13

510 90 9
                                    

KUMORI

Story by : Eminamiya

Rate : M

WARNING!!!
Typo(s), alur cepat dan ringan, banyak kata yang berulang-ulang, plot pasaran / mudah ditebak


HARGAI USAHA PENULIS DENGAN CARA TIDAK MENJIPLAK ATAU MENG-COPY CERTIA INI.

- Happy Reading -




Suara pintu yang tertutup, seketika terdengar mengisi ruangan saat Naruto menghempas benda tak bernyawa itu dengan cukup kuat. Dengan langkah kaki yang berjalan menuju sofa, ia mendaratkan diri untuk duduk di sana.

Kedua alis tebal menampakkan garis tekukan yang cukup dalam--menandakan jika ia sedang berpikir cukup keras saat ini.

Sejenak, mulutnya mendesis. Tatapan mata tertuju pada objek yang berada dalam genggaman; jam tangan yang tadi diberikan oleh Kiba padanya, dan membiarkan benda tersebut menerima sebuah remasan kuat dari buku-buku jari yang terkepal rapat.

Naruto berdecih singkat, sembari meraih sebuah ponsel dalam saku celana, lalu menghubungi satu nomor di sana.

Suara sambungan panggilan menemani pendengaran untuk beberapa saat, sebelum sapaan dari ujung telepon, segera menarik penuh atensi.

Tubuh Naruto beranjak untuk melangkah menuju dapur; meraih sebotol minuman di pendingin, membuka tutup botol menggunakan sebelah tangan, lalu secara bertahap meneguk cairan di dalamnya untuk masuk membasahi keseluruhan kerongkongan.

"Sensei?"

Naruto tersenyum kecil. Suara Hinata yang terdengar sedikit berbeda jika berbicara secara langsung dan melalui panggilan telepon, membuatnya tak bisa menahan lekuk sumringah.

"Sedang apa?" tanyanya kemudian.

"Tidak ada. Aku tidak melakukan apa-apa. Kalau Sensei sedang apa?"

Sekali lagi, Naruto tersenyum. "Aku sedang memikirkanmu," jawabnya.

Untuk sejenak, tak ada tanggapan dari seberang panggilan, sebab Naruto tahu jika Hinata pasti sedang salah tingkah.

"Kenapa diam?" Naruto kembali bersuara lebih dulu.

"Sensei membuatku malu."

Kali ini, Naruto tak bisa menahan kekehan. Ia tertawa hingga protes Hinata mengudara untuk memintanya berhenti melakukan.

"Baiklah, aku berhenti," Naruto menggantung kalimat. Senyuman di wajahnya mendadak hilang dan digantikan dengan raut yang lebih serius.

"Hinata?"

"Ya?"

"Apa hari ini Kiba datang ke tempatmu?"

Sejenak, Hinata kembali tak bersuara, membiarkan Naruto ditemani oleh keheningan selama beberapa saat, sebelum wanita dengan suara lembut kembali mengujarkan kalimat.

"Iya, Sensei. Pagi tadi dia di sini. Memangnya ... ada apa?"

Jadi, benar.

"Tidak, aku hanya bertanya." Naruto menarik napas pelan. "Baik. Kau sudah makan?"

"Iya, sudah."

"Baguslah. Kalau begitu, aku mandi dulu. Jangan tidur terlalu larut."

"Hm, Sensei juga."

Kumori ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang