung cafe, Kim Jisoo memilih untuk duduk sendiri sehabis mengantarkan dua gelas Matcha Latte bersama Chesse Cake pada kursi nomor lima.
Sedari tadi rekan kerjanya tak henti mempertanyakan wajah pucat Kim Jisoo serta gerakan tubuhnya yang lemas tak seperti biasa.
“Kalau sakit, lebih baik pulang saja.” Park Jimin datang memasuki ruangan dimana Jisoo duduk bersama sekotak bekal makan siang yang belum terjamah.
“Bukan sakit yang serius. Hanya sakit perut, sepertinya efek dari datang bulan.”
“Jika bukan serius, tak mungkin kau sampai pucat seperti itu.” Sahut pemuda itu lagi. Ia sungguh khawatir dengan keadaan rekan kerjanya saat ini. Jika biasanya Jimin melihat Jisoo yang penuh semangat, kini di hadapannya seratus delapan puluh derajat berbeda. “Makanlah, lalu pulang. Biar aku bantu bilang pada pak Seokjin.”
Jisoo lalu menurut membuka kotak nasi bersama Jimin yang turut menikmati makan siangnya. Mereka diam sebentar asyik mengunyah, begitupun Jimin yang terlihat sangat kelaparan seperti tak ada jeda untuk melahapnya.
Namun Kim Jisoo memilih untuk selesai setelah menghabiskan dua sendok, ia merasa perutnya semakin sakit ketika ada sesuatu yang masuk.
Menjauhkan bekalnya, Jisoo menidurkan kepala diatas meja kayu itu sembari mengelus lembut perut bagian bawahnya, berharap sakit disana segera mereda.
“Tidak dihabiskan?”
Kim Jisoo menggeleng lemah, sedangkan Park Jimin semakin khawatir melihat keadaan temannya. Sampai ia menghentikan acara makannya, lalu menghampiri Kim Jisoo guna memastikan gadis itu masih bisa bertahan.
“Tahan sebentar. Aku akan mengantarmu pulang.” Katanya yang lalu melenggang pergi entah kemana. Kim Jisoo sudah tak memiliki energi lagi. Rasa sakit seperti diremas berhasil melumpuhkan tubuhnya. Jisoo hanya ingin lekas berbaring diatas ranjang sembari dipijat. Sebab badannya tiba-tiba terasa pegal.
Tak lama kemudian Park Jimin datang membawa kunci motor entah milik siapa, disusul oleh Kim Seokjin yang turut khawatir melihatnya.
“Pulanglah, Kim Jisoo. Istirahat yang cukup di rumah.” Pesannya pada Kim Jisoo. Mendengar itu, Kim Jisoo lalu meraih barang-barangnya secara asal, dan berpamitan pada Seokjin untuk pulang bersama Jimin.
🌼
Taehyung menyalakan rokok setelah membuang sampah di belakang gedung kost. Tak berniat untuk segera masuk, Taehyung memilih diam sembari memperhatikan sekeliling.
Matahari menyengat begitu panas, membuat dedaunan menjadi kering. Begitupun dengan tenggorokan Taehyung yang mendadak merindukan sesuatu yang segar. Mungkin sehabis ini ia akan membuat jus jeruk, mengingat stok jeruk yang ia beli masih banyak.
Cukup lama ia berdiam, kakinya kembali melangkah ke halaman depan. Dirinya dibuat terkejut kala melihat Kim Jisoo bersama seorang lelaki sedang berdiri di depan gedung. Lelaki itu berada di atas motor, berbicara pada Kim Jisoo yang hanya merespon singkat.
Kim Taehyung mendekat ragu, menjadikan keduanya bersamaan menoleh kala melihat sosok bertubuh tinggi itu.
“Sudah pulang?” suara husky Taehyung yang tenang menyapa Kim Jisoo dan Jimin. Anggukan pelan dari gadis itu menjadi respon. Lalu matanya membulat kala menyadari wajah pucat terlukis di paras jelitanya. Belum sempat Taehyung melempar tanya, Jimin lebih dulu berbicara, menjelaskan pada lelaki itu jika Kim Jisoo sedang sakit.
