9

587 106 15
                                    

Oh iya, aku gak tahu, apakah ini hal penting atau enggak. Cuma, aku kepengen aja ngasih tutorial cara sematin komentar pada salah satu kalimat/paragraf. Kali aja 'kan ada yang belum paham caranya.

Tutorial: Kalian pilih kalimat/paragraf mana yang pengen kalian komentarin. Tekan sejenak sampai muncul kotak komentar di bagian sebelah kanan dari kalimat/paragraf tersebut. Klik tanda kotak komentar itu, dan ... bim salabim! kalian tinggal ngasih komentar deh di sana. Mudah, 'kan?

Dengan begitu, bakal lebih jelas komentar-komentar kalian merujuk ke kalimat/paragraf yang mana ^^




***




KUMORI

Story by : Eminamiya

Rate : M

WARNING!
Typo, banyak kata yang berulang-ulang, alur cepat dan ringan, plot pasaran


HARGAI USAHA PENULIS DENGAN CARA TIDAK MENJIPLAK ATAU MENGCOPY CERITA INI.

DON'T LIKE, DON'T READ

- Happy Reading -




Mata mereka bertemu. Saling menaut rasa yang berbeda kala dua pasang indra pengelihatan tak berpaling untuk beberapa saat dari masing-masing objek yang menarik perhatian.

Senyuman simpul yang terukir di wajah wanita cantik berdarah campuran--menjadi kian lebar. Sontak saja, membuat wanita lain di hadapannya serasa tercekat.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Pertanyaan yang bersumber dari satu-satunya pria di antara mereka, mengalihkan perhatian Ino untuk sementara.

"Tentu saja menjemput anakku." Ia mengambil langkah lebih dekat dan tersenyum manis pada gadis kecil yang masih duduk dengan tenang di atas ayunan.

"Samui ... kemari."

Mendengar panggilan yang diucapkan, sejenak, Samui mendongakkan wajah untuk menatap Hinata, sebelum memutuskan turun dan berjalan menuju sang ibu.

"Sebuah kemajuan," suara kekehan ringan Kiba membangkitkan kembali rasa penasaran dalam diri Ino. Belum ada penjelasan apa pun mengenai alasan keberadaannya.

"Seharusnya, aku yang bertanya seperti tadi--" Ino menggantung kalimat sembari mengait jemari Samui untuk berdiri di sebelahnya. "Apa yang kau lakukan di sini, Kiba?"

"Aku ada urusan--" Kiba menatap Hinata, dan hal tersebut mengarahkan pandangan Ino agar ikut kembali menatap padanya.

Merasa tak nyaman, pribadi yang mendapat semua tujuan mata, segera menggulirkan iris ke tempat lain. Hinata tidak menyukai sorot mata wanita itu.

"Ah ... kita bertemu lagi," Ino menambahkan. Kiba sampai dibuat mengangkat kedua alis atas ungkapan yang ada.

"Kalian pernah bertemu?"

Melalui sudut mata, Hinata melirik diam-diam untuk melihat wajah sumringah Ino.

"Tentu saja. Kau masih mengingatku, 'kan?"

Buku jari terkepal erat tanpa sadar. Terlalu berat bagi Hinata untuk mengeluarkan suara karena begitu tak menduga akan berada dalam situasi demikian.

Apa katanya? Ingat?

Haruskah Hinata berteriak langsung tepat di wajahnya untuk mengatakan, seberapa ia masih sangat mengingat dengan jelas wajah yang dibalut keangkuhan tingkat semesta itu?

Kumori ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang