Saya update 4 chapter hari ini. Boleh cek 3 chapter sebelumnya agar kalian tidak ketinggalan alur.
KUMORI
Story by : Eminamiya
Rate : M
WARNING!!
Typo, Alur cepat dan ringan, Banyak bahasa yang terulang-ulang, Plot pasaran / Mudah ditebak⚠
HARGAI USAHA PENULIS DENGAN CARA TIDAK MENJIPLAK ATAU MENG-COPY CERITA INIDON'T LIKE, DON'T READ
- Happy Reading -
Naruto menatap lekat, tak menghiraukan Ino yang sedari tadi tampak berusaha mengalihkan pandang ke arah lain--menolak untuk balas melihat pada raut datar yang Naruto lukiskan pada garis wajah.
Suasana terasa begitu kelam antar keduanya semenjak pernyataan terang-terangan yang Ino lakukan beberapa saat lalu kepada sang ibu tercinta.
Hamil?
Kembali, Naruto tersenyum remeh dalam hati. Entah ia harus tertekan atau malah tertawa mendengar hal tersebut.
Rasa yang melingkupi menjalar semakin tak nyaman, dan si wanita adalah pihak yang paling terkena dampak. Rasa jengah mulai hadir, Yamanaka Ino memutuskan hendak membuka bicara, akan tetapi, ia harus mengurung niat tatkala ternyata, Naruto telah lebih dahulu mendahului.
"Apa maumu?"
Pertanyaannya singkat, bahkan, nada suara yang pria itu lontarkan terdengar begitu tenang. Tak ada sama sekali emosi yang tersulut; rendah dan masih terkesan lembut. Akan tetapi, entah mengapa, Ino merasa terusik.
Ia menghembuskan napas kasar, serta kali ini dengan berani menatap lurus pada wajah Naruto.
"Membuatmu agar tetap di sisiku," Ino menjawab, tak lama, Naruto terdengar mendengus.
"Dengan cara seperti itu? Bukankah sangat ceroboh saat kau mencoba mempertahankan sesuatu dengan mengumbar kebohongan?"
Naruto bangkit dari posisi duduk, berjalan dengan langkah rapi untuk mengurangi jarak pada Ino.
Kala keduanya telah saling berhadapan dalam bentangan yang cukup dekat--di mana Naruto dapat dengan mudah menjangkau Ino hanya dalam sekali gerakan tangan--pria itu memejamkan mata, dan tak lama kembali menetapkan dua netra biru tajamnya untuk berhadapan. Kini, Ino sedang menautkan kedua alis dengan kesal.
"A-Aku tidak berbohong! Aku memang hamil!" Ino membuang pandangan ke tempat lain dengan salah tingkah saat bibirnya--tanpa sadar--berkata sedikit bergetar.
Naruto menggeleng pelan sembari berdecih.
"Anakku? Aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kali pernah tidur denganmu setelah kau mengabarkan kehamilan atas Samui," Naruto lanjut menyahuti. Begitu tajam dan sarat akan kenyataan yang ada. Mengiris telak. Hingga Ino merasa jika dadanya bak diremas berputar, sakit sekali.
Haruskah Naruto berlontar hingga sejauh itu?
Jawabannya, Ya. Naruto tak ingin bermain terlalu jauh dengan lingkaran ciptaan Ino. Biarkan ia meluapkan segala kata yang disimpan selama ini.
Emosi? Kesal? Tidak. Naruto hanya sedang meringankan beban perasaan.
"Tidakkah kau berpikir jika ini bisa menjadi bumerang bagi dirimu sendiri, Ino? Aku bisa saja mengatakan yang sesungguhnya pada orangtuamu, mengenai kenyataan yang terjadi--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumori ✔
FanfictionSekadar pemberitahuan, kalau nanti kalian nemuin catatan yang lumayan panjang, tolong dibaca, ya, biar paham alasan mengapa karakter Hinata dibuat sedemikian rupa di cerita ini ^^ Terima kasih. *** Sinopsis: "Aku merindukanmu." Mata Hinata membulat...