“Kenapa tidak menelepon? Biar aku saja yang menjemput.” Terdengar dengusan kesal dari bibir tipis Taehyung, matanya melirik tak suka pada Jimin yang masih berada di atas motor. “Kita bisa langsung pergi ke dokter dan periksa.”
“Taehyung, aku hanya sakit perut. Tidak ada masalah yang serius.”
“Kau tetap harus periksa, Jisoo. Aku tidak ingin hal buruk terjadi padamu.” Perdebatan kecil di hadapan Jimin membuat lelaki itu jengah. Tidak bisakah mereka membicarakan ini di dalam, atau disaaat Jimin sudah tak ada disitu. Jimin merasa risih melihatnya.
“Halo, aku masih disini. Jika kalian ingin terus berdebat, aku akan pulang.”
“Ya, kau pulang saja. Biar aku yang mengurus Jisoo. Terimakasih.” Kim Taehyung menyahut tanpa melihat. Pandangannya masih mengkhawatirkan Kim Jisoo yang terus menolak ketika ia mengajaknya untuk berobat.
“Kau mengusirku? Setelah aku mengantar Jisoo pulang?”
“Apa aku terdengar seperti itu?”
“Nada bicaramu, bung.” Merasa kesal, Kim Taehyung nyaris melucutkan satu pukulan kalau bukan karena Jisoo yang menahannya. Entahlah, mengapa begitu tak sukanya ia dengan lelaki bertubuh mungil itu. Sejak dimana ia bertemu Jimin malam tadi, menyudutkan seolah Taehyung punya niat buruk pada Jisoo. Hal itu membuatnya tak suka. Tingkahnya yang pongah sok sekali jadi pahlawan. Dan sekarang dengan tampang songong ia menunggangi motor sport mengantarkan Jisoo yang tengah sakit. Membuat Taehyung semakin tak suka.
“Baiklah, aku akan kembali. Tolong, titip Kim Jisoo.” Katanya sebelum menghidupkan mesin motor dan berlalu. Taehyung benci dengan kata-kata itu. Tanpa embel-embel dititipkan pun Taehyung akan menjaga Jisoo dengan sepenuh hati.
“Kenapa berteman dengannya sih?”
“Karena Jimin baik.”
“Baik apanya. Menyebalkan begitu.” Jawabnya ketus sembari membopong tubuh mungil itu untuk berjalan.
“Taehyung, kakiku tidak apa-apa. Hanya perutku yang sakit. Mungkin karena efek menstruasi.”
Namun satu tarikan dari Taehyung, menjadikan tubuh Jisoo berada di dalam gendongannya. Kim Jisoo terhenyak, spontan merangkulkan kedua tangan pada leher lelaki itu.
“Hey? Turunkan. Aku malu.”
“Kim Jisoo berisik. Diam, oke?” Manik hazelnya bertemu dengan jelaga milik Taehyung, menjadikan jantungnya berdebar cepat. Kim Jisoo tak sanggup lagi mengeluarkan sepatah kata dikala bibirnya terasa kelu. Sial, Kim Taehyung membuatnya salah tingkah.
🌼
“Taehyung, ya benar disitu sakit sekali!” Rengek Jisoo saat Taehyung membantu memberi pijatan untuk meredakan rasa pegal pada tubuhnya. Tangan panjang itu menekan punggung kecil lalu mengurut perlahan memberikan kenyamanan.
“Setelah ini minum obat yang tadi kubeli, ya?”
“Iya.” Sahut Jisoo samar karena dirinya mendadak mengantuk. “Taehyung, terimakasih ya sudah membelikanku obat dan pembalut.”
Taehyung tersenyum, mengangguk sebagai respon. Lalu kemudian tak ada lagi suara cerewet yang keluar sebab gadis itu tiba-tiba saja terlelap dalam tidurnya.