3

911 132 23
                                    

KUMORI

Story by : Eminamiya

Rate : M

WARNING :
Typo, alur cepat dan ringan, banyak kata yang terulang-ulang.


HARGAI USAHA PENULIS DENGAN CARA TIDAK MENJIPLAK ATAU MENG-COPY CERITA INI!

DON'T LIKE, DON'T READ

- Happy Reading -



"Dia melamarmu?"

Tangan yang sedang menggerakkan sendok untuk mengaduk coklat panas, mendadak terhenti. Tatapan yang sedari tadi tertuju ke arah luar jendela, mulai berubah semakin kosong. Aku menghela napas berat bersamaan dengan beberapa dedaunan yang jatuh tertiup angin di luar sana.

"Ya."

Wanita dewasa yang tengah memeluk seorang bayi kecil dalam pelukan, seketika mendengus pelan.

Aku baru saja menceritakan kejadian beberapa hari yang lalu; momen di mana Kiba memutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih serius--tepatnya, melamarku.

"Kenapa lesu begitu? Bukankah ini hal yang bagus? Lagi pula, apa lagi yang ingin kau tunggu? Kalian sudah berhubungan cukup lama. Kiba adalah pria yang baik, dia juga mapan. Kurasa, kau tidak perlu mengkhawatirkan apa pun jika benar-benar menjadi istrinya."

Kak Hana bangkit dari duduk saat Neji mulai bergerak-gerak tak nyaman sembari menggoyang kepala mencari susu formula.

Kakak menepuk-nepuk pelan pinggul Neji sambil bersenandung, berharap anak pertamanya bisa kembali terlelap dalam tidur nyenyak.

"Memiliki Neji membuatku menyadari, jika menjadi ibu tidaklah mudah."

Aku menelan ludah dengan paksa. Kembali memalingkan wajah saat mata kak Hana menatapku dalam diam.

Hening beberapa saat, yang terdengar hanya senandung lagu yang kakak nyanyikan untuk menenangkan Neji.

Hampir lima menit berlalu sampai ia memilih untuk beranjak menuju ke kamar--sekedar meletakkan Neji ke tempat tidur, lalu kembali mendekat serta mengambil duduk di sebelahku. Arah pandangku pada langit luas dengan hiasan dedaunan dan awan tipis dari bingkai jendela, sejenak juga menjadi tujuan matanya.

"Apa yang kau pikirkan?" tanyanya.

"TIdak ada. Aku tidak sedang memikirkan apa pun."

Hening terjadi. Tiupan angin lembut terasa menyentuh lapisan epidermis bersamaan dengan sentuhan lain yang kurasakan pada punggung tangan. Mataku beralih ke arah wajah yang sedang tersenyum manis, senyum yang begitu menenangkan--hingga sejenak, membuatku melupakan segala hal yang sedari tadi terasa mengganggu pikiran.

"Saat mencoba untuk menjalin sebuah hubungan, kau harus mulai belajar untuk berkomitmen. Coba pikirkan, saat pertama kali menerima Kiba sebagai kekasih, apakah kau hanya menginginkan sebuah hubungan pacaran tanpa tujuan yang pasti, atau mengharapkan sesuatu yang lain?"

Termenung. Aku hanya mampu menatap tanpa bisa berkata. Pikiranku mulai berputar untuk mengingat kembali saat-saat awal Kiba menyatakan perasaan. Mulai merenungkan, apa sebenarnya alasan yang kupikirkan ketika memutuskan untuk menerima perasaannya.

Ternyata..., kakak benar.

Aku menerima Kiba karena mengharapkan sesuatu yang lebih baik. Aku ingin bahagia, maka dari itu, kuizinkan ia masuk lebih dalam pada kehidupanku.

Kumori ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang