7

684 105 27
                                    

KUMORI

Story by : Eminamiya

Rate : M

WARNING!!
Typo, alur cepat dan ringan, banyak suku kata yang terulang-ulang, plot / Alur pasaran


HARGAI USAHA PENULIS DENGAN CARA TIDAK MENJIPLAK ATAU MENGCOPY CERITA INI.

DON'T LIKE, DON'T READ

- Happy Reading -




Hinata's POV

Clek.

Pintu kamar tertutup perlahan dan dilanjutkan dengan langkah kakiku yang mengukir jejak untuk mendekat ke arah ranjang--serta mendudukkan diri bersama pandangan mata yang berpendar hampa.

Kedua telapak tanganku saling meremas kuat. Bayangan kejadian tadi, kembali terlintas di kepala.

Raut wajah Naruto-sensei yang terpaku saat itu, membuatku merasakan sebuah tangan tak kasat mata yang menampar.

Dadaku sakit. Padahal, hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar--sebab Kiba adalah kekasihku.

Tapi ..., mengapa aku seakan tak siap?

Aku ... merasa bersalah.

Kenapa?

Seharusnya, saat ini bukanlah waktu yang tepat untukku merasakan hal ini.

.

.

.

.

Author's POV

Beberapa hari kemudian,

Awalnya, Hinata sudah berencana untuk menghabiskan malam dengan duduk manis di depan televisi sembari menikmati cemilan kesukaan, dan menyaksikan acara komedi yang selalu tayang tiap minggu; menikmati akhir hari dengan tenang.

Jadi, ia telah mengambil duduk dengan manis di atas sofa. Siap membuka bungkusan berukuran cukup besar di tangannya, sebelum benda yang ia letakkan di atas meja, mendadak saja bergetar.

Sebuah panggilan masuk dari seseorang yang sudah sangat Hinata kenali.

Hal tersebut membuat wanita cantik dengan rambut sepunggung yang diikat tinggi, segera menempelkan ponsel dengan layar yang menyala ke telinga.

Ketika seseorang di sana menyapa dengan suara yang keras, dengan cepat Hinata menjauhkan wajah. Intonasi nyaring dari wanita sebaya di seberang panggilan bisa saja menghancurkan fungsi dari indra pendengaran dalam sekejap--jika Hinata tidak reflek melakukan pencegahan.

Perbincangan mereka mulai berlanjut dari hal yang terkesan basa-basi, dan berakhir dengan ungkapan Shion yang mengatakan, jika ia ingin datang ke tempat Hinata malam ini juga.

Hinata mengira, mungkin mereka hanya akan menghabiskan waktu di apartemen dengan saling bertukar cerita atau menonton beberapa buah film. Tapi ternyata, Shion memberi ajakan untuk pergi mencari udara segar. Tujuan yang ia sambangi adalah sebuah bar di area sudut kota.

Meski semula begitu tak menduga, pada akhirnya, Hinata ikut mendudukkan diri pada salah satu dudukan di sana--sembari memperhatikan wajah memerah Shion yang sudah terlalu banyak minum.

Berawal dari perbincangan mereka yang menyenangkan, hingga berakhir dengan sang sahabat yang menangis--karena baru saja mengalami patah hati.

Polesan make-up cukup tebal yang membingkai wajah telah berubah menjadi berantakan karena banyaknya airmata yang ia keluarkan.

Kumori ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang