KUMORI
Story by : Eminamiya
Rate : M
WARNING!!
Typo, Alur cepat dan ringan, Banyak kata yang terulang-ulang, Plot pasaran / Mudah ditebak⚠
HARGAI USAHA PENULIS DENGAN CARA TIDAK MENJIPLAK ATAU MENG-COPY CERITA INIDON'T LIKE, DON'T READ
- Happy Reading -
"Iya, baik-baik saja. Dia hanya butuh banyak istirahat."
Hinata mengerjap beberapa kali, berupaya membiasakan pengelihatan yang sempat terpejam--entah berapa lamanya--agar bisa kembali fokus.
Kedua telinga yang sesaat terasa berdenging, perlahan, mulai menangkap desiran kata yang tak jelas berasal dari mana. Ia mengernyit, coba mencari sumber suara dari tempatnya saat ini tengah terbaring.
Pandangan mata bergulir lambat, secara bersamaan, aroma khas yang cukup menyengat--menjadi hal yang diterima, membuat satu kerutan pada alis terbentuk semakin dalam.
Hinata mendengus pelan, sebelum untuk kedua kali mendengar satu suara yang kembali mengisi ruangan.
"Aku akan menghubungi lagi jika Hinata sudah sadar."
Meski masih belum mencapai titik kesadaran penuh, Hinata menyakini jika namanya disebut. Maka, kali ini, ia menggerakkan leher agar sedikit bergerak ke kanan. Matanya menangkap satu pemandangan seorang pria tengah berdiri tepat di depan jendela, berjarak beberapa meter dan sedang menatap jauh pemandangan di luar--sembari memegang sebuah ponsel yang masih menempel di telinga.
Hinata seperti mimpi. Sejenak, merasa tak yakin dengan apa yang ia lihat.
"Ki-Kiba?"
Bibirnya berbisik pelan. Sangat pelan hingga ia yakin bahwa hanya dirinya yang dapat mendengar.
Tetapi, setelah lirih terjadi, sosok yang berdiri di ujung ruangan ikut berbalik, menghadapkan wajah tepat ke arah Hinata yang juga tengah menatap dengan kening mengernyit tak menyangka.
Mereka terdiam.
Hinata seakan terhenyak saat menyadari bila ini bukanlah khayalan belaka. Apalagi, ketika Kiba melontarkan kata dan sekarang tertuju padanya.
"Kau sudah merasa lebih baik?"
Rapat. Mulut Hinata tetap tertutup seolah belahan bibir telah diberi perekat. Tubuh yang tampak rapuh, mencoba untuk bangkit dari posisi secara perlahan agar selang infus yang tertancap pada tangan--tak tertarik kasar. Berusaha mendudukkan diri dengan sedikit tertatih saat melihat Kiba sedang berjalan mendekat, setelah sebelumnya mematikan sambungan telepon.
"Apa masih ada yang terasa sakit?"
Sekali lagi, Kiba memberi tanya. Hinata hanya menggeleng pelan.
Setelah mendudukkan diri pada sebuah kursi kecil--berada di dekat ranjang rumah sakit yang sedang Hinata tempati, Kiba menatap tepat pada kedua mata si wanita. Begitu dalam, namun singkat. Karena tak sampai lima detik, ia kembali memalingkan wajah lalu mengarahkan tatapan agar tertuju ke tempat lain.
Kembali, suasana terasa sunyi.
Kiba tampak tak berniat untuk berbicara, dan Hinata sepertinya masih belum memahami dengan jelas apa yang terjadi hingga ia dan Kiba bisa berada dalam satu ruangan yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumori ✔
FanfictionSekadar pemberitahuan, kalau nanti kalian nemuin catatan yang lumayan panjang, tolong dibaca, ya, biar paham alasan mengapa karakter Hinata dibuat sedemikian rupa di cerita ini ^^ Terima kasih. *** Sinopsis: "Aku merindukanmu." Mata Hinata membulat...