19

436 83 14
                                    

Aku double up bari ini. Nanti bisa cek juga chapter 18, biar kalian enggak ketinggalan alurnya.





KUMORI

Story by Eminamiya

Rate : M

WARNING!!!
Typo, Alur cepat dan ringan, Banyak bahasa yang terulang-ulang, Plot pasaran / Mudah ditebak


HARGAI USAHA PENULIS DENGA CARA TIDAK MENJIPLAK ATAU MENG-COPY CERITA INI

DON'T LIKE, DON'T READ

- Happy Reading -





Flashback,

"Minggir! Dasar aneh!"

"Akh."

Hinata merintih kesakitan saat tubuh kecilnya terduduk dengan naas pada tanah yang dipijaki. Mata bulat coba mendongak, mendapati anak laki-laki bertubuh cukup subur yang melihat dengan tatapan kesal seolah Hinata baru saja melakukan kesalahan.

"Lihat, sebentar lagi dia pasti menangis, hahaha..."

Beberapa bocah lelaki yang berdiri di sebelah bocah bertubuh gemuk itu mulai memberi imbuhan; mengejek dengan suara nyaring--yang tentu saja--membuat Hinata hanya bisa menundukkan kepala karena takut dan malu.

Alhasil, detik berikutnya, dugaan mereka tepat sasaran. Gadis kecil dengan rambut panjang--akhirnya, benar-benar menangis. Airmata mulai jatuh satu per satu, namun, mulutnya tetap tertutup rapat seolah tak ingin jika ada orang lain yang akan mendengar.

"Dia benar-benar menangis!" Kembali, suara tawa mereka pecah.

Sebenarnya, Hinata tidak mengerti mengapa bocah laki-laki bermarga Inuzuka tersebut selalu saja mengganggunya. Padahal, kalau dipikir-pikir lagi, Hinata bahkan tak begitu mengenalnya dengan baik dan ia merasa tak pernah melakukan sesuatu yang jahat padanya.

Hinata kecil tidak bisa membalas, mengingat jika ia adalah perempuan dan tak akan sesuai bila menghadapi bocah-bocah nakal.

Maka, pilihan tepat yang bisa dilakukan hanyalah berlari dan menghindari orang-orang tersebut sebisa mungkin.

Rombongan bocah-bocah nakal hanya bisa menghela napas kesal karena bahan permainan mereka telah meloloskan diri.

Salah seorang dari mereka hendak mengejar, namun, gerakan terhenti saat sebuah tarikan keras pada kerah belakang baju--memaksanya untuk kembali mundur.

"Kiba, apa yang kau lakukan? Aku harus mengejarnya. Dia akan melapor pada guru kalau tidak kita peringati. Atau dia akan melapor pada kakaknya. Kau mau dilempari penghapus lagi?"

Bocah yang menjadi tersangka utama penyebab jatuhnya Hinata ke tanah, hanya menggeleng pelan.

"Tidak usah."

"Kenapa?"

Kiba tidak menanggapi. Kakinya malah berjalan menjauh. Dengan sorot mata yang menatap lurus pada jalanan, tanpa sadar, Kiba mengerucutkan belahan bibir.

Jika bisa berkata yang sebenarnya, Kiba pun tidak mengerti mengapa melakukan ini.

Dia hanya tidak suka saat melihat orang yang ia kenali sebagai Hyuga Hinata harus tertawa senang bersama seorang bocah laki-laki yang menjadi ketua kelas mereka.

Kiba kesal, maka dari itu, ia selalu mendatangi, sekadar untuk mendapatkan perhatian. Dia ingin menjadi dekat dengan Hinata, namun pada akhirnya, setiap hal yang dilakukan selalu membuat si gadis semakin berusaha menghindar.

Kumori ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang