Ch 3 dan 4

2.7K 211 5
                                    

Happy Reading

*Anjay ukhty*-Ara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Anjay ukhty*
-Ara




*Haii,maafin aku ya tiba tiba aku unpub ada alasannya kok aku unpub,terimakasih yang masih baca cerita ini><




Nangkling diatas pohon mangga dengan mulut yang terus mencomoti mangga, gadis yang tak Lain Ciara itu sudah berada diatas pohon mangga.

Bukannya memakan nasi malah memakan buah, entahlah apa yang akan terjadi setelah ini. Ciara sudah memakan lebih dari dua buah mangga, tujuan utamanya telah tercapai, dan ia akan segera meninggalkan penjara ini.

"Heh! Turun kamu dari sana! "

Ciara mendongak ke bawah, ia memutar bola matanya malas melihat lelaki yang sewaktu zuhur, meninggalkan nya karena perihal panggilan.

"Gak usah sok akrab"

Kalian tau siapa dia? Dia Alby Abrisam Assegaf, putra sulung Alvi dan Afsya. Ia baru kembali dari Jawa, dan Ciara gadis pertama yang ia temui setelah sekian lama menetap diJawa.

"Turun! "

"Ogah"

"Turun, buat apa kamu disana, turun hey! "

Ciara menulikan indra pendengarnya, ia membuang kulit buah tepat dihadapan Abrisam membuat lelaki berumur 27 tahun itu memanas.

"Jangan dimakan mangga nya! Turun"

"Emangnya ni mangga punya lo? "

"Astagfirullahaladzim"gumam Abrisam

Entah kenapa ia bisa berurusan dengan gadis tengil seperti Ciara.

"Gus Abrisam? "

Abrisam menoleh "Ah kamu rupanya, hey tolong suruh dia turun dari sana"

Ustadzah Nurul mendongak ke atas, ia terkejut melihat santri baru nangkring diatas pohon mangga yang dahan nya cukup tinggi.

"Astagfirullah Ciara! "pekiknya

Abrisam menatap sekilas Nurul "Ciara? "

Ciara namanya, pikir Abrisam.

"Ciara turun! "

"Ah elah,ganggu ja lo pada"

Saat hendak turun, kaki nya terpeleset dahan yang licin dan berakhir terjun bebas. Abrisam yang melihat itu dengan cepat berlari untuk menyelamatkan Ciara agar tidak terjatuh.

Dan hap.

Ciara menggelantungkan tangannya dileher Abrisam, kedua mata itu saling beradu tatap, mendalami penglihatan keduanya.

Pahatan wajah yang hampir sempurna, alis tebas hidung mancung wajah tegad tapi mengesankan gemas, wajah putih bersih dan bibir merah tanpa hitam, menjaga diri tidak merokok.

My Husband AbrisamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang