8

746 109 18
                                    

___________________________

Cinta itu seperti mendung.
Kau tidak tahu, apakah akan berakhir dengan tetesan hujan, atau malah kembali menjadi cerah?

Yang perlu kau lakukan adalah bersiap diri untuk apa pun yang akan terjadi. Entah itu dinginnya guyuran hujan, atau pun hangatnya terpaan cahaya mentari di balik awan.

___________________________



KUMORI

Story by : Eminamiya

Rate : M

WARNING!
Typo, alur cepat dan ringan, banyak kata berulang-ulang, plot / alur pasaran


HARGAI USAHA PENULIS DENGAN CARA TIDAK MENJIPLAK ATAU MENG-COPY CERITA INI.

DON'T LIKE, DON'T READ

- Happy Reading -




⚠(Konten Dewasa)
(Kalau kalian tidak suka dengan adegan yang berbau dewasa, silakan SKIP bagian ini hingga tanda yang diberikan di bawah. Pembaca diharap bijak dalam memilah.)

Hinata's POV

Sekujur kakiku menjadi lemas saat sesuatu yang tak bertulang, terasa menyapu halus permukaan garis leherku. Hangatnya kecupan datang berkali-kali sebelum berhenti untuk memberi lumatan pada bagian bibir.

Kedua tanganku yang kini bertumpu pada pundak Naruto-sensei, meremas pelan kain pakaian yang ia kenakan--saat lagi-lagi, rasa geli yang menginvasi keseluruhan rongga mulut, begitu menggetarkan seluruh tubuh.

"Hmmppt..." aku mendesah dalam kecapan, merasakan lengan Naruto-sensei berpindah ke bawah--mengangkat tubuhku yang masih bersandar pada dinding, lalu membiarkan kedua kakiku melingkar pada pinggangnya.

Naruto-sensei melepas lumatan, sekadar memandang wajahku yang telah memerah secara menyeluruh.

Dengan deru napas yang belum teratur, aku berusaha menutup wajah menggunakan kedua tangan. Malu, karena Naruto-sensei terus menatap begitu lekat dan dalam jarak yang sangat dekat.

"Kenapa menutup wajahmu?"

Ujaran lembutnya dibarengi genggaman pelan yang terjadi untuk menurunkan pergelangan tanganku, hingga tatapanku dapat melihat wajah tenangnya yang sedang tersenyum kecil, sebelum dia kembali mendekat dan mendaratkan kecupan di pipiku.

Singkat, namun terasa begitu mendebarkan.

"Bisa kita memulai semuanya dari awal lagi?"

Aku membisu. Mataku memandangi--tertuju langsung pada bola mata Naruto-sensei yang begitu indah.

Alisku menekuk. Aku sedang mencoba berpikir begitu keras.

Memulai dari awal?

Dalam situasi dan keadaan sekarang ini ..., apakah bisa?

Jujur, aku memang masih memiliki perasaan yang begitu besar padanya, bahkan, tak berubah sedikit pun sejak dulu.

Namun, sekarang ... apa mungkin?

Kumori ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang