16

555 93 14
                                    

KUMORI

Story by : Eminamiya

Rate : M

WARNING!!
Typo(s), Alur cepat dan ringan, Banyak kata yang berulang-ulang, Plot pasaran / Mudah ditebak


HARGAI USAHA PENULIS DENGAN CARA TIDAK MENJIPLAK ATAU MENG-COPY CERITA INI

DON'T LIKE, DON'T READ

- Happy Reading -





Pandangan Naruto menekuk datar pada hamparan malam sejauh mata dapat mencakup. Gemerisik dedaunan kala angin bertiup lembut menggerakkan tiap helaian pohon, membuat ia mendengus kecil dari balik jendela kamar pada lantai dua villa yang ditempati.

Seharusnya, Naruto akan sangat menikmati keadaan - di mana - alam seolah menyediakan momen yang selalu dirinya sukai, sama seperti sekarang ini.

Tapi ... kenapa?

Bukan ketenangan, perasaan Naruto malah menjadi sangat tak beraturan.

Ia memejamkan mata, berusaha begitu keras menetralkan gejolak yang terus mengganggu seharian ini. Suasana hati benar-benar menjadi buruk semenjak perbincangan yang dilakukan bersama Kiba pagi tadi, ditambah dengan kelakuan pemuda itu yang seakan memanasi.

Naruto merasa, Kiba memang sengaja untuk menguji seberapa jauh ia bisa bertahan. Sengaja melihat, seberapa mampu dirinya menahan emosi yang - jujur saja - benar-benar ingin dilampiaskan tanpa jejak.

Naruto menghela napas, menyisir perlahan helaian poni pendeknya ke belakang kepala hingga menampilkan kening, lalu sedikit tersentak saat sebuah pelukan ringan--ia rasakan hinggap melingkar di sekitar pinggang.

Tampaknya, Naruto tak perlu menoleh untuk mengetahui, siapa kiranya orang yang dengan berani memeluk tanpa izin seperti ini.

"Samui sudah terlelap."

Ino.

Naruto tahu jika itu adalah suara Ino. Maka, dengan sengaja pula ia berdiam--tidak berbalik memandangi. Matanya tetap fokus menatap luas gelap malam di luar.

"Dia tidur bersama ibu," lanjutnya, semakin mengeratkan pelukan yang diberikan. Punggung Naruto dapat merasakan sesuatu yang menonjol dari diri perempuan itu saat tubuh mereka semakin merapat.

"Begitu," Naruto menanggapi dengan singkat.

Ino meletakkan dagu tirusnya pada bahu kiri Naruto, mengintip kecil pada wajah sang suami yang tampak menatap kosong ke depan. Ia mengikuti arah pandang tersebut, tak lama, kembali tertuju pada wajah pria yang tubuhnya masih berada dalam kuasa pelukan.

"Lusa kita akan kembali ke kota--" Ino menggantung kalimat, sekadar menunggu respon kecil yang - setidaknya - Naruto berikan. Tetapi, hingga nyaris semenit menanti, sang pria tetap saja bungkam.

Ino mendengus kecil. "Apa kau tidak berniat untuk mengatakan sesuatu?"

Naruto menolehkan wajah walau sedikit. "Apa?"

Dengan cepat, Ino melepas paksa rengkuhan. Tubuhnya mundur beberapa langkah, sengaja memberi jarak dengan Naruto. Ia bisa melihat jelas tubuh tinggi pria-nya membalikkan badan dan menghadap langsung padanya.

Mereka tak saling menyahut.

Ino memutuskan duduk di sisi ranjang, sembari melepas ikatan jubah tidur yang membungkus tubuh setengah telanjang.

Kumori ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